43. putus

69 9 1
                                    

Sadar akan bagaimana kondisinya sekarang, Tala memutuskan untuk mengakhiri hubunganya dengan Tara. Agar jika waktunya nanti benar-benar tiba, Tara tidak terlalu terpukul akan hal itu. masih ada waktunya untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berbeda ini.

"Kamu bercanda? Apa selama ini kita ada masalah? Kenapa kamu tiba-tiba ngomong kaya gitu?"

Kalimat itu membuat Tala benar-benar merasa sakit. Bukan seperti itu keadaan sebenarnya. Namun ia harus tetap kuat, untuk fokus membuat hubunganya dan Tara berakhir.

"Aku ngerasa, aku udah gak bahagia lagi dengan hubungan ini. Kamu terlalu dominan, dan aku juga sadar, rasa yang dulu pernah ada buat kamu, sekarang itu udah gak ada. Jadi sekarang aku minta kita masing-masing aja ya? jalani seperti sebelum kita pernah kenal dulu."

"Tapi kenapa? Bukan seperti ini yang dulu pernah kita bicarakan."

"Kak, aku mohon, jangan bikin proses ini makin sulit."

Tara tidak tau apa yang terjadi, tapi ia pikir, ini bukan seperti Tala yang berbicara. Karena Tala yang dikenalnya dulu bukan Tala yang seperti ini.

"Kak, cukup ya? Sampai sini aja cerita kita. Karena ini benar-benar udah gak bisa di teruskan lagi."

"Seandainya ada waktu untuk bicara empat mata sama kamu, yang pengen aku bilang adalah terimakasih dan maaf untuk semua perasaan ini.

Terimakasih karena kamu sudah menjadi salah satu bagian dari proses pendewasaanku. Terimakasih kamu juga sempat menjadi salah satu kebahagiaan yang aku harapkan berujung sempurna meskipun tidak demikian.

Dan maaf karena mungkin kamu sempat terbebani dengan rasa yang aku tempatkan ke kamu, rasa yang mungkin sempat aku sematkan dalam setiap perjumpaanku dengan Tuhan maupun dirimu.

Namun jika kamu bertanya, apakah aku akan berubah setelah ini? TIDAK, aku tidak akan berubah hanya karena akhirnya semua ga sesuai harapanku. Perihal rasa dan perasaan, biarkan ini menjadi tanggung jawabku."

Tara tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ucapanya. Ia tidak menyangka akan berakhir seperti ini hubunganya dengan Tala. Sungguh cerita yang sangat singat dengan alasan yang menurutnya sama sekali tidak jelas.

"Tidak menyangka ternyata kisah kita akan sesingkat ini. Kamu yakin dengan semua yang kamu katakan ini? Kalau selama ini sikap yang aku berikan ke kamu agak berlebihan, aku bisa merubah semuanya. Bukan harus hubungan kita kan yang di akhiri?"

Tara masih berusaha, berusaha membuat semuanya kembali baik-baik saja. Telfon tiba-tiba dengan ucapan yang tidak pernah terpikirkanya sebelumnya, itu adalah yang sangat tidak ingin ia dengar sesungguhnya. Ia tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Tala.

Tala tidak tahan lagi menahan tangisnya mendengar penuturan panjang Tara. Sungguh, selama ini sama sekali ia tidak pernah merasa terbebani dengan apa yang ia jalani bersama Tara. Justru hari-harinya berjalan sangat bahagia.

Namun ia harus mengambil jalan ini agar semuanya bisa sama-sama enak. Ia tidak ingin meninggalkan dengan sebuah ikatan. Karena itu bukan sesuatu hal yang baik dan mungkin saja malah mebuat bebannya karena ia harus melihat bagaimana hancurnya Tara.

"Boleh kan kita bertemu? Aku mau ketemu kamu sekali lagi aja." Padahal Tara sudah berhasil mengubah panggilan saya itu menjadi aku agar mereka semakin akrab dan tidak terlalu kaku dalam berhubungan. Namun ternyata, berubahnya panggilan itu membuat status hubungan mereka juga akhirnya berubah.

Tala sedikit berpikir apakah harus bertemu? Apa dia mampu untuk menemui Tara? Apa dia mampu mengelak dari tatapan teduh laki-laki itu nantinya? Ia takut malah tidak bisa bertahan jika malah harus bertemu.

"Ta, bisa kan? Aku bisa datang ke rumah kamu sekalian bicara sama orangtua kamu. Kalau memang hubungan ini harus berakhir, mungkin berakhirnya juga harus dengan baik-baik."

"Jangan kak." Dengan cepat Tala menghentikan agar Tara tidak datang ke rumahnya. "Kita ketemu di luar aja. nanti Tala kabarin kapan dan dimananya." Setelah mengatakan itu Tala mengucap salam dan dengan cepat segera mengakhiri panggilan telfon itu. tidak mau terlalu lama lagi, karena semakin lama, ia semakin tidak sanggup untuk mengakhiri semuanya.

