04. tentang dia yang masih sama

112 11 1
                                    

Tala menunggu motornya itu dengan sabar. Ia hanya berharap, motornya ini segera diperbaiki agar bisa segera kembali ke abangnya.

Orang yang tadi membantunya untuk sampai di bengkel ini mendadak juga tidak ada entah pergi kemana.

"Pak, yang mana motornya?" Suara yang tak asing itu membuat Tala langsung menoleh dan kaget melihat siapa orang itu.

Tara melihat Tala juga terkejut. Namun ia tak ambil pusing untuk banyak bertanya dan lain sebagainya.

Setelah tau yang mana motor yang harus di periksa, Tara langsung fokus dengan motor itu.

Tala terus memandang. Tatapannya tak lepas dari Tara yang tengah membetulkan motornya. Sampai tak lama kemudian, akhirnya motornya itu bisa hidup.

"Wah udah bisa. Jadi berapa kak?" Tanya Tala to the point. Sepertinya bukan waktu yang tepat juga untuknya cerewet di depan kakak tingkatnya ini sekarang.

"Bawa aja, ini cuman masalah kecil kok." Tara mengelap tangannya dan ingin kembali masuk ke dalam, namun terhenti ketika bapak tadi memanggilnya.

Tala masih memperhatikan bukannya beranjak pergi. Karena urusan motornya juga sudah selesai. Namun... Namun sebenarnya ada masalah lain.

"Mbak, motornya udah bisa di bawa ini." Bapak tadi memundurkan motor Tala sampai posisinya sudah di depan. Sehingga mudah untuk Tala keluar.

"Mm pak, mas yang tadi mana ya? Saya cuman mau ngucapain makasih aja udah bantu bawa motor saya kesini." Maksud ucapan Tala tentu saja mengarah pada Leo, namun Tala tak yakin untuk menyebutkan nama itu.

"Dia karyawan di sini juga. Cuman tadi dia memang sedang ada panggilan bengkel keluar. Gak sengaja ketemu mbaknya, makanya bantuin sebentar.

Nanti saya sampaikan ucapan terimakasihnya. Untuk sekarang, orangnya lagi di luar. Mungkin tadi lupa bilang sama mbaknya."

Tala mengangguk. Untunglah, yang ditemuinya sedari tadi hanyalah orang-orang baik. Setidaknya, dia juga sudah bisa merasa aman sekarang.

"Kalo yang..."

Ucapan Tala dipotong dengan jawaban bapak itu. "Yang tangani motor mbaknya tadi?" Tala hanya mengangguk karena memang itu yang mau ditanyakan.

"Itu anak saya."

Tala mengerti sekarang. Kakak tingkatnya ini orang yang sederhana. Dari sikap dinginnya, ada sesuatu yang berusaha ia tahan sampai saat ini.

Tidak tau kenapa, tapi Tala selalu bisa menilai orang seperti itu. Ajaibnya lagi, setiap penilaian atau perkiraannya, hampir semuanya benar.

"Pak, saya boleh minta tolong sesuatu?"

"Apa itu? Sekiranya saya bisa bantu pasti akan saya bantu."

"Sebenarnya saya baru lewat lingkungan sini sendiri. Belum terlalu hapal jalan. Niatnya tadi cuman mau cari makan siang sebentar malah berakhir di sini. Saya boleh pinjam hpnya untuk telfon?"

Pak Setyo tersenyum mendengar itu. "Boleh. Sebentar saya ambilkan dulu." Pak Setyo masuk dan keluar lagi dengan hp di tangannya. "Ini, silahkan di pake aja gak pa-pa."

"Terimakasih pak."

Tala mulai mengotak-atik ponsel bapak itu. Sementara sang empunya sudah mengatakan jika akan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Ya ampun, lupa loh nomornya bang El itu berapa."

Tala malah hanya bisa diam selama beberapa saat. Jika tidak ingat berapa nomor abangnya, bagaimana bisa menelfon dan minta bantuan?

LARA(END)✅Where stories live. Discover now