Bab 11 : Torehan Hati

3.9K 450 13
                                    

Salsabila sudah sampai di rumah sejak dua jam yang lalu, tetapi ia hanya terus berada di kamar. Terdengar suara tangisnya yang berulang-ulang. Membuat hati Reina pilu. Ia sudah menduga akan seperti ini.

Salsa belum sepenuhnya pulih. Hatinya masih terluka, belum siap menghadapi orang-orang dari masa lalunya lagi.

Malam sebelumnya Reina sampai berdebat dengan suaminya. Ia tidak setuju kalau Salsa kembali bekerja, apalagi di tempat yang membuatnya jatuh sakit.

Namun, Adi berpendapat tidak ada salahnya Salsa menghadapi trauma masa lalunya. Mungkin dengan begitu, justru ia menjadi lebih kuat dan tegar.

Tapi terbukti kata-kata Adi itu salah. Salsabila kini semakin terluka hatinya. Reina ikut menangis di luar kamar Salsabila. Kemudian ia menghapus air matanya dan berusaha terlihat baik-baik saja.

Tok tok!

"Salsa, kamu kenapa sayang? Ibu boleh masuk kan?"

Tahu-tahu terdengar suara erangan. Reina jadi cemas sekali, cepat dibukanya pintu kamar Salsabila. Dilihat putrinya itu sedang duduk di lantai sambil menutupi wajah dengan tangan.

"Salsa, sini sayang ... lihat ibu. Kamu kenapa?" Reina berusaha membuka tangan Salsa. Anaknya itu masih terus terisak. Dilihat matanya yang bengkak dan merah. Salsabila tampak kesakitan.

Reina langsung panik dan mencari obat tetes mata Salsa. Penyakit Sjorgen Sindrom yang dideritanya, membuat air mata mudah kering dan timbul peradangan di kelopak mata. Dokter sudah meresepkan obat untuknya.

Selesai diteteskan kedua matanya, Salsabila mulai agak tenang. Reina membimbing kembali ke tempat tidur, kemudian duduk di sampingnya.

Dengan penuh kasih sayang, Reina membacakan doa lalu ditiup ke tangannya dan diusapkan ke mata Salsabila. Terus berulang-ulang sampai putrinya itu tertidur.

"Mas, benar kan ucapanku kemarin. Pulang jaga Salsa nangis lagi sampai matanya sakit. Aku sudah menduga akan seperti ini jadinya ...," ujar Reina dengan suara bergetar. Ia berusaha menahan kecemasannya.

Adi jadi khawatir, dibukanya pintu kamar Salsa. Lalu, ia melihat kondisi putrinya. Dilihatnya sekitar mata Salsa yang bengkak dan merah, membuat Adi menyesal mengizinkannya kembali bekerja di tempat itu.

"Ya sudah, nanti kalau dia sudah bangun, ditenangkan saja hatinya. Kata dr. Aliyah, dia rentan stress kan," ujar Adi dengan kening berkerut. Dia juga jadi sedih dan cemas.

"Perlu dibawa ke dokter mata nggak ya?"

"Lihat kondisinya dulu. Sudah ditetesi obat kan?"

"Sudah, Mas!"

Adi mengangguk. Lalu, berjalan menuju kamar. Dia memilih untuk segera berwudhu dan salat hajat untuk mendoakan kesembuhan Salsabila.

Reina masih khawatir pada Salsabila, jadi dia ambil kasur extra kemudian di bentang di bawah tempat tidurnya. Ia ingin menemani putrinya malam ini.

Tepat pukul tiga pagi, Reina sedang berdzikir selepas salat tahajudnya. Ia mendengar lagi suara erangan Salsabila. Reina segera bangkit dari sajadahnya dan menghampiri Salsa.

"Salsa, kenapa sayang? Masih sakit matanya?"

"Haus ... tenggorokan Salsa kering banget rasanya ...."

"Oh iya, ibu ambilkan air minum hangat ya." Reina bergegas mengambil segelas air hangat dari dispenser. Ia menyesal tidak menyiapkan dari semalam. Padahal dokter sudah bilang, gejala yang mungkin timbul adalah peradangan di mata dan tenggorokan kering.

"Ini, Nak ... minum pelan-pelan!"

Salsabila berusaha duduk dan mencari gelas itu dengan tangannya. Ia belum berani membuka mata, karena rasanya masih agak perih.

dr. Salsabila Where stories live. Discover now