Panggilan telfon itu sudah berakhir beberapa menit yang lalu, tapi syoknya Tara masih terasa sampai sekarang. Rasanya kemarin hubungan mereka masih baik-baik saja meski memang ada sedikit keanehan dalam diri Tala, tapi semua ia pikir hanya karena moodnya mungkin yang kurang baik. Lalu apa hari ini?

Ditempatnya, Tala juga tak kalah terpukul atas apa yang ia alami sekarang. Sesuai apa yang ia takutkan, ternyata penyakitnya kembali datang dan sekarang dengan situasi yang lebih akut. Membuat umurnya pasti benar-benar tidak akan lama lagi.

"Kak, semoga tidak terpukul ya? Semoga kedepanya takdir kakak akan lebih baik dari ini. Maaf hanya bisa menjadi kebahagiaan yang semu untuk kakak selama ini."

....

Sesuai apa yang telah mereka janjikan, sekarang Tara dan Tala sedang bertemu. Bertatap muka dengan apa yang sebenarnya sekarang mereka alamai. Mencari jalan tengah atas hal tiba-tiba yang bahkan Tara sendiri tidak tau hal apa itu.

"Kasih aku alasan Ta, alasan agar aku bisa menerima keputusan sepihak kamu ini. Kalo memang ada orang lain aku bakalan mundur, tapi tolong jelaskan ada masalah apa dalam hubungan kita. Apa aku yang salah?"

Sedari tadi Tara terus menanyakan apa alasanya, namun Tala tak kunjung mengatakan, apa alasan sebenarnya yang membuatnya ingin putus.

"Aku sakit kak, aku gak mau buat kak Tara terbebani dengan hidup aku." Akhirnya Tala mengatakan itu semua. Dengan tangisnya yang benar-benar tumpah. Tala sudah menunduk dan tidak bisa memandang Tara lagi sekarang.

"Ta hei," Tara menangkup wajah Tala, agar wanita itu mau memandangnya. "Gak lupa kan? Apapun keadaanya, kita akan terus sama-sama. Jangan nangis, pacarmu ini gak suka liat ada airmata ini." Tara mengusap airmata di pipi Tala dengan lembut.

"Kamu akan sembuh, dan kita gak akan putus." Itu adalah ucapan final Tara yang tidak akan pernah bisa di ganggu-gugat lagi.

Tala hanya bisa menumpahkan tangisanya di pelukan Tara. Tangis yang sampai tidak bersuara lagi, tangis yang sudah lama di tahannya.

Padahal, sekarang perasaan Tara juga sedang ketar-ketir. Ia masih belum tau Tala sakit apa, ia hanya ingin menghibur wanitanya ini agar tidak menjadi semakin sedih.

"Kamu gak akan pernah pergi kemana-mana kan? Kita jalani ini sama-sama."

Padahal Tala sudah ingin mengatakan apa kemungkinan sakitnya, namun kalimat yang baru Tara katakan membuat ucapanya terjeda.

Memang baru kemungkinan, karena Tala sama sekali tidak berani untuk periksa ke dokter. Ia hanya mendiagnosa sendiri bagaimana penjelasan dari google atas apa saja gejala yang di alaminya. Ditambah dulu bagaimana sakitnya yang hanya diketahui dirinya dan Rafael saja.

"Udah ke dokter?"

Tala menggeleng atas pertanyaan itu. ia tidak cukup nyali untuk berani pergi ke dokter. Dulu hanya Rafael satu-satunya orang yang berhasil membawanya ke dokter dan tau apa yang terjadi pada dirinya. bahkan Rafael benar-benar menjaga rahasia itu sampai akhir dan tidak ada yang tau selain dirinya sendiri. Itu juga yang menjadi alasan Rafael kenapa sangat posesif dan menjaga adiknya dengan baik.

"Besok kita ke dokter ya? Kita buktikan bahwa memang tidak ada apa-apa sama kamu."

...

Bentala Kukila dan Bumantara Astrophilia adalah dua orang yang berbeda namun saling berhubungan satu sama lain. Panggil saja Tala dan Tara. Orang-orang menyebutnya
LARA jika mereka bersama.

11 Februari 2022
Vote jangan lupa
coment juga ya setelah dibaca

Name caracter:

Bentala Kukila (Tala)
Bumantara Astrophilia (Tara)
Rafael Nesya Adiwijaya (El)
Arabella Zurayna (Bella)
Lareina Casmirra Calla (Lare)
Loriana Bresia Ayunindya (Nindya)
Leonard Dewandaru (Leo)
Neil Bumantra (Neil)

Itu hanya beberapa nama karakter yang paling sering muncul. Selanjutnya akan dikenalkan lagi sesuai awal kemunculannya.

LARA(END)✅Where stories live. Discover now