Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Pagi cantik"
Sapaan di seberang sana dengan gaya aksen bicara yang sedang bahagia, membuat Amerta tersenyum. Ia sedang sibuk menguncir rambutnya sebelum pergi menjalankan ospek di hari pertama sah menjadi MABA.
"Udah sarapan belum?"
"Udah. Tadi makan roti sama susu"
"Kok cuma itu?"
Amerta terlalu fokus menggunakan liptint, mengabaikan pertanyaan PACAR nya yang menunggu jawaban.
"Amerta denger aku gak?"
"Heung.. denger kok"
Jarinya mengambil ponsel yang sedari tadi ia letakan di atas kasur dengan di loudspeaker.
"Aku gak bisa makan nasi kalau pagi, Madja. Kamu kan tau itu"
Dan Amerta sudah berbaikan dengan Madja. Ia memaafkan Madja tapi tidak dengan tindakan Bening.
Amerta hanya memberikan sedikit petuah kayaknya gadis lainnya yang sudah bodoh karena terlalu sayang dengan pacarnya.
Terdengar bodoh atau memang Amerta tolol, Madja bahkan hanya meminta maaf melalui pesan chat singkat di tengah malam. Bukan telepon, atau video call.
"Goblokbanget sih, Ta! Cuma dari chat doang lo semudah itu maafin Madja?! Ih tolol! Goblok lo to the bone banget tau gak? Terserah lo sana!"
Anggit kepalang marah saat tidak sengaja mengintip temannya sedang bercengkrama malam itu dengan Madja.
"Setiap orangkan pernah buat salah, Nggit" Amerta mencari pembelaan pada dirinya sendiri di saat Anggit sibuk menuliskan nama dan juga NIM nya pada kertas jeruk berwarna Ungu untuk ospek 2 hari lagi.
"Terus kalau Madja selingkuh lo juga maklumi karena itu kesalahan?" Anggit membanting spidol yang ada di tangannya.
Pasalnya ia marah bukan hanya karena Amerta mudah memaafkan Madja, tapi karena suasana hatinya yang belum lama ini putus membuat emosinya naik turun tak menentu.
"Kok lo doain Madja selingkuh sih?"
"Perumpamaan! Ya Allah Amerta tolol lo kebangetan semenjak pacaran sama Madja!"
Anggit membereskan barangnya, meletakan kasar kertas berwarna kuning milik Amerta yang sudah ia kerjakan di atas kasurnya.