thirteen: sinting!

15.4K 849 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulut Runa masih menganga karena tidak percaya dengan penuturan Jeffrey yang tidak masuk akal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulut Runa masih menganga karena tidak percaya dengan penuturan Jeffrey yang tidak masuk akal.

Jeffrey mencondongkan badannya ke arah Runa dan bau parfum mahal Jeffrey langsung merebak ke dalam indra penciuman sang gadis. "O-om mau ngapain?" cicit Runa pelan dan mengerjapkan mata berkali-kali karena gugup seketika.

"Jadi selama ini kamu kira saya gay?" tanya Jeffrey dengan suara rendah saat ia mengikis jarak di antara mereka. Di tempat gelap yang sepi, di bawah dinginnya semburan pendingin, sontak saja Runa merinding. Wajah tampan Jeffrey terlihat remang di bawah pantulan sinar lampu jalanan.

"Um, hehe" Runa tertawa kecil, ia menahan rasa gugup bercampur malu.

"Saya juga laki-laki dewasa yang normal, Runa" Pandangan Jeffrey jatuh ke arah bibir Runa yang belepotan terkena saus mustard dari burger yang dimakannya.

Runa langsung menutup mata dan menahan nafasnya saat dirasa Jeffrey makin maju. 1 detik.. 2 detik.. 5 detik.

Ctak!

"Aw!" Runa meringis sakit dan ini kedua kalinya dalam sehari dahinya menjadi sasaran jemari Jeffrey untuk disentil.

Memangnya kepikiran apa? Tidak ada. Itu hanya bentuk refleks kalau ada pria tampan mendekat!

Jeffrey menarik safety belt tempat duduk Runa dan kembali ke posisi awalnya masih dengan raut wajah yang masih sama datarnya. Sepertinya Jeffrey butuh pelatihan untuk melemaskan otot wajah agar tidak terus memasang ekspresi datar.

"Pikirannya, ngapain tutup mata segala," sindir Jeffrey yang segera melajukan mobilnya membelah jalanan mati Ibukota yang masih terlelap sebelum menghadapi hadirnya matahari yang menjadi sumber penerang bagi para pekerja untuk mencari nafkah.

"Ya, habisnya Om ngapain deket-deket" Runa masih berusaha mengontrol detak jantungnya yang hampir sedikit lagi meledak. Siapa juga yang tidak melebur saat dilihat dari jarak dekat dan tatapan intens oleh pria di depannya ini. Begini-begini juga Runa masih perempuan normal juga yang bisa salah tingkah.

Oncle [Masih Revisi Beberapa Part]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang