One That Got Away | Jung Hoseok

93 18 3
                                    

© Taeslandlady
Warning Mature content 18+

© TaeslandladyWarning Mature content 18+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

In another life,
I will make you stay..

🍂

Kala itu, daun-daun kecoklatan yang gugur dan menyelimuti tanah hitam di bawahnya, bermetamorfosa menjadi karpet merah yang menuntunku, di mana sesosok pria yang sudah lama kurindukan menanti di ujungnya.

Langkahku pelan, mataku menatap ragu, tidak seraut dengan pria yang kini hanya tinggal beberapa hasta di hadapanku. Dia tersenyum hangat. Senyuman yang sama dengan tujuh tahun lalu. Tidak ada keraguan saat dirinya merentangkan tangannya, membiarkanku memutuskan untuk menghambur ke dalam pelukannya atau tidak.

Tapi aku tahu apa yang seyogyanya kulakukan.

Jarak kukikis, hingga cukup bagi kedua tanganku untuk meraih tiap sisi lengannya yang masih membuka lebar, lalu menurunkannya kembali hingga sejajar dengan badannya.

"Sudah tidak boleh lagi," larangku pelan. Tanpa menyakiti hatinya. Tanpa memudarkan senyum berlesung pipinya.

"I see," jawabnya.

"Apa kabarmu, Jung-ssi?" tanyaku lembut.

Pria di hadapanku tertunduk seraya mengulas seringai yang terlihat kecewa. Mungkin, aku tidak pasti. Karena dahulu aku selalu memanggilnya dengan "Sunshine-ku". Bahkan hingga di detik-detik terakhir kami harus terpisah, tujuh tahun yang lalu.

"Aku baik. Bagaimana denganmu, Solmi-ah? Sepertinya tujuh tahun tidak mengubah wajahmu sedikitpun, ya?" kembali pria itu melengkungkan senyuman yang juga masih sama seperti dulu, bisa dengan ajaibnya menular pada siapa saja yang melihatnya.

"Apa kau sedang berlibur? Atau kembali menetap di Korea?" tanyaku penasaran. Karena setahuku, ini bukan musim yang bagus untuk sekedar datang bervakansi dari jauh hingga ke Seoul. Apalagi mengingat pekerjaannya sebagai tenaga pengajar universitas di negri nun jauh di sisi barat Eropa.

Lagi-lagi pria di hadapanku membalas hanya dengan senyuman hangatnya, manik obsidiannya terpaku untuk beberapa saat dengan milikku. Dia lalu menyimpan kedua tangannya pada saku mantelnya.

"Bagaimana kalau kita bercerita seraya menyesap kopi?" tawarnya ramah.

Aku tak lekas menjawab, memikirkan segala kemungkinan yang ada jika terlambat pulang, anggaplah sekitar dua jam. Lalu lima detik kemudian, aku mengangguk.

"Baiklah."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BELAMOUR 1.0Where stories live. Discover now