46. Piercing (M)

4.8K 209 226
                                    

Seokjin sedang memasak saat Jungkook; pria bergigi kelinci berusia dua puluh empat tahun itu kembali. Pergi bersama Yoongi, sejak tadi pagi dengan alasan ingin jalan-jalan. Sebelum mendekati sang kekasih yang masih sibuk bergelut dengan pernak-pernik dapur, pria itu langsung melesat ke kamar mandi demi mencuci wajahnya. Setelah merasa segar, ia melangkah mendekat.

Seokjin tersentak kaget kala Jungkook mendekapnya dari belakang. Melingkari perutnya yang rata dengan tubuh saling menempel. Jangan lupakan dagu yang bertengger dibahu lebar sang visual.

"Sayangku memasak apa?" Jungkook bertanya, netranya meneliti bahan masakan yang sedang diolah oleh Seokjin.

"Japchae." Jawab Seokjin tanpa menoleh dan ia mendapat satu ciuman ringan dipipinya yang sontak membuatnya menoleh cepat kala kulitnya merasakan sesuatu yang dingin.

Jungkook tersenyum kala lelaki manis itu memusatkan seluruh atensinya pada Jungkook. Netra secerah bulan yang fokus melihati benda logam dibibirnya. Kala lelaki itu berbalik badan, Jungkook segera menghimpit tubuhnya.

Seokjin mengangkat tangannya untuk menyentuh lip piercing Jungkook. Sarung tangan plastik yang tadi digunakan untuk melapisi tangannya saat mengaduk japchae sudah dilepasnya. Kini ia lebih penasaran dengan Piercing baru kekasih mudanya.

"Bagaimana?" Tanya Jungkook. Seokjin bukan tak tahu mengenai keinginan Jungkook untuk menindik bibirnya itu. Begitu dapat lampu hijau, Jungkook langsung bergegas.

"Aku harus mencicipinya?" Goda Seokjin, berlagak polos dan sukses mengundang tawa renyah dari yang bersangkutan.

Lengannya terangkat untuk menyugar legamnya surai sang kekasih, mengelus lembut piercing pada alis kemudian turun ke sudut bibir. Sebelah tangannya merengkuh leher dan Seokjin memiringkan kepala demi bisa mencapai bibir Jungkook. Dikecup lembut sudut bibir Jungkook yang kini sudah tak lagi kosong. Begitu bibirnya menangkap piercing, dihisapnya lembut dan Seokjin menggunakan gigi untuk menggigit bibir yang sedikit membengkak itu.

Jungkook semakin mengeratkan pelukan. Tangannya yang satu asyik meremas bokong sintal kekasihnya, sementara yang satu sibuk mencengkeram pinggul Seokjin yang berisi. Kemudian dalam satu gerakan tiba-tiba, Seokjin sudah berada dalam gendongan Jungkook yang disahuti kekeh rindik yang bersangkutan.

"Bisa tinggal dulu japchae-mu tidak?" Tanya Jungkook kala ciuman terlepas

"Kenapa?"

"Kupikir kamu mau berkenalan dengan piercing baruku?" Ujar Jungkook santai

Seokjin terkekeh renyah, namun ia akhirnya mengangguk setuju lantas kembali melumat bibir Jungkook. Kemudian ia merasakan tubuhnya terayun kala Jungkook berbalik dan membawanya ke kamar.

.

Seokjin menyugar helaian legam pria muda yang masih menggendongnya. Ia suka sekali, kapanpun menatap pria bersuara merdu itu dalam jarak sedekat ini, dan dengan helaian surai itu disela jemarinya. "Kamu tampan," akunya, berulang kali berkata namun seolah lupa bahwa ia pernah mengatakannya.

Jungkook terkekeh rendah, bukan hal pertama mendengar dua kata pujian tersebut. Penggemar juga kerap kali melebih-lebihkannya, namun kenyataannya sosok terindah yang nyata adalah kekasihnya sendiri; si pelaku yang baru saja memujinya dengan tatapan penuh damba.

Bukan Jungkook tak suka, hanya saja rasanya seperti tidak nyata dan berlebihan. Karena demi bumi dan seisinya, Jungkook hanya mendamba sosok digendongannya kini.

"Kalau memujiku begitu, tandanya kamu siap kugempur seharian." Jungkook menyahut, sekaligus menyebutkan kontrak waktu dan tindakan.

Seokjin tersenyum kecil, nada rendah terkekeh, kelopak mata indahnya mengatup lantas kembali membuka memamerkan netra bulannya yang indah, "Japchae-ku nanti keburu tidak enak."

Behind The Stage (EXTREMELY SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now