🦋🌻

11.1K 705 116
                                    

"capek mas~"





Haruto dan junkyu resmi menjadi pasangan hidup beberapa jam yang lalu. Berjanji di hadapan Tuhan saling menyayangi dan mengasihi.

Mereka berdua telah menjalin hubungan enam tahun lamanya. Keduanya bertemu saat sekolah menengah pertama. Awalnya mereka hanya saling kenal satu sama lain karena berada di kelas yang sama.

Tetapi, keduanya baru saja berpacaran saat kelas akhir di sekolah menengah atas.

Cukup simpel alasan mereka, yang satu denial terhadap perasaannya sendiri sedangkan yang satunya sulit untuk peka terhadap perasaan seseorang padanya.


"Sebelum tidur mandi dulu ya, sayang"

Haruto mengecup pipi milik istrinya yang bulat dan memerah karena kelelahan.

"Eung...kaki adek pegel" rengek junkyu


Haruto menghela nafas, istri manisnya ini jika sudah bilang begini ya tidak bisa digugat lagi. Mungkin haruto akan mengiming-imingi sesuatu dulu.

"Mandi dulu ya? Terus lanjut istirahat"

Junkyu bangkit dari tidurnya, ia menatap haruto sebentar. Kaki jenjangnya merangkak menuju pangkuan haruto.


"Mas."


"Apa sayang?"


Junkyu menenggelamkan kepalanya di tekuk leher haruto "eumm adek belum siap, mas gapapa?"

Haruto tersenyum. Tangannya bergerak mengelus punggung junkyu perlahan memberikan sensasi hangat dan menenangkan.


"Mas bakal nunggu sampai adek siap. Tapi jangan lama lama ya?" Kini haruto yang bergantian merengek kepada junkyu.

Maklum saja haruto seperti itu. Ekspetasi haruto untuk malam pertama pupus sudah. Tapi, demi istrinya mungkin ia sedikit lebih sabar.

Haruto mengangkat tubuh kesayangan masuk kedalam toilet untuk sekedar membersihkan badan mereka yang lengket.

Karena sudah menunjukkan pukul sebelas malam, mereka tak mungkin untuk berendam di tambah lagi cuaca yang dingin.


"Sini, rambutnya biar adek yang keringin"

Haruto menyerahkan hairdryer kepada junkyu, haruto mendudukkan pinggulnya di tepi kasur.


"Adek pengen punya berapa?"


Blush

Pertanyaan itu sangat ambigu di telinga junkyu. Ia belum kepikiran untuk memeliki anak. Tapi, jika nanti sudah diberi maka junkyu rawat dengan penuh kasih sayang.

"Adek belum kepikiran mas"

"Kalau mas maunya punya lima"

Junkyu memukul pelan punggung suaminya "kebayakan ih, KKB aja ya"

Haruto menaikkan sebelah alisnya bingung "kok jadi KKB. Aku tanyanya mau punya berapa kamar lho"

Junkyu menutup wajahnya malu. Pengen hilang aja rasanya. Ternyata suami nya ini bertanya tentang kamar di rumah baru mereka.

Haruto tersenyum penuh arti "jadi udah kepengen nih" godanya

"Ih,ngga gitu"

Haruto terkekeh, ia segara mendekap junkyu membawanya terjatuh diatas kasur mereka.

"Besok lagi ya ceritanya. Sekarang istirahat dulu"
Junkyu mengangguk mengerti atas perintah suaminya itu.

Haruto menarik selimut mereka untuk membungkus tubuhnya dan junkyu. Terakhir, mengecup dahi dan bibir milik istrinya.

"Selamat malam isriku"

"Selamat malam juga swami"





























Ting~ Tong~

Ting~ Tong~


Bel dikediaman keluarga watanabe berbunyi. Waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi. Di depan rumah sudah ada lima pemuda yang sedari tadi menunggu sang tuan rumah membukanya.

"Menurut gue ya, haruto bakalan bangun jam sebelas keknya"

"Kebo banget, ngapain aja baru bangun jam segitu?"

"Bercocok tanam lah. Kan udah sah, bolehlah mantep mantep aduhai"

"Lambe mu woo minta di santet"

"Gini gini gue juga pengen punya keponakan ye badrul"

Asahi menggelengkan kepalanya. Seperti nya ia dikelilingi oleh orang orang yang butuh siraman rohani.

"Ngapa diem wae sa? Tipes lu?"

"Kagak, ambeien gue"

Mereka semua menggeleng kepalanya bersamaan. Emang ngga ada yang bener.

"Ini rumah ngga ada penghuni ya kalik, coba pencet lagi suk" titah jihoon

Hyunsuk ingin kembali menekan bel tapi, pintu sudah dibuka oleh pelayan disana.

"Maaf ya, tadi saya dan nyonya sedang membuat sarapan jadi tidak kedengaran sehingga kalian harus menunggu. Ayo masuk"

"Terimakasih bi"

Mereka masuk kedalam mendapati adik junkyu sedang bermain nitendo diruang tengah.

"Eh kalian,kenapa tiba tiba datang ke sini pagi sekali" ujar mama watanabe pada mereka

"Kita mau liat junkyu bisa ja-

Jaehyuk mendekap mulut jeongwoo dengan tangannya sembari berbisik di telinga jeongwoo "ngga sopan anjirt"

Jaehyuk kemudian melepaskan tangannya dari mulut jeongwoo "sebenarnya kita mau main aja kok ma hehe"

"Oh iya, ini bingkisan hadiah buat haruto sama junkyu ma"

Mama watanabe mengucapkan terimakasih. Sebenarnya mama watanabe sangat ingin bertanya bingkisan apa ini tapi, nanti sajalah.

Jeongwoo mengedarkan matanya ke seluruh isi rumah "pengantin baru belum bangun ma?"

Mama tersenyum "kan lagi buat dedek bayi, mungkin masih capek"

Suara kaki yang melangkah dari arah anak tangga rumah. Semua orang yang berada disana melihat junkyu berjalan seperti biasa.

Haruto terkejut karena semua orang menatap kearah dirinya dan junkyu "ngeliatin apa kalian?" Tanya junkyu

"Kok junkyu bisa jalan?" Tanya jihoon

Dahi junkyu mengerut "lah emang bisa jalan"

"Yah penonton kecewa. Kirain udah selesai produksinya ternyata belum mulai" ucap asahi dengan nada kecewa

Haruto melototkan matanya "jadi kalian disini cuma pengen liat junkyu bisa jalan atau ngga?" Tanya haruto melongo

Mereka mengangguk. Haruto menepuk dahinya pelan, lelah dengan pikiran teman temannya "bubar bubar, mending ke meja makan sana" titahnya

Semua orang kembali mendudukkan ke kursi. Sedangkan haruto dan junkyu saling menatap lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Haruto menggenggam jari jemari junkyu "ayo sarapan"

Junkyu mengangguk. Ketika sampai pada anak tangga terakhir, haruto bingung kenapa ayahnya berdiri di pinggir pembatasan besi tangga.

"Papa kenapa?"

Papa watanabe menatap junkyu dari atas sampai bawah lalu menyengir "kirain junkyu udah kamu genjot sama kamu to"

Haruto dan junkyu melongo "PAPA!"

Dan terjadilah keributan antara papa dan anak beserta menantunya.







Tbc.

Tes ombak dulu.
See you next chap👋

HAPPY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang