13

13K 1.5K 582
                                    

Disarankan baca sambil denger Justin Bieber - Off My Face.

--

Mark mengerutkan keningnya, acaranya udah selesai. Dan dia baru sadar kalo dia gak ngelihat Haechan di mana-mana.

"Gi, lo liat Haechan?" tanya Mark pada Egi yang kebetulan lewat.

"Dia udah balik tadi. Sakit juga jadi gue paksa pulang. Cuma tasnya kelupaan." ujar Egi.

Mark mengerutkan keningnya, sesaat kemudian mengumpati dirinya sendiri yang gak sadar kalau Haechan juga lagi gak enak badan. Astaga.. Pantes aja lemes gitu.

"Yaudah, mana tasnya? Biar gue yang bawa."

Egi sedikit memicingkan matanya, agaknya ngerasa sedikit sus. Tapi cewe itu tetep jawab "Sama Herin."

Mark segermenghampiri Herin yang lagi beres-beres meja. "Rin, tas Haechan di mana?"

"Oh, ini Kak." Herin mengambil tas ransel milik Haechan yang ia letakkan di kursi.

Mark menggendong tas itu di punggung sebelum hampirin Lucas. Setidaknya sebelum ngilang dia minta ijin dulu. "Cas, gue balik duluan ye. Ada urusan."

"Mau kemane?" Lucas mengerutkan kening.

"Pokoknya ada urusan." Mark menjawab. Kemudian melirik arlojinya, ini udah setengah 12 malem. Dia srius pengen ngecek keadaan Haechan di rumahnya. Walau sebenarnya agak ragu, jam segini mah udah jam istirahat. Gimana kalau yang punya rumah ngamuk?

"Yaudah deh." ujar Lucas. Ga peduli juga, acaranya juga udah kelar kok.

Mark melangkah keluar Kafe, mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Haechan. Namun hpnya Haechan malah gak aktif.

Nekat gak nih?

Mark menghela nafasnya, melangkah ke arah motornya sembari mempertimbangkan dua pilihan. Nunggu besok ato dateng malam ini juga. Tapi dia gak tenang. Gimana kalo sebenarnya Haechan sakitnya lebih parah dari Mina terus tadi dia lebih milih nolongin Mina?

Padahal Mina ini lagi sensitif banget buat dibahas. Terutama karena Haechan kayaknya curigain Mina ngirimin hate speech sama dia di sosial medianya. Tadi sumpah dia refleks aja, terutama cewe cewenya cuma kerumunin di tengah Kafe. Kan jadi tontonan pelanggan. Makanya dia turun tangan langsung.

Yaudahlah, samperin aja. Kemungkinan terburuk ya ditendang keluar sama Pak Danar. Kalo gak bisa malem ini besok coba lagi.

Dengan berbekal cukup keberanian, akhirnya Mark mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bertemu dengan Haechan.

Walau pas nyampe dia malah hilang keberanian, apalagi lampu dalem rumahnya udah mati semua.

"Loh?"

Mark terperanjat, pas noleh kebelakang dia liat Pak Danar, pake kaos oblong putih dengan sarung di pinggangnya. Di tangannya ada papan catur.

Anjir kok-

Ini dia harus syukur apa gimane?

Kemungkinannya sih dia bisa masuk.. Walaupun cuma sekitar 10 persenan.

"Kirain Haechan udah pulang. Ngapain kamu ke sini?"

"Malem pak." Mark buru-buru turun dari motornya, lalu menyalami tangan Pak Danar.

"Kamu tau kan gak sopan bertamu jam segini? Tau baca jam kan?" tanya Pak Danar dengan kening berkerut.

"Mohon maaf atas kelancangan saya pak. Tapi ini tasnya Haechan ketinggalan di kafe." ucap Mark, dia bahkan belum sempat ganti baju PDH hmjnya karena terlalu khawatir. Padahal kalo mau ke sini ngelewatin kostnya dulu.

Siap, Senior!  [MARKHYUCK] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang