Part 04

80 43 18
                                    

Nggak usah basa basi, aku mau kalian votmen!

Aku maksa ini☺️

Happy reading🌻


Byur

Ais terlonjak kaget, ketika air dingin itu menusuk kulitnya. Ia melihat siapa yang menyiramnya, matanya melebar.

"Bun-da" ujarnya takut.

"Bagus, ya kamu. Bangun kesiangan, bukannya beresin rumah" ujar Karina ketus.

"Sekarang, sana kamu bersihin semua penjuru rumah ini!" Ujar karina.

"Ta-tapi, Ais mandi dulu ya bunda" ujarnya hati-hati, karena takut bundanya akan melakukan lebih dari ini.

"SEKARANG!".

Ais hanya bisa mengangguk, ia menahan dingin dari air tadi. Ia keluar kamar, memulai membersihkan rumahnya.

1 jam, Ais telah menyelesaikan tugasnya. Ia berniat, akan pergi ke taman. Karena hari ini juga hari Minggu, pasti di sana ramai.

Ia melihat bundanya, sedang duduk seraya memegang majalah.

"Bunda, Ais pamit mau ke taman boleh?".

"Terserah kamu mau ke mana, saya juga nggak peduli" ketusnya.

Ais mengulurkan tangannya, berniat untuk menyalimi bundanya. Tapi yang ia dapat hanya bentakan.

"NGAPAIN KAMU! SAYA NGGAK SUDI TANGAN SAYA DI PEGANG SAMA ANAK SIALAN SEPERTI KAMU!" ujar Karina, berhasil membuat Ais sakit hati.

Ia ingin menangis, tapi ia tahan. "Ais pergi dulu bunda, assalamualaikum".

_______

Ais, duduk di kursi di bawah pohon yang rindang. Ia menghela nafasnya, mengapa hidupnya menyedihkan seperti ini? Pikirnya.

Di benci satu sekolah saja tidak masalah bagi Ais, tapi ini juga di benci dengan keluarganya sendiri.

Ia tersenyum mengingat, masa kecilnya. Yang penuh kasih sayang.

Flashback on

Saat itu, Ais kecil sedang bermain dengan sepedanya. Tiba-tiba ia jatuh karena menabrak batu yang menyebabkan sepedanya oleng.

"Huaaa, bundaa kaki Ais beldalah".

Karina berlari tergopoh-gopoh, melihat putrinya yang menangis.

"Kenapa sayang?" Tanyanya lembut.

"Kaki Ais bunda, cakit" ujarnya menangis tersedu-sedu

"Mau cama Aban" ujarnya ingin kepada arsen yang saat itu umurnya masih 6 tahun.

"Iya, tapi kita harus obati dulu kakinya ya" bujuk Karina, Ais mengangguk patuh.

Selesai Karina mengobati kakinya, Ais segera pergi ke kamar arsen.

Ia membuka pintu kamar arsen, tanpa permisi.

Setitik luka || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang