Sudah 2 Minggu sejak kepulangan Qia dari rumah sakit waktu itu, sejak saat itu juga Bima maupun Lula tidak menampakan batang hidungnya. Di cafe apalagi di rumah. Hal itu menyebabkan Qia uring-uringan enggak jelas sejak tadi. Niat hati ingin melakukan pendekatan dengan bapak tampan itu, tetapi sepertinya sia-sia.
Bel cafe berbunyi, tanda seseorang muncul. Qia buru-buru melirik, barangkali yang muncul adalah Bima.
Mas Hadi!"Qia, apa kabar?" Kenapa begini banget sih hidup gue? Nunggu Hadi yang muncul Bima. Nunggu Bima yang muncul Hadi.
"Eh mas! Baik. Kamu mau makan siang di sini?"
"Aku mau ngajak kamu keluar, ada pameran di kampus. Mau?"
Biasanya Qia bakalan jingkrak-jingkrak tiap kali Hadi mengajaknya jalan, "emang kamu gak sibuk?"
"Enggak dong. Yuk" Qia mencomot untuk tidak bawa perasaan lagi tatkala Hadi meraih tangannya, membuatnya sedikit terdesak masuk ke dalam rangkulannya.
"Aku pamit dulu ya sama Alvin" Hadi mengangguk setuju.
"Vin, Mbak keluar bentar boleh?"
Alvin menatap jutek Qia, "alesan!"
"Janji. Bentar doang"
"Pergi deh. Pulang bawa makanan ya Mbak" Qia mengangguk. Beruntung dia punya karyawan sebaik Alvin.
"Sorry ya Qi, dua mingguan ini Mas gak ngasih kabar ke kamu"
Eh, apaansih? Punya hubungan aja enggak, ngapain harus ngasih kabar?
"Emang kamu kemana Mas?"
"Mas banyak seminar di kampus. Doain ya, tahun depan bakalan S3" Hadi mengusap lembut puncak kepala Qia.
Lagi? S3? Bukan apa. Oh Qia, jangan harap kamu bakal punya hubungan dengan Hadi. Dia tuh lebih suka belajar daripada pacaran!
"Terserah deh. Lagian kan aku bukan siapa-siapa" cicit Qia dengan kalem. Hadi meliriknya yang membuang muka keluar jendela. Tidak ada kata yang terlontar.
°°°
Bima menarik nafas sejenak saat membuka pintu mobil dan membawa Lula dalam gendongannya. Sejak tadi, putri kecilnya itu sudah merengek minta bertemu Qia. Alasannya kangen. Ya ampun. Padahal Lula tidur pernah bersikap seperti ini biasanya.
"Pi, makasih ya udah mau bawa Lula ke cini"
"Its Okay. Lain kali jangan ngerepotin lagi" kata Bima dengan suara dinginnya. Lula mengangguk patuh.
"Selamat datang di Vintage Cafe. Mau pesan apa Alula?" Sapa Alvin pada bocah kecil dalam gendongan Bima. Ternyata benar berita hot dari ketiga sahabat Qia, lelaki galak ini adalah bapak dari Alula.
"Darimana kamu tahu nama anak saya?" Kan bener! Udah dingin, galak pula.
"Alula pernah ke sini Pak" kata Alvin lagi, hampir tanpa suara.
"Tante Qia ada Om?"
"Lagi pergi La"
Bima mengernyitkan dahinya, perasaan ingin tahunya jadi meningkat, "kemana? Bos kamu hoby keluyuran juga ya di jam kerja"
Omaigat. Harusnya Mbak Qia berada di tempat nih. Males banget menghadapi pembeli galak dan resek ini.
"Kurang tahu saya pak"
"Kok gak tahu sih? Kamu kan karyawannya" tipe posesif banget sih. Mana gue tahu. Emaknya yang ngelahirin aja mungkin gak tahu tuh anak ada di mana. Batin Alvin lagi.
"Yasudah. Kamu hubungi dia cepat. Bilang kalau Alula nunggu. Satu lagi, pesan Milkshake strawberry satu, Chease Cake Satu" kata Bima sambil ngeloyor pergi.
Huhhhh. Alvin bernafas lega saat itu juga.
'Mbak balik ke Cafe buruan!'
'kenapa emang? Baru juga duduk gue Vin'.
'anak Lo nyari Mbak'
'HEH! Gue belum kawin ya 😡'
'Alula beserta bapaknya di sini'
Qia yang menerima balasan dari Alvin segera berdiri dari kursinya, celingak-celinguk mencari Hadi yang katanya ke ruangannya sebentar.
Enggak mau hilang kesempatan, buru-buru Qia memesan ojek online. Tak lupa mengirimi Hadi pesan singkat. Mas izin balik ke cafe ya 🙏 Alvin nelpon katanya cafe ramai pembeli.
Setelah itu, Qia langsung ngeloyor pergi.
°°°
"Mbak habis lari estafet ya?" Alvin menatap Qia yang ngos-ngosan sambil menyeruput ice yang yang ada di meja pantry.
"Punya siapa nih Vin? Udah gue minum"
"Ya ampun Mbak. Itu mau aku antar ke meja nomor 5 tahu"
"Hehe. Yaudah sih. Buat lagi ya adek ganteng gue"
Alvin mendengus kesal. "Vin, mana Lula?"
"Noh. Udah setengah jam nunggu. Muka bapaknya ketat banget ya Mbak, Kayak celana dalem baru"
"Huss. Calon suami gue itu!" Kata Qia Sewot, lalu ngeloyor pergi.
"Tanteeeeee" Lula menatap penuh minat pada sosok yang di sebut tante itu, Bima menoleh. Qia berdiri di sana.
"Hallo La. Kamu cari tante ya?"
"Iya tan. Sini duduk" Qia yang mendapat kesempatan langsung duduk di sana. Enggak lupa memberi senyum paling manis pada Bima. Bukannya membalas, Bima malah kembali menatap iPad nya.
"Lula kangen sama tante"
Eh, beneran ini? Lula doang? Bapaknya enggak?
"Kamu doang La?"
"Maksud kamu apa?"
"Eh, enggak Pak" jawab Qia lagi, beneran galaknya gak ada obat nih manusia.
"Kalau pergi bareng anak jangan main iPad aja dong pak!" Tegur Qia kemudian, bukannya apa. Cuma ia risih aja melihat Bima yang sibuk sendiri.
"Jangan ikut campur"
"Dih, di kasih tahu malah nyolot. Sini yuk La, tante suapin" Qia mengambil alih Chease Cake Lula, memotong nya lalu menyuapinya pada Lula.
Tapi tanpa sengaja, ketika Lula mau mengambil Milkshake nya, saat itu pula Milkshake itu tumpah mengenai Bima."LULA! BISA GAK SIH KAMU HATI-HATI?"
Qia segera membawa Lula dalam gendongannya, "Lula gak sengaja pak! Jangan di bentak bisa gak sih?"
"Kamu juga! Itu anak saya. Ayo pulang La!"
Lula menggeleng sambil memeluk erat leher Qia.
"Nih liat. Ulah Bapak!" Kata Qia cetus, lalu berbalik menuju ruangannya di lantai dua. Meninggalkan Bima yang frustasi di sana.
°°°
Langkat, 17 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...