41

1.2K 132 1
                                    

"Menurut ku ini bagus"

"Tidak ini sangat norak Dirga"

"Norak? Tapi warnanya bagus desainnya juga bagus"

"Ini terlalu berlebihan, aku lebih suka yang ini latarnya putih dengan ukiran sederhana berwarna emas lalu di tengah itu terdapat lukisan kita dengan memakai pakaian pernikahan" jelasnya menjabarkan desain undangan yang di inginkannya.

"Ya baiklah jika kau menginginkan desain seperti itu, tapi lukisannya bagaimana?"

"Maaf pangeran kami bisa melukisnya untuk anda, kebetulan kami punya pelukis hebat yang baru"

"Baiklah ayo kesana" ucap Milkha girang.

Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya mereka memutuskan satu desain untuk undangan pernikahan mereka. Sang pemilik toko membawa mereka untuk menemui pelukis.

"Pangeran putri ini adalah pelukis yang saya ceritakan" ucap sang pemilik mengenalkan si pelukis.

"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda yang mulia, perkenalkan nama saya Lili" ucapnya dengan membungkukkan badan.

"Senang bisa bertemu dengan mu Lili" balas Milkha yang membuat Lili terkejut.

"Putri dan pangeran ingin di lukis yang nantinya lukisan itu akan di masukan ke dalam undangan" jelas si pemilik.

"Tentu saja tuan, putri saya bisa melukis anda sekali lalu saya akan menggunakan alat ini untuk memperbanyak lukisannya"

"Alat pengganda?"

"Benar putri, saya sangat menyukai semua alat yang anda ciptakan. Tapi yang paling saya sukai adalah alat pengganda ini"

"Aku tidak menyangka kau kepikiran untuk itu"

"Terima kasih atas pujian anda putri, mari ikuti saya, saya sudah menyiapkan beberapa tema untuk anda. Anda bisa memilih temanya dan gaun pernikahannya"

Setelah lama memilih akhirnya pilihan telah jatuh pada satu tema, saat ini mereka sedang berpose di depan Lili. Segera Lili melukis mereka dengan cepat, meskipun cepat hasilnya tidak di ragukan lagi.

Postur Dirga yang tinggi tegap memeluk Milkha yang postur tubuhnya sedikit menyamping di sebelah kanan Dirga, dengan tangan kanan yang memegang pundak kanan Dirga. Milkha memilih tema sakura, bunga sakura yang sedang berjatuhan.

Gaun putih yang membentuk lekukan tubuhnya dengan bagian atas seperti model baju Sabrina dan ekor gaun sepanjang satu meter. Dirga memakai jas putih dengan tuxedo putihnya dan dasi putihnya. Satu tangannya memeluk pinggang Milkha dan tangan yang lain memegang buket bunga mawar merah dan biru.

"Ini hasilnya putri pangeran" ucap Lili setelah berjam-jam berdiri. Milkha cukup puas akan hasilnya.

"Ini sangat cantik apa kau bisa membuat lukisan ini lebih besar lagi? Aku berniat memajangnya di kamar nanti"

"Ya tentu saja akan saya lakukan putri"

"Ayo duduk dulu apa kau tidak lelah berdiri terus?"

"Tentu saja aku lelah seandainya ada kamera disini maka aku tidak akan—"

"Bodohnya aku! Aku kan punya hp, aku tinggal mengajarinya mengambil foto dan bisa duduk bersantai setelahnya! Kenapa tidak terpikirkan oleh ku sih!"

"Kau kenapa? Kok tiba-tiba syok gitu"

"Aku... ilmuan... cerdas... bukan?" beonya tanpa memandang Dirga.

"Iya kau yang terbaik"

"Lantas kenapa tadi otak ku tidak bekerja sama sekali?"

"Maksud mu?"

The Princess Technology (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang