Bab 18

1.1K 158 2
                                    

Lanjutannya dikit. Nanggung banget ya 😆

..

“Seharusnya kamu bangunin aku,” protes Sandra. “Gimana bisa kamu malah pergi sendiri?”
Kabar hilangnya Ganesha semalam menyebar secara rahasia ke peserta LDKS. Rahasia maksudnya adalah, tidak ada satu guru pun yang tahu. Terutama Pak Satriya. Aku tak tahu siapa yang menyebarkannya pertama kali, tapi yang penting peserta cukup cakap untuk tidak membicarakannya saat ada guru.
“Maaf, semalam sama sekali nggak direncanakan. Seandainya semalam aku tidur, aku juga nggak bakalan gabung sama mereka,” jelasku setengah berbisik. Aku dan Sandra berdiri di dekat tanaman sulur di depan villa. Kami memakai seragam lengkap dan topi untuk menunggu upacara pelantikan dimulai.
“Aku juga pengin ikut tahu.” Raut wajah Sandra terlihat kesal. “Benar kamu sama Kallem yang menemukan Ganesha?”
Aku mengangguk. “Itu pun nggak sengaja. Kami dikejar anjing sampai lari keliling komplek. Tahu-tahu ketemu Ganesha waktu kami ngumpet.” Aku berusaha meyakinkan Sandra bahwa yang terjadi semalam benar-benar ketidaksengajaan. Sengaja kupasang wajah tak nyaman untuk mendukung penjelasanku. Seolah-olah aku tak menikmati pertualangan kecil itu. Aku tak ingin membuatnya berpikir bahwa aku sengaja mencari keuntungan romansa dari Kallem.
Berpetualang dengan cowok yang paling kusukai di tengah malam itu romantis banget, tahu. Tapi Sandra tak perlu tahu itu.
Sandra melipat tangan di dada, bibirnya mengerucut. Pandangannya menuju ke arah Kallem yang sedang membantu Ryan dan Ganesha -yang sudah saling menjelaskan kesalahpahaman- untuk mengikat bendera di tiang yang terbuat dari pipa yang ujungnya disemen di ember.
“Kalau boleh milih, serius mending aku tidur aja semalam,” tambahku.
“Terus kenapa kamu nggak balik tidur?”
Tak kusangka Sandra balik menyerang. Aku perlu beberapa detik untuk menjawab. “Terpaksa ikut. Mereka kekurangan personil, terus aku terlanjur kejebak keadaan.”
Sandra mengamatiku. “Seharusnya kamu bangunin aku lah, Ren.” Dia kembali merajuk.
“Maaf-maaf. Lagian San, dikejar anjing itu rasanya nggak enak banget. Rasanya nyaris semaput. Anjingnya gede, kayak mutan.”
Sandra berdecak. “Nggak apa. Yang penting barengan Kallem.”
“Kallem juga lari, San.” Koreksiku hati-hati. Takut Sandra salah kira kalau Kallem melawan balik anjing itu seperti superhero.
“Justru itu poinnya.”
Aku tak tahu jika Sandra begitu menginginkan waktu bersama Kallem. “Bukannya kamu udah kenal dia sejak SMP, ya?”
Sandra mengangguk. “Statusku nggak pernah naik sejak SMP. Cuma jadi temannya. Dia juga selalu anggap semua cewek itu temannya. Dasar cowok mahal. Sedekat-dekatnya sama cewek, dia cuma anggap mereka temannya.”
Mendengar ucapan Sandra barusan membuatku menelan ludah. Kok kayaknya tidak enak sekali didengar di telingaku. Kuamati Kallem dari jauh. Semalam, apa cuma aku yang merasa segalanya berarti?
Sepertinya sih, begitu.
“Bukannya dia pacaran sama Maharetha?” celetukku lagi.
Sandra memasang wajah ragu. “Semoga aja nggak.”

####
Maharetha sama Kallem jadian gak sih menurut kalian? 😶😁

Kallem : Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang