Cappucino Kesukaan Riyan

8.7K 555 0
                                    

Lelaki itu datang dengan menggunakan jaket hitam miliknya. Dengan rambut yang ia tata sama seperti lihat di sekolah. Riyan mahendra. Itulah namanya. Tanpa sadar lelaki itu kini sudah ada di depannya.

"Gue numpang disini. Jangan ge-er dulu. Lo lihat tempat disana penuh? Jadi jangan berasumsi sendiri."kata Riyan dengan menunjukkan kursi di sekitar mereka.

Rena mengangguk manis.
"Berhenti bersikap salah tingkah kayak gitu. Gue lihatnya engga enak."Ketus Riyan dengan datar.

Rena mendadak merasa tersindir. Riyan benar-benar sudah dengan sengaja menyinggung sikapnya itu. Dasar lelaki memang sudah mengerti.

"Dasar cowok kaku!"balas Rena dengan kesal.

Pesanan lelaki itu datang dengan hal yang terbilang aneh. Ia memesan cappucino dengan taburan keju halus diatasnya. Tidak memperdulikan Rena yang heran dengan nya, Riyan tetap meminum pesanannya itu.

Dengan bodoh, wajah Rena terkesan seperti norak.

Rena terkesiap ketika Riyan bergumam mengangetkannya. Mata elangnya menatap Rena engan aneh. Tidak hanya di sekolah, Riyan juga aneh di luar sekolah.

"Cowok kayak lo suka keju juga ya?"sindir Rena dengan tertawa.

"Lo bisa gak sehari aja berhenti bicara sama gue. Gue kan udah bilang kalau--"

Rena mendadak terdiam.
Riyan memperhatikan gadis di depannya itu. "Baru digituin aja baperan. Semua cewek emang sama aja. Nyusahin sekaligus bawel"

"Tidak hanya aku, kamu juga menjadi lebih ramah akhir-akhir ini. "

Sontak saja membuat Riyan memikirkan sesuatu. Akhir-akhir ini ia memang lebih banyak berbicara. Apa karena gadis ini?

"Bahkan kayaknya dari dua tahun yang lalu, kamu yang sering aku temui tidak seramah yang sekarang. Aku suka kamu yang sekarang."Rena mulai lepas kendali.

Bodoh dan ceroboh memanglah sikapnya.

"Lo suka sama gue?"tanya Riyan dengan tertawa remeh.

Rena tersenyum. "Suka itu bukan harus jadi kekasih kan? Aku kagum dengan kamu."

Cappucino menjadi saksi kebersamaan mereka. Pernah kalian dengar kalau langit dan laut tidak akan pernah bisa bersatu?

Jika langit yang tidak akan pernah menyentuh laut apakah keduanya tidak bisa bersama? Sepertinya teori itu salah. Langit dapat bersatu dengan laut meski hanya dapat dilihat dari jauh.

Menjadi penggemar sekaligus orang yang mengejar adalah tidak beda jauh. Keduanya sama-sama memiliki tujuan untuk menentukan hatinya. Lalu, jika ia sudah menentukan hati apakah takdir akan berakhir indah?
Rena masih menyelami pikirannya.

Dug!

Suara itu menganggetkan Rena yang sedang melamun. Deas, sahabatnya itu datang dengan tergesa-gesa. Tidak sengaja Deas tersandung kaki meja yang membuatnya ditertawakan.

Termasuk Rena, ia juga menertawakan sahabatnya itu.

"Engga semua kejadian itu bisa ditertawain."kata Riyan dengan datar. Matanya menatap Rena dengan tajam lalu ia berjalan hendak menolong Deas.

Oh Tuhan, apakah ia salah dengan kejadian tadi? Itu hanya gerakan refleks.

Deas dibantu oleh Riyan untuk duduk ditempatnya. Sedari tadi Deas memegangi kakinya terus yang sepertinya terkilir. Riyan memberikan perhatian kepada Deas. Tidak salah kan?

"Kaki lo terkilir. Kenapa bisa buru-buru kayak gitu sih?"Riyan kini berbicara dengan Deas.

Seketika saja senyuman Rena menghilang.

"Buru-buru terus engga lihat jadi kesandung."jawab Deas dengan tertawa.

Rena mulai merasakan badmood hari ini. Baru saja ia diberi waktu untuk bisa mengenal seorang Riyan. Tiba-tiba saja ia menjadi murung. Ia tidak menyalahkan takdir yang sengaja membawa Deas agar ditolong dengan Riyan.

Bahkan Rena tidak memiliki hak untuk cemburu. Dia bukan pacar Riyan. Dia bukan orang spesial yang selalu dikejar oleh Riyan. Bahkan bagi Riyan dia hanyalah orang yang membuatnya susah setiap saat.
Ia tidak boleh bersikap layaknya anak kecil. Oa sudah dewasa. Tidak boleh bersikap egois. Bukankah Riyan adalah anggota PMR yang harus selalu menolong siapapun yang sedang membutuhkan pertolongan?

Rasa cemburu tidak boleh membuat Riyan menjauh. Bahkan ia tidak memiliki hak untuk melakukan itu.
Rena mengatur napasnya. Dihilangkan pikiran yang tidak ia harapkan itu. Rena kembali dan bersikap seperti biasanya.

"Deas, gue kira temen lo ini udah pulang. Eh dia masih ada disini. "Ledek Riyan dengan tertawa.

Deas tertawa dengan singkat. "Jadi lo ngajak gue kesini ngapain? Katanya mau ngomongin sesuatu."

Rena memanyunkan bibirnya. Untuk apa ia bercerita. Bahkan rasa badmood nya itu masih ada karena kejadian tadi.

"Gue jadi lupa. Dan gamau inget lagi."Rena mulai berubah menjadi pendiam dalam seketika.

"Kan kalo jadi cewek pendiem itu lebih anggun. Kesian nih temen lo gue cabut duluan."Riyan kemudian berlalu dengan memakai jaket hitamnya kembali.

Jadi sekarang siapa yang harus menahan malu?

Deas karena terjatuh atau Rena yang ketawan kalau dia cemburu dengan Riyan?



ANGLOCITA  [selesai]Where stories live. Discover now