Tetaplah bersamaku, Riyan

7.1K 333 18
                                    

Enam bulan berlalu.

Salju bertebaran dimana-mana. Amsterdam memang sedang mengalami musim dingin. Akhir-akhir ini kegiatan kuliah Rena memang tidak sepadat dulu. Kali ini Rena tengah bersantai menikmati dinginnya udara. Ia sangat nyaman tinggal di Amsterdam. Meskipun begitu, ia merindukan seseorang yang jauh disana.

Hujan salju sering terjadi beberapa hari. Suhu pun juga turun hingga 5° derajat dari kemarin. Rena menyeruput cappucino itu dengan pelan-pelan. Meresapi bagaimana rasanya kehangatan yang disalurkan melalui secangkir minuman.

Dilihatnya sebuah panggilan dari nomor Indonesia. Revan. Rena mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Revan rela menelponnya. Biasanya keduanya selalu bertukaran email.

"Hallo?"Kata Rena dengan heran.

Terdengar suara helaan napas Revan. "Akhirnya kau mengangkat telepon ku juga Rena."

Rena tertawa. "Ada apa, kak?"

"Ternyata Amsterdam membuat kau lupa dengan Indonesia ya?"ledek Revan dengan canda.

"Kak Revan ini bisa aja."

Revan menarik napasnya panjang. "Kamu harus tau kabar ini. Tidak. Aku serius kali ini. Keluarga kami sengaja tidak mengabari kamu tentang ini karena tidak mau menganggu waktu kuliahmu."

"Maksudnya, kak? Ada apa sebenarnya?"

Revan menghela napas gusar. "Selama tiga bulan, Riyan mengalami koma. Dan alasanku menelpon adalah..." katanya dengan tertahan. "Aku ingin kamu menemui Riyan."

"Kenapa dia bisa koma?"tanya Rena tidak mengerti.

"Semenjak kepergianmu, Riyan menjadi berbeda. Awalnya ia mulai terbuka dengan keluarga kami. Lalu tiga bulan yang lalu ia kembali berperilaku tertutup. Hingga seorang temannya menemui Riyan sedang bercucuran darah diruang ganti setelah ia melakukan pertandingan."Jelas Revan dengan sendu.

Rena menjatuhkan telepon milik nya itu ke lantai. Hatinya seakan merasakan tusukan begitu tajam. Ia merasa bersalah karena meninggalkan Riyan.

Air mata nya menetes. Tidak pernah ia bayangkan akan menjadi seperti ini. Ia harus menemui Riyan. Walau harapan nya kecil bisa berbicara dengannya.

Ia mengerang sambil berusaha menghirup oksigen sekadarnya. Satu-satunya hal terakhir yang ia dengar adalah ibu-nya yang menyerukan namanya dengan histeris.

Lalu semua menjadi gelap.



Biru.

Kelopak matanya perlahan terbuka. Penghilatannya masih belum begitu jelas. Gadis itu menoleh ke sekelilingnya. Otaknya kembali berputar sebelum ia jatuh pingsan seperti itu.

"Kamu sudah sadar, Rena?"Tanya ibunya dengan khawatir.

Gadis itu mengangguk singkat. "I'm okay, mom. Hanya saja tadi ... "

"Mama sudah dengar semua nya dari Revan."kata ibunya kembali yang berhasil membuat Rena melongo.

"..."

ANGLOCITA  [selesai]Where stories live. Discover now