11

9.7K 614 3
                                    

"Kita ke rumah sakit!" Ucapan Bima membuat Qia yang duduk di sampingnya menolak.

"Ngapain Pak?"

"Lihat tuh wajah kamu. Alergi kamu kayaknya kambuh"

Oh tidak! Qia melihat wajahnya melalui layar ponselnya. Satu kata, menyeramkan. Pantas saja seluruh badannya terasa gatal sejak tadi.

"Ini semua salah Lula ya Tan? Lula minta maaf ya" Lula mengusap pelan pipi Qia. Dih gemesnya, gimana gak sayang coba?

"Lula gak salah kok. Kan Lula gak tahu kalau Tante punya alergi begini"

"Lain kali jangan di ulangi ya La"

"Iya Pi. Solly Tante"

Qia mengangguk, sambil memeluk Lula, ia memejamkan matanya. Sejujurnya alergi ini gak penting. Yang sangat penting adalah, kenapa Bima bersedia repot-repot demi dia?

°°°

"Ha? Kok Kamu Dek!" Lula terbangun dan mendapati dirinya tertidur di atas brangkar rumah sakit. Menatap Aufa yang terlonjak kaget karena teriakannya.

"Mami sama Papi lagi di kantin rumah sakit. Alergi Lo kambuh kan? Yaudah di sini deh tempat Lo" jawab Aufa singkat.

Bukan itu maksud Qia, maksud Qia kenapa bisa Aufa? Kenapa bukan Bima dan Alula?

"Oh, Lo nyariin bos bang Ansal?"

"Enggak!"

"Udah pulang sama Alula" huhhh, seharusnya Bima menunggunya hingga bangun, kenapa pula dia malah tertidur nyenyak. Menjengkelkan.

"Eh, kamu udah sadar Qi? Pulang yuk. Kata dokter udah bisa pulang kamu tuh" sang Mami muncul dengan Papi yang berpakaian dokter. Kebetulan sekali, Papi nya bekerja di rumah sakit ini.

"Kamu tuh ya Qi. Papi tadi pas liat kamu di gotong sampai ruang icu, Papi fikir kamu sekarat"

"Lah, kan emang iya Pi"

"Kamu tuh tidur. Dengkur pula. Bikin malu aja!"

Muka Qia merah padam. Masa sih? Tapi memang dia enggak merasa pingsan. Cuma tadi sewaktu di mobil ia mengantuk, Bima saja yang bodoh mengira ia pingsan.

"Udah pulang gih. Hati-hati di jalan"

"Galak banget sih Pi jadi dokter" Qia mengomel, membuat Aufa terkikik geli.

°°°

"Gimana menurut Mami kalau aku mau kawin?"

Aufa dan Mami Nia yang berada di dapur melotot kaget.

"Hadi sudah lamar kamu emang?"
Kenapa harus Hadi sih? Males banget.

"Bukan. Ini jauh lebih keren dari Hadi"

"Duhhh, jangan halu deh Lo Mbak"

"Seriusan ini"

"Sama siapa emang?" Mami Nia menatap Qia sekilas.

"Mi, kalau aku jadi ibu Lula cocok kali ya" Ansal yang baru saja sampai terbatuk-batuk.

"Gila! Lo naksir Bima Qi?"

"Kami saling cinta!"

What the f... Makin parah nih gangguan jiwa Qia.

"Huss, di denger Bima bisa malu kamu" sang Mami menatap galak.

"Biarin dong. Sekarang masalahnya, Mami kasih restu gak?"
Haduhh, mungkin efek obat nih.

"Kamu bisa dapetin hati Bima emang?"

"Eh, jangan nantangin Qia ya Mi" kata Qia nyolot berbangga diri. Ansal menatap nya malas.

°°°

°grub rumpi no secret 💋°

'so sweet banget dahhhhh ya Lo Qi'

'kenapa emang?' Serra membalas gercep.

'huwaaaa 😪🤤😌 tadi gue liat Lo ke RS. Pasti alergi Lo kambuh?
Pak duda panik banget, gotong sampe IGD'

Ah yang bener? Jangan bikin Qia baper dong. Batin Qia ngedumel.

'namanya juga calon suami yang baiqq hati.'

'mulai deh penyakit narsisnya 🙄' Kali ini Merra yang menimpali.

°°°

Langkat, 17 Oktober 2021

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang