SAPTA - (?)

2.7K 433 110
                                    

Jadwal masuk kuliah Anggit dan Amerta tidak selalu sama. Di karenakan beda jurusan dengan materi yang juga berbeda, keduanya sering pergi sendiri-sendiri.

Anggit biasa pergi di atas jam 10 dan pulang mendekati magrib. Amerta akan pergi lebih pagi dan akan pulang paling lambat jam empat sore.

Dan hari ini Amerta masuk pagi. Pergi sendiri dengan jalan kaki karena jarak kost dan gerbang kampusnya tak lebih dari 500 meter.

Berjalan kaki dengan slip on pemberian Bunda, serta kaos kaki kesayangannya. Merunduk karena masih di liputi sedih akibat Madja.

"Jahat banget sih" Amerta galau.

Matanya sedikit bengkak tapi harus di paksa kuliah karena tugasnya harus di kumpulkan.

Kejadian 2 hari lalu, Madja dan Bening datang kerumahnya. Awalnya berniat untuk mengajaknya makan malam. Amerta menolak karena ia tak mau ada Bening juga duduk semeja dengan mereka berdua.

"Aku gak mau ada Bening!" tolak Amerta.

Madja langsung menampilkan ekspresi bingung, "Terus Bening gimana?"

Pertanyaan bodoh, Amerta sampai tak abis pikir kenapa Madja jadi lebih mengutakaman Bening disini.

"Siapa suruh kamu ajak dia? Siapa mu dia? Selingkuhan?" tuding Amerta yang membuat Madja hampir saja main tangan kalau tak di halangi Bening.

"Dja, apasih!" Bening menolong Amerta, tapi itu cuma kiasan.

Amerta berdiri di ruang tamu sudah hampir menangis karena di pelototi Madja dengan seram.

"Jaga mulut lo!" Madja kepalang marah. Amerta keburu menangis di bentak lagi.

"Ya kamu kan bisa gak bawa si Bening. Misi kamu bawa dia padahal mau ajak aku makan? Makan bertiga? Gak sudi aku ada Bening!"

Bening bergeming.

Madja seolah kesurupan kalau Amerta berbicara hal yang tak mengenakan tentang Bening. Seolah Madja akan menjaga sebaik mungkin Bening dari pacarnya sendiri yang sedang cemburu.

Madja setan!

"Gue udah berbaik hati ya dateng dari rumah kesini cuma untuk ajak lo makan!"

"Makan? Kenapa gak lo makan berdua lagi aja sama dia" Amerta menunjuk Bening yang ada di sisi belakang Madja.

"Lo makan berdua sama dia, nagih kan?" lanjut Amerta.

Saat Madja akan mengelak ucapan Amerta, pacarnya sudah lebih dulu berbicara lagi, "Urusan katanya ada kumpulan sama temen kampus, tapi malah lihat kamu makan sama Bening. Mikir lah, aku pacarnu pasti jelas akan cemburu.."

"Lo.."

"Kalau kamu gak mau aku cemburu waktu lihat kamu jalan sama cewe lain, ya mending gak usah punya pacar. Bebas kamu mau gimanapun, tanpa ngerasa di kekang atau ngerasa di batesi."

Amerta maju, ia menunjuk Madja tepat wajahnya, "Lo itu mau bebas, tapi mau punya pacar juga. Mustahil ada manusia yang bisa santai liat pacarnya makan berdua sama temen pacarnya sendiri. Lo dapet penjelasan gak masuk di akal kayak gitu darimana?"

Madja diam. Ia mencerna semua ucapan Amerta. Ada benarnya, tapi dia tidak mau kalah berdebat disana.

"Oke gue minta ma.."

"Diem lo!" Amerta menunjuk Bening yang baru membuka mulutnya sedari itu.

"Gue sama Madja ribut mulu itu gara-gara lo! Sadar gak lo pengganggu hubungan orang?"

AMERTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora