Prolog

1.4K 173 43
                                    

[Iksan, 25 September]

Atmosfer menjenuh, peralihan cuaca panas ke dingin mengakibatkan presipitasi di sebagian muka bumi. Gerimis turun sejak pagi, membelai lembaran daun Cherry blossom yang mulai merona. Suhu dingin mengambang di udara, menyapa setiap insan yang berkeliaran di pusat kota.

Tanggal 25 September, hari ketiga di musim gugur, Haruto menangis sejadi-jadinya. Tak kuasa menahan lara yang memenuhi relung sukma. Dan memilih mengeluarkannya lewat air mata. Membanjiri ruang rawat inap, dengan kesakitan yang dia rasakan.

Haruto meraung, memohon kepada Tuhan. Agar 'Dia' mengembalikan entitas paling berharga miliknya. Jiwa temannya. Tidak, jiwa sahabatnya. Jiwa seorang Park Jeongwoo. Separuh jiwa miliknya.

Tuhan. Haruto mohon, untuk sekali ini saja. Tolong kembalikan Park Jeongwoo ke dunia. Hidupkan kembali dia, dan tukar saja dengan nyawanya. Haruto tak ingin, hidup hanya dengan separuh atma.

Tuhan. Haruto mohon, untuk sekali ini saja. Tolong kembalikan Park Jeongwoo kepadanya. Hidupkan kembali dia, dan bawa saja Haruto sebagai gantinya. Haruto tak ingin,  Jeongwoo-nya pergi begitu saja. Meninggalkannya, yang jelas-jelas tak mampu berdiri tanpanya.

"Jeongwoo, bangun Jeongwoo!"

Tidak, Jeongwoo nya tidak kunjung membuka mata. Dia hanya tertidur,  tanpa menarik nafas sekali pun. Haruto harus apa, demi membangunkan Jeongwoo kembali,  Haruto harus bagaimana?

Katakan!

Ini tidak adil. Seharusnya seseorang sesabar Jeongwoo tidak mati secepat ini.

Haruto meraup jasad di hadapannya. Memeluk erat tubuh manusia yang sangat ia rindukan. Haruto membenahi surai di kening Jeongwoo. Mengecup seluruh permukaan wajahnya, tanpa menyisakan sedikit pun celah. Kening mereka menyatu.

Air mata membasahi pipi Jeongwoo. Haruto menangis lagi. Sukmanya lagi-lagi berdenyut kala berhadapan dengan wajah Jeongwoo. Dia tak percaya jika wajah yang selama ini dipenuhi tawa, sekarang pucat tanpa binar kehidupan.

Sepertinya, Jeongwoo benar-benar telah meninggalkannya.

Haruto menyesal. Seharusnya dia datang lebih awal. Ah, tidak. Seharusnya Haruto tidak pernah meninggalkan Jeongwoo. Dan membiarkannya berjuang sendirian. Andai masa dapat diulang, Haruto tidak akan membiarkan Jeongwoo-nya pergi sekarang.

Iksan, 25 September,
Pukul 07.05 KST,
Park Jeongwoo meninggal dunia.












-Surat untuk Fukuoka-








[27/09/21]

Surat untuk Fukuoka [End]Where stories live. Discover now