18 Tahun-ku

48 6 2
                                    

Belum beruntung, iya itu yang selalu aku katakan pada diri sendiri. Belum -bukan tidak. Anak-anak yang setahun lahir denganku bukannya sedang dalam masa berbangga diri? Bangga dengan jas almet barunya. Jalur PTN yang berhasil diraihnya, barang-barang brandednya, out-pit hits-nya, pacar royalnya -bukan begitu?

Iya itu yang terjadi pada wanita beruntung diluar sana. 18 tahun. Anak yang baru saja 18 tahun. Lagi-lagi iya, aku selalu menyalahkan diriku sendiri karena tidak mampu seperti mereka. Mengutuki segala hal dan selalu merasa tidak berguna, merasa tidak pantas dimiliki seseorang, dan tidak pantas mengenal apa itu bahagia.

Media sosial membuatku gila dalam sesaat. Layar datar 5inc itu sangat telak membuatku seperti ingin mengubur diri hidup-hidup.

Tapi,

Satu hal disana.

Aku bangga pada diriku. Dengan semua hal yang sudah terjadi dimasa lalu. Aku bangga dengan masih bisa bertahannya aku sampai sejauh ini. Tetap menjalani hidup yang setiap harinya pasti mempunyai ledakan tak terduga. Hidup bukan selalu tentang eksistensi -iya bukan begitu?

Sarjana tidak menjamin sukses-nya seseorang. Gelar tidak selalu mengangkat derajat manusia. Aku bangga dengan aku hidup tidak bergantung pada siapa pun. Aku bangga dengan aku bisa jadi perempuan mandiri.

Karena aku yakin. Suatu saat nanti, aku bisa mendapatkan hal bahagia itu. Iya, suatu saat nanti. Karena aku yang sekarang masih terlalu kecil.

Does Not Become AnythingWhere stories live. Discover now