BOY 2 : 36. PULANG

89 5 0
                                    

***

Sesuai apa yang Abay katakan kemarin, di sinilah ia berada, perempuan itu sedang melihat persiapan dekorasi untuk acara pertunangan mereka yang akan di laksanakan esok hari. Tidak hanya dirinya, tetapi juga ada keluarga dan teman-teman terdekatnya saja. Memang, acara yang mereka adakan ini hanya untuk keluarga saja. Sedari tadi, perempuan itu terus menatap ke depan, bukan tanpa sebab, dirinya hanya masih tidak percaya jika mereka akan sampai ke tahap ini. Jika mengingat awal pertemuan mereka, maka tidak akan menduga seperti ini. Siapa yang tau rencana semesta? Di samping perempuan itu ada Abay, sedari tadi laki-laki itu terus menatapnya lamat, membuatnya bingung.

“Bay, kenapa?” tanya Rasya menatap laki-laki yang ada di sampingnya, laki-laki itu menggeleng, lalu tersenyum senang.

“Gapapa, Ra. Aku cuman gak nyangka aja bisa kaya gini sama kamu,” ucapnya menatap ke depan dengan tatapan menerawang, mengingat awal perkenalan mereka. Sebenarnya tidak hanya laki-laki itu, dirinya pun sama, perempuan itu melangkah menuju pasir putih yang tidak jauh dari sana dan duduk di sana, Abay yang melihat itupun melakukan hal yang sama duduk di samping Rasya.

“Siapa yang bisa menduga, kalau akhirnya semesta membawa kita ke titik ini,” ucap Rasya tersenyum, menoleh pada laki-laki itu, laki-laki itu mengangguk kemudian menatap Rasya lamat.

“Aku senang Ra, setelah sekian banyak cobaan yang kita hadapi, akhirnya kita bisa sampai ke tahap ini, selangkah lagi sebelum kita benar-benar bersatu,” ucap Abay jeda sebentar. “Kamu pasti bingung kenapa aku melamar kamu tiba-tiba.” Abay menatap ke depan.

“Sebenarnya ini gak tiba-tiba Ra, aku udah persiapin ini dari jauh hari, jauh sebelum aku ingat kamu, sepenuhnya. Saat pertama lihat kamu, aku kurang yakin namun semakin kesini, aku semakin yakin di tambah dengan bukti-bukti yang kamu tunjukkan. Saat aku tau, ada orang lain yang suka sama kamu, sejak hari itu aku mulai membicarakan hal ini sama Papa, dan Papa setuju. Diam-diam aku ngurus semua ini di belakang kamu, biar bisa jadi kejutan buat kamu, dan itu berhasil.” Laki-laki itu kembali menatap Rasya lamat.

“Aku gak mau kalau harus kehilangan kamu lagi, Ra. Setidaknya dengan cara ini kita akan terikat, baik kamu maupun aku, Ra,” jelas Abay, hati Rasya tersentuh mendengarnya, sebegitu takutnya laki-laki itu, kehilangan dirinya. Sejujurnya, Rasya pun merasakan yang sama, seperti apa yang laki-laki itu katakan.

“Kenapa kamu yakin, Bay? Maksudnya kamu persiapin ini dari jauh hari, padahal kamu belum tau apa jawaban aku kan?” tanya Rasya lagi menatap laki-laki itu, Abay tersenyum mendengar pertanyaan Rasya.

“Karena aku yakin kamu gak akan nolak aku, Ra. Karena aku tau, kamu sayang banget sama aku, iya kan?” tanyanya menaikkan sebelah alisnya, perempuan itu hanya tersenyum mendengar jawaban Abay, ternyata laki-laki ini cukup mengenal dirinya dengan sangat baik, Rasya bersyukur untuk itu. Perempuan itu menjatuhkan kepalanya di bahu Abay, menikmati pemandangan matahari tenggelam yang ada di hadapan mereka.

“Aku sayang kamu, Bay. Sangat,” ucap Rasya di bahu laki-laki itu, Abay beberapa kali, mengusap surai Rasya pelan, laki-laki itu mencium pucuk kepala Rasya.

“Aku lebih, Ra.”

***

Amel melangkah sendirian di tepi pantai, membiarkan kakinya terkena ombak, perempuan itu berhenti lalu menatap ke depan. Tempatnya berdiri saat ini, sedikit jauh dari lokasi acara pertunangan Rasya, jadi wajar saja jika sepi, Amel menoleh ke samping tidak jauh dari dirinya ada seorang lak-laki yang juga berdiri di sana, kakinya melangkah mendekati seseorang itu.

BOY 2 : Hiraeth (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora