Untuk Watanabe Haruto

762 145 20
                                    


Iksan, 05 April

Untuk Watanabe Haruto
Di Fukuoka

Hallo Haru, selamat ulang tahun.
Ah, aku tidak akan menanyakan kabarmu. Toh, kamu pasti menjawab "Aku baik, Jeongwoo." Aku tahu itu.

Haru, sekarang umurmu sudah tujuh belas tahun. Di umur yang baru, apa keinginanmu kali ini? Apa kamu masih ingin bertemu dengan Sinchan?

Aku ingat, ketika kita merayakan ulang tahunmu yang ke lima. Saat itu Haruto lima tahun, merengek ingin bertemu Sinchan sebagai hadiah ulang tahunnya,ㅋㅋㅋ. Konyol.

Mengingatnya aku jadi semakin merindukanmu. Kamu juga, tidak?

Haruto, ini tahun ke empat kita berpisah. Sudah lama, ya? Namun, perasaanku masih tetap sama. Seperti disaat hari pertama kamu pergi, aku masih tetap merasa kehilangan. Dan juga kesepian. Semuanya berbeda tanpamu, Haruto.

Haru, aku harap kita segera bertemu. Tidak, kita pasti akan segera bertemu. Lihat saja, nanti saat aku berulang tahun, aku akan meminta tiket ke Jepang pada ayah sebagai hadiahnya, ㅋㅋㅋ.

Haru, tunggu aku di Fukuoka, ya.

JW





"Sudah selesai?"

Jeongwoo mengangguk. Setelah berhasil mengirim hadiah untuk Haruto, dia mensejajarkan langkahnya dengan sang kakak–Park Jihoon. Lantas berterima kasih karena sudah mengantarnya ke kantor pos.

"Kau kasih hadiah apa?" tanya Jihoon.

"Kalung."

"Kalung yang sama seperti yang kau pakai?"

Jeongwoo mengangguk.

"Pasti dia suka."

Jeongwoo mengangguk lagi. Dia tersenyum mendengar ucapan sang kakak. Ya, pasti Haruto suka dengan kalungnya. Tentu saja. Jeongwoo membelinya dengan sebagian uang tabungannya. Sebenarnya dia menabung untuk membeli tiket ke Jepang. Namun tak apa, nanti Jeongwoo akan meminta ayah agar membayar sisanya.

Jeongwoo bertekad akan menyusul Haruto ke Fukuoka. Dia lelah menunggu. Sejak lama Jeongwoo ingin sekali ke sana, tetapi selalu saja dicegah. Ayah bilang jangan, nanti begini. Ibu bilang jangan, nanti begitu. Kakak bilang, Haruto bilang bla bla bla. Jeongwoo jengah. Bahkan Haruto juga sama bawelnya. Tidak mau tahu, pokoknya Jeongwoo harus terbang ke Fukuoka pada september mendatang. Jika Jeongwoo sudah bertekad, maka itu akan terjadi. Semoga saja.

Haruto, nama yang selama ini memenuhi kalbu. Tak pernah sedetikpun Jeongwoo tak merasa rindu. Pada remaja yang telah menjadi sahabatnya sejak dulu. Walau sekarang dia sedang berada di Fukuoka sana, tetapi Jeongwoo tak pernah melupakannya.

Perasaannya pada Haruto, masih tetap sama. Baginya, Haruto bukan sekedar sahabat dekat. Namun, juga pendamping hidupnya. Ah, tidak. Mungkin separuh jiwanya. Haha, lebay memang. Namun, itulah kenyataannya. Kenyataan perasaan Jeongwoo untuk Haruto.

Seminggu sekali, pasti Jeongwoo selalu mengirim surat ke Fukuoka–tentu saja untuk Haruto-nya. Begitupun sebaliknya. Bahkan kurir pengantar surat saja, sampai hafal dengan Jeongwoo. Jika sekali saja tidak mendapat surat dari Haruto, Jeongwoo rasanya menjadi hampa. Seperti dighosting berbulan-bulan, Jeongwoo tidak bisa tidur dengan nyaman. Jika menelfon, Jeongwoo takut Haruto akan terganggu. Nyonya Watanabe bilang, Haruto sangat sibuk belajar di sana. Haruto bahkan tinggal di asrama dan tentunya barang elektronik semacam smartphone selalu disimpan di wali kelas. Makanya, Jeongwoo selalu berbagi kabar lewat surat. Satu-satunya media yang saat ini bisa digunakan secara leluasa.

Haruto bilang, tak lama lagi dia akan pulang untuk liburan setelah ujian. Dan akan segera menelpon Jeongwoo saat tiba di rumah. Jeongwoo tak sabar menantikannya. Membayangkan jika mereka saling berbagi cerita, tidak hanya melalui tulisan semata. Melainkan dengan mengindahkan suara yang sama-sama mereka rindukan.

"Sabarlah sedikit lagi, Jeongwoo."

"Hm?" Jihoon melirik adiknya. Tak mengerti dengan Jeongwoo yang saat ini tengah bergumam sendirian. Tentu saja Jihoon tidak tahu, jika adiknya tengah memikirkan Haruto. Si remaja Jepang yang selama ini Jeongwoo rindukan.

Jeongwoo melihat langit berhias kapas. Berjalan sembari mendongkak ke atas. Semilir angin meniup surainya. Alangkah indahnya cuaca di musim semi. Bunga-bunga bermekaran, rerumputan menguarkan aroma yang khas. Memperkaya estetika yang alam suguhkan. Andai Haruto bersamanya, pasti hari-harinya akan terasa lebih indah.

Lagi-lagi Haruto. Entah sudah berapa kali Jeongwoo mengucap namanya di dalam hati. Tiada masa yang terlewat tanpa memikirkannya. Jeongwoo sama sekali tak lelah untuk merindukannya. Bahkan merindukan Haruto, sudah setara dengan agenda bernafasnya. Haruto selalu ada, disetiap detak jantungnya. Bagai ombak di lautan, kerinduannya terhadap Haruto, tak pernah usai menerjang hati dan pikiran.

Haruto, Jeongwoo menunggumu di sini. Di sebuah kota kecil di Korea selatan. Kota yang menjadi saksi jalan kehidupannya sejak dulu hingga sekarang. Kota yang dipenuhi album amor tentangmu dan juga Jeongwoo. Haruto, Jeongwoo menunggumu di sini. Di sebuah kota kecil penuh sejarah di Korea selatan. Di Iksan.




















-Surat untuk Fukuoka-



















Jangan lupa Voment ya,
Sampai jumpa di Senin depan,bye bye (≧▽≦)

Surat untuk Fukuoka [End]Where stories live. Discover now