12. bang El abangku.

84 9 2
                                    

Setelah di tinggal Tara begitu saja. Alih-alih mengerjakan tugas, karena di antar pulang saja tidak. Tala harus berjuang sendiri untuk kembali ke kampus dan bagaimana caranya untuk pulang ke rumah. Sedangkan langit tampak mendung, menandakan mungkin sebentar lagi memang akan turun hujan.

Tak sampai hati ingin menelfon abangnya, mengingat bagaimana tadi sikapnya dengan sengaja mematikan ponsel untuk pertama kali.

Sedangkan di tempatnya, Rafael memang benar-benar khawatir dengan adiknya. Selain ponselnya mendadak tidak aktif, hari juga mendadak gelap. Memang belum sore, karena sebentar lagi mungkin waktuya ashar, bukan maghrib.

Hanya saja melihat langit yang segelap ini, mungkin sebentar lagi juga tidak akan baik-baik saja di jalanan seorang diri. Sedangkan Rafael juga tidak tau harus mencari adiknya itu di mana.

Sejujurnya sudah ke kampus, tapi yang ditemukanya hanyalah motor tanpa pemilik yang masih terparkir rapi. Bertanya pada kedua sahabatnya juga masih tidak ada yang tau dimana adiknya berada.

"Dek dimana sih?" Rafael mengacak rambutnya sendiri karena tidak bisa menebak, dimana sebenarnya adiknya sekarang.

Rafael sangat khawatir tentu saja. Ini tentang adiknya.

Ini tentang seorang gadis yang tidak bisa di bentak. Yang ketakutan hanya karena mendengar suara petir tapi sangat menyukai hujan. Seorang gadis yang sering kumat penyakit asam lambungnya tetapi tetap bandel dengan memakan makanan pedas. Seorang gadis yang jika di motor di ajak bicara akan selalu menjawab "Ha?"

Seorang gadis yang moodnya bisa langsung berubah dalam sepersekian detik dan seorang gadis yang sedikit lemot. Jika di ajak ngobrol serius loadingnya pasti lama. Iya, itu dia di mata orang yang peka dengan bagaimana keadaanya. Jika di mata orang lain, dia tetaplah seorang gadis tanpa celah. Begitu sempurna dengan apa yang dimilikinya.

...

Tala masuk rumah dengan keadaan basah kuyup. Asal tau saja, banyak hal pertama kali yang dilaluinya hari ini.

Pertama kali makan di pinggir jalan sendiri. Tanpa keluarga dan yang paling penting tanpa seleksi dan omelan abangnya tersayang itu.

Pertama kali mematikan hp bahkan dia tau jika abangnya tengah khawtir mencari. Itu semua juga hanya karena cowok yang sebenarnya bahkan tidak menghargai sama sekali bagaimana usahanya sampai bisa seperti tadi.

Pertama kali juga ia menerjang hujan badai seperti ini seorang diri. Meski suka hujan Tala tidak berani dengan petir. Ini adalah momen pertamanya seperti ini. Tidak menyangka bisa dilalui meski tubuhnya sudah sangat gemetaran hebat namun berusaha untuk tetap kuat agar tidak ada yang khawatir melihatnya.

"Adek yaampun, basah kuyup gini darimana aja?" Nesya kaget melihat putrinya ini pulang dengan kondisi yang tak seperti biasanya.

"Abang mana? Adek pulang sendiri?" Yang lebih aneh lagi adalah ketika putrinya ini pulang seorang diri. Tak pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya. Biasanya, dimana ada adiknya pasti ada abangnya. Apalagi dalam kondisi yang seperti ini.

"Iya ma, Tala sendirian. Yaudah ya ma, Tala masuk dulu mau langsung mandi dan ganti baju. Dingin banget soalnya." Tala mengusap-usap bahunya karena dingin yang semakin menusuk.

"Yaudah, langsung mandi dan ganti baju sana. Nanti mama anterin yang anget-anget ke kamar kamu."

Maka Tala langsung naik ke kamarnya karena sudah tidak betah lagi. Dingin sudah semakin menusuk. Belum lagi ia terngiang-ngiang suara petir di jalanan tadi. Masih tak menyangka bisa sampai rumah seorang diri dengan kondisi luar yang hujan badai angin ribut seperti lagu aja-_-

LARA(END)✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora