Satu kebiasaan buruk yang masih belum bisa aku hentikan adalah melakukan perbandingan. Tentu saja titik jatuhnya adalah aku dan penyumbunya adalah orang lain yang aku anggap sebagai lawan. Tidak-tidak ini bukan ajang kompetisi. Tapi maksudku orang yang aku jadikan objek kedua sebagai bahan perbandinganku.
Percaya padaku. Semua hal diatas hanya bentuk kesia-siaan saja yang tak berfaedah. Aku sampai lupa, jika semua manusia lahir dengan kurang dan lebihnya. Iya, aku tahu. Penuntutan gila itu masih berkoar hebat dimasyarakat. Sekali lagi aku ingin mengatakan. Jangan dengarkan.
Akan selalu ada orang yang lebih dari diri kita. Tugas kita disana cukup hanya dengan tidak terpengaruh oleh semua itu. Hidupmu kamu yang memimpin. Titik bahagiamu hanya kamu yang dapat menentukan. Jika ditanya lalu bagaimana aku bisa mendapat teman seumur hidup nantinya?
Baik dengarkan lagi ini.
Lepaskan dia yang hanya mencintaimu dengan syarat. Tugas kamu cukup menunggu dia yang lain yang mampu mencintaimu tanpa syarat. Manusia tulus belum punah. Masih ada.Kamu berhak mematok harus seperti apa calon pasangan-mu nanti. Tapi ingat saja ini, kamu juga perlu memantaskan diri untuknya. Aku, kamu. Semuanya. Kita perlu sama-sama untuk bisa memantaskan diri dengan mereka.
Lakukan titik tumpu itu dengan diri sendiri dulu. Kamu ingin punya pasangan royal? coba di diri kamu dulu, -jangan pelit sama orang tua. Kamu mau pasangan yang taat? Coba lihat diri sendiri lagi, -aku sudah taat kah?
Singkatnya seperti ini saja. Mari sama-sama bercermin sebelum bertemu.
![](https://img.wattpad.com/cover/238822705-288-k910792.jpg)
YOU ARE READING
Does Not Become Anything
Non-Fiction_____stories; 2020. Ini bukan apa-apa. Hanya seorang anak perempuan terakhir yang sangat keras. Atas semua hal yang terjadi saat itu, aku tidak ingin menyalahkan siapa pun. Bukankah hidup dengan terus mengemban peran sebagai korban itu sangat menye...