72. Non-Alcohol (Slight M)

1.9K 178 98
                                    

Jungkook memainkan gelas loki ditangannya. Menggerakkan gelas berukuran kecil itu hingga cairan didalamnya bergerak memutar. Menatap dalam gelas ditangannya namun sejatinya tatapannya tak berarti lantaran pikirannya melayang pada kejadian dua hari silam. Dadanya masih menyisakan rasa kesal yang kuat. Ingin sekali mengamuk namun ia menahannya. Berulang kali menghembuskan napas kasar demi membuang energi negatif yang menggerogotinya.

Jungkook hanya meminta ciuman, tidak lebih. Ia bahkan sudah berjanji bahwa tidak akan ada penetrasi yang terjadi tapi—

"AARRGHHH!!" Ia berteriak berharap kekesalannya ikut menguap bersamanya, bahkan cairan pada gelas ia buang begitu saja dan membasahi meja dihadapannya.

Mungkin setelah ini ia akan membereskan seluruh kekacauan yang telah dilakukannya.

Jungkook mengacak surainya dan menjambaknya dengan kesal. Jika perihal tak mendapat ciuman adalah hal konyol bagi kalian tapi tidak bagi Jungkook. Ia telah menantikan itu sejak lama sekali. Sejak Seokjin berpamitan terakhir padanya beberapa bulan yang lalu. Lelaki itu pulang dan memarahinya lantas menolak untuk memberikan ciuman sayang pada Jungkook.

Sudah dimarahi, tidak dapat ciuman pula.

"Jin, satu ciuman saja, kumohon?" Jungkook memohon, bersimpuh didepan kaki Seokjin yang masih duduk disofa kala lelaki itu sedang bersantai.

"Tidak."

"Aku berjanji hanya ciuman. Tidak ada seks. Aku mengerti." Ia bernegosiasi, bahkan kedua tangannya mengatup didepan wajahnya. Memasang wajah melas demi dikabulkan oleh yang mulia.

Seokjin menghela napas jengah, "Kamu tahu bahwa aku tidak suka bau alkohol dimulutmu, Jung!"

"Maaf, aku minta maaf. Tapi, aku tidak mabuk sekarang." Jungkook masih mengemis pada Seokjin. Ia tahu benar bahwa Seokjin benci mengetahui dirinya mabuk.

"Kamu memang sedang tidak minum sekarang, tapi kamu baru saja minum alkohol semalam! Jangan kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan selama aku tidak ada!" Sambar Seokjin berapi-api. Sungguh ia marah besar kali ini.

Jungkook mendadak lesu. Tak punya sepatah katapun untuk menyahut. Ia telah mengakui bahwa dirinya salah. Bahkan lelaki itu repot-repot pulang pun demi melabraknya karena hal ini.

"Maaf..." cicitnya halus tapi Seokjin tak menyahutinya.

"Kamu benar-benar harus mengontrol kegilaanmu pada alkohol, Jung. Kuperhatikan sekarang kamu semakin menggilai alkohol."

Jungkook mengangguk paham, ia tak akan membela diri lagi. Bahkan untuk memberitahu kekasihnya mengenai alasan mengapa kini dirinya jadi lebih sering mengkonsumsi alkohol pun rasanya tak benar. Jungkook hanya bisa mengucapkan kata maaf, berharap lelaki dihadapannya itu bersedia memberinya kesempatan untuk berubah.

"Tidak ada ciuman sampai kamu bebas dari alkohol." Ancam Seokjin mengulang kembali kalimatnya seraya ia bangkit dan pergi meninggalkan Jungkook.

"Jin—"
.
.

Taehyung berulang kali menekan bel pintu apartemen Jungkook. Namun bocah itu tidak menjawab. Sementara Jimin berulang kali mencoba menghubungi ponselnya dan hasilnya sama; tidak ada jawaban dari yang bersangkutan. Begitu ponselnya berdenting, Taehyung segera mengeceknya.

Dari Kak Seokjin, berisikan kata kunci pintu apartemen Jungkook.

Ia menunjukkannya pada Jimin dan mereka saling melempar senyum. Kemudian memasukkan kombinasi kata sandi dan pintu terbuka.

"Jungkook...!" Berteriak memanggil nama si bungsu begitu kakinya melangkah masuk dan pintu kembali tertutup otomatis, Taehyung melenggang masuk seraya matanya mencari keberadaan adiknya.

Behind The Stage (EXTREMELY SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now