45. War (Pt. 2)

5.4K 240 486
                                    

Warning!
(Slight) Mention of trauma, phsycological disorder,
under the influence of drugs.
Extra long story, causal of bored.
.
.

Np: please listen to One Direction - You and I while you are reading this section😌

Jungkook melirik kesal dua pria yang belakangan menjadi dekat. Bukan, sebenarnya ada tiga tapi saat ini yang terlihat dimatanya ada dua. Sejak insiden berakhirnya hubungannya dengan Seokjin nyaris sebulan yang lalu, Jungkook semakin uring-uringan. Memang, pria itu sangat profesional. Sebagai mahasiswa lulusan fakultas perfilman yang mumpuni, Seokjin memang harus diacungi jempol atas aktingnya yang juara. Didepan kamera, Seokjin akan terlihat biasa saja. Bahkan kala harus menebar layanan penggemar, ia bisa bersikap seolah mereka memang sedekat itu. Dan maaf, Jungkook menggunakan kesempatan itu untuk mencuri kesempatan berdekatan dengan sang mantan.

Beralibi ingin menyenangkan penggemar, Jungkook kerap kali kelepasan dan membuat heboh semua orang. Tapi, hanya itu kesempatan yang dimilikinya karena ketika kamera sudah tak lagi merekam, Jungkook tak bisa mendekati Seokjin. Selalu ada Taehyung atau Namjoon, si ketua grup yang menjadi tameng Seokjin. Seperti sekarang ini, alih-alih bergelung manja dibalik selimut, Seokjin justru mengajak pria besar itu untuk lari sore. Hal yang tak pernah dilakukan oleh Seokjin selama bersama Jungkook. Seokjin bukan orang yang suka berolahraga demi membentuk otot, ia lebih suka bergelung manja dibalik selimut bersama Jungkook—atau setidaknya begitulah yang pernah Seokjin katakan pada Jungkook saat dulu Jungkook mengajaknya untuk lari pagi.

Cuaca sedang mendung sore ini setelah tadi pagi cerah hingga panasnya menyengat. Jungkook menatap resah kearah jendela yang langsung menghadap keluar. Dua puluh menit yang lalu, Namjoon sudah tiba di dormitori; seorang diri. Ketika Jungkook bertanya dimana mantan kekasihnya itu, Namjoon menolak untuk memberitahu. Ingin disusul tapi Jungkook tak mau mencari ribut.

Hujan akhirnya turun mengguyur Seoul dan sekitarnya. Taman didepan dormitori Bangtan pun basah hingga terlihat banyak air menggenang. Jungkook semakin cemas dan kini ia sudah berdiri diteras dormitori untuk memastikan sendiri mantan kekasihnya pulang dalam keadaan baik.

Sedang dalam keadaan hujan deras begini, pintu gerbang terbuka dan Jungkook mendapati sosok dengan balutan Louis Vuitton itu basah seluruhnya dan berlari menuju dormitori.

"Astaga, Seokjin!" Jungkook menjerit histeris, ia tak menyusul selain menanti lelaki itu dan menangkap tubuh kuyup Seokjin kala tiba didepannya.

"Ya Tuhan..." Jungkook menghela napas lega, mendapati mantan kekasihnya pulang dalam keadaan utuh meski kondisinya basah kuyup karena hujan setidaknya sudah membuat Jungkook merasa bersyukur.

Jungkook membawanya masuk kedalam kamar Seokjin dan lelaki itu menolak saat Jungkook ikut berjalan masuk. Ia melepaskan lengan Jungkook yang menuntun lengannya sejak tadi. Dan tak dipungkiri ada perasaan bersalah saat melihat wajah kecewa Jungkook. Padahal, tadi ia tak menolak sewaktu Jungkook menangkap tubuh basahnya didepan pintu.

"Beritahu aku jika kamu butuh bantuan, hm?" Ujar Jungkook mengingatkan. Selama bertahun-tahun tinggal bersama, ia bukan tak tahu apa yang akan dialami Seokjin setelah kehujanan begitu. Seokjin akan mengalami hipotermi atau penurunan suhu tubuh yang ekstrim lalu setelahnya akan mengalami demam tinggi dan ia akan sangat rewel.

Dulu, Jungkook pernah harus terjaga semalaman lantaran menunggui Seokjin yang kerap kali terbangun saat demam.

"Aku baik-baik saja, Jungkook, terima kasih." Ucap Seokjin seadanya dan kemudian pintu tertutup meninggalkan Jungkook yang masih berdiri mematung didepannya.

"Kook?"

Jungkook menoleh cepat kala suara familiar menyapa pendengarannya. Ia mendapati Jimin yang berjalan kearahnya dengan piyama satin kuningnya. "Sedang apa didepan pintu kamar kak Seokjin?"

Behind The Stage (EXTREMELY SLOW UPDATE)Kde žijí příběhy. Začni objevovat