17. HANCUR

2.7K 146 5
                                    

Di tengah ramainya kota jakarta, dan suara mobil serta motor yang mendominasi ditambah lagu dari hivi yang di putar oleh supir taxi, sambil kepala yang ia goyangkan, tanpak sangat menikmati lagunya, tidak lantas membuat seorang gadis yang tengah duduk di kursi belakang sambil menatap kosong keluar jendela itu terganggu, ia justru terasa hening dan kosong di tengah keramaian yang hadir di sekelilingnya. pikirannya melayang-layang bersama dengan udara malam yang sangat menusuk kedalam kulit tubuh.

"neng mau di antar kemana atuh, dari tadi kita cuman muter-muter disekitaran sini" Tanya sang supir taxi sambil melihat Ratu dari kaca kecil yang berada didepan.

sejak tadi mobil yang di naiki Ratu memang hanya berputar disekeliling alun-alun kota Bandung, dan sejak naik ke taxi Ratu hanya terdiam sambil memijit kepalanya yang terasa pening, hatinya sudah meminta menangis namun jiwa Ratu menolaknya.

"anter ke jalan kencana aja pak" balas Ratu dengan nada memalas, berutung karena ia duduk tepat dibelakang supir, jadi masih terdengar jelas.

"yaudah neng, mohon maaf neng ini lagu saya gak ganggu kan neng, kalau ganggu biar saya matiin neng" Tanyak supir itu kembali, karena melihat raut wajah serta penampilan Ratu yang sangat berantakan, ia merasa tidak enak hati.

Ratu melirik kearah kaca depan sambil tersenyum "Gak ganggu kok pak, gak usah dimatiin" Balasnya sebelum akhirnya menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.

"yowes kalau gitu neng" ucap sang supir sebelum akhirnya kembali menyalakan musiknya, dan lagu dari hivi kembali mendominasi mobil, sepertinya supir taxi ini sedikit gaul.

Ratu tidak memilih untuk pulang ke apartemennya, sebab ia ingin mencari kedamaian dan kata orang. rumah adalah tempat pulang paling nyaman dan tentunya membawa kedamaian. dan itu yang gadis itu cari saat ini, ia mau menenagkan pikirannya agar ia bisa mencari jalan keluar untuk masalahnya saat ini bersama Pangeran.

Disaat seperti ini Ratu sangat membutuhkan omanya, karena hanya beliaulah yang bisa mengerti perasaan Ratu, dan kembali ucapan omanya dulu tergiang dikepalanya "kalau nanti kamu udah nikah, kamu harus ingat satu hal perpisahan saat berpacaran itu sangat berbeda dengan perpisahan setelah kamu menikah, mungkin saat kamu berpacaran lalu kamu putus mungkin sakitnya hanya sebentar dan mudah bagimu menemukan yang baru, tapi ketika kamu sudah menikah dan kamu bercerai maka sulit bagimu untuk melupa sekalipun dalam hati kamu mengatakan semuanya akan baik-baik saja, tapi percaya segalanya tidak semudah saat kamu masih bermain-main dengan perasaanmu, makanya oma tidak pernah melarangmu untuk mengenal cinta di usia muda, agar kamu paham mana lelaki yang memang harus kamu jadikan pendampingmu".

Tanpa Ratu sadari sebulir air mata perlahan jatuh ke pipinya, ia teramat merindukan sosok omanya, walau omanya terkenal begitu galak tapi hanya beliau yang paham dengan segala isi hati Ratu.

Saat Ratu tengah melamun sambil membayangkan sosok sang oma, sang supir kembali membuayrkan lamunannya, "Neng turun dimana?" Tanya supir taxi itu saat mereka sudah memasuki wilayah jalan kencana seperti yang tadi Ratu katakan.

"maaf pak saya kurang fokus, rumah saya yang pager putih itu pak" ucap Ratu sambil menunjuk kearah depan.

"Iya neng" ucap sang supir mengikuti arahan dari Ratu.

sampai dimana kini mobil taxi sudah terparkir tepat didepan pagar putih rumah Ratu, dengan cepat Ratu merogoh uang dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya kepada supir, Ratu menyerahkan uang bewarna merah sebanyak tiga lembar.

"kembalianya buat bapak aja, makasih yaa pak" ucap Ratu lalu turun dari mobil itu, tanpak wajah dari supir taxi itu terlihat sangat senang.

"makasih banyak yaa neng" ucap sang supir sambil melihat kearah Ratu.

BADROMANCE JILID 2 Where stories live. Discover now