Bab 21 : Perihal Hati

4K 466 21
                                    

Seperti biasa, Senin pagi diwarnai dengan kesibukan yang tiada henti. Alvin dan Edo sudah berada di ruang rapat sejak pukul 7.30 tadi.

Kemudian menyusul pak Fadli, pak Wisnu--Kepala Operasional dan dokter Prita yang membawahi semua unit kesehatan di hotel syariah ini.

"Gimana pak Alvin hasil jadi mata-mata di bawah?" tanya pak Fadli sambil senyum-senyum.

"Ini mau kita bahas, Pak!" jawab Alvin.

"Hah, siapa jadi mata-mata?" dokter Prita bingung.

"Itu pak Alvin, untuk menilai kinerja sub unit operasional sama melihat apakah ada pelanggaran yang selama ini luput dari pantauan kita," jelas Pak Fadli.

"Wah, hebat ... saya baru tahu," timpal Pak Wisnu.

"Memang sengaja nggak diberitahu ke yang lain. Cuma saya, pak Edo dan pak Alvin yang tahu. Sekarang jadi berlima yang tahu. Tolong dijaga jangan sampai ketahuan!"

"Siap, Pak Fadli! Ngomong-ngomong unit kesehatan juga dipantau dong ya? Waduh ngeri nih saya, jangan-jangan saya dipanggil karena ada masalah di klinik," gurau dokter Prita.

Alvin yang sedang menyiapkan presentasi hanya melirik dokter Prita sambil tersenyum simpul.

"Baik, ini presentasi saya hari ini. Mengenai hasil pengamatan di unit lantai dua selama dua minggu. Saya belum sempat ke lantai satu. Mungkin minggu depan, saya sempatkan ke lantai satu bagian front desk dan penerimaan tamu hotel. Mereka biasanya jam istirahat berkumpul di kantin lantai dua. Jadi saya sudah kenal beberapa staff ...," tutur Alvin memulai presentasinya.

"Saya dengar di lantai bawah, para wanita tergila-gila sama Pak Alvin. Sampai ada fans clubnya segala!"

Alvin tertawa malu, wajahnya jadi merona merah.

"Oh ya, kata siapa Pak Fadli?" sahut dokter Prita ingin tahu.

"Itu kata karyawan yang menyerahkan absensi mingguan."

"Nah, masalah absensi juga salah satu yang akan kita bahas," kata Alvin berusaha untuk balik ke topik presentasinya.

"Saya mulai dari kesehatan ya. Kemarin ini kan sempat kita lakukan skrining. Ternyata penyakit terbesar adalah kolesterol dan hipertensi, bahkan dari catatan yang saya baca, tahun lalu ada dua orang kena stroke ya?"

"Iya Pak Alvin. Hipertensi sama kolesterol itu sih penyakit sejuta umat," kata dokter Prita.

"Tapi harus ada usaha menekan angka penyakit itu. Karena sangat berpengaruh ke absensi dan biaya pengobatan. Mungkin mulai dari seleksi pada saat rekrutmen dan dengan pengaturan menu kantin kita. Perbanyak menu sehat."

"Saya setuju itu!" sahut Edo yang dari tadi hanya memperhatikan.

"Baik, nanti saya coba hubungi ahli gizi dan koordinasi dengan bagian kitchen ya Pak Wisnu?" ujar dokter Prita. Pak Wisnu mengangguk setuju.

"Bisa juga diadakan acara keakraban setiap tahun secara bergantian. Mungkin bisa meredam stress pegawai," usul Edo. Alvin mengangguk.

"Bagus itu Pak. Biasanya acara keakraban cuma untuk staff yang di unit kantor. Operasional sudah lama sekali tidak diadakan," sambung Pak Wisnu.

"Oke, saya lanjut ya ... soal absensi, saya ingin memberi saran jangan pakai tanda tangan lagi. Tapi pakai sidik jari saja, seperti lantai tiga dan empat. Alatnya tidak terlalu mahal kan? Soalnya ada temuan titip absen."

Pak Fadli mengangguk setuju,"Memang rencananya mulai tahun depan seperti itu Pak!"

"Bagus. Ketiga, saya juga ada temuan saat di bawah. Barang-barang tamu yang tertinggal biasanya disimpan di mana ya, Pak Wisnu?"

dr. Salsabila Where stories live. Discover now