Bagian 02 : Namanya, Azam

11.3K 1.5K 302
                                    

♪ playlist song : Chen x Punch - Everytime - ost Descendants Of The Sun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

playlist song : Chen x Punch - Everytime - ost Descendants Of The Sun

02. Namanya, Azam

"Assalamualaikum, Iris pulang." Iris melepas sepasang sandalnya sebelum melangkah masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsallam," sahut Ardi selaku adik kandung Iris yang pertama. "Dari mana aja, Kak? Jajan nya mana?"

Iris menyandarkan punggung nya di sandaran sofa dengan bibir mencebik, kesal. "Jajan-jajan mulu yang lo pikirin. Gue ini lagi kit ati. Bukanya di hibur, malah di mintai jajan."

Ardi mendesis. Bocah laki-laki yang baru menginjak bangku sekolah dasar kelas enam itu memasang tampang mengejek. "Bilang aja nggak punya duit. Gitu aja, kok, di bikin repot."

"Bicit," Iris mencibir. "Ibu mana? Kok, nggak keliatan?"

"Ke warung depan." Ardi menjawab. Atensinya masih tertuju ke ponsel yang di genggam nya.

"Papa belum pulang, ya?" Iris melontarkan pertanyaan, lagi. Namun pertanyaan nya kali ini, tak di jawab oleh sang adik.

Merasa sebal karena pertanyaan nya tak di jawab, dengan jahilnya, Iris menekan-nekan layar ponsel adik laki-laki nya itu. "Mampus, lo! Mati, lo!"

"KAKAK, LOH!" Ardi menjerit. "GUE JADI MATI, KAN!"

Iris menaik-turunkan kedua alisnya, puas. Dapat dia lihat, tulisan game over terpampang jelas di layar ponsel yang Ardi genggam. "Oh, may gad! Berarti, gue lagi ngomong sama arwah gentayangan, dong?"

"KAKAK!" Ardi melempar bantal sofa tepat ke wajah Iris. "PERGI, LO! DASAR TUKANG GANGGU!"

"Anjrit! Berani, ya, lo ngelempar gue pake bantal!" Iris maju. Dia hendak memiting Ardi, namun suara seorang perempuan mengalihkan perhatian nya.

Aini selaku ibu dari Iris melangkah masuk ke dalam rumah sembari menenteng dua keresek belanjaan. "Udah pulang? Tadi darimana aja?"

"Tadi, ke taman puncak bentaran." Iris bangkit dari sofa, berjalan mengekori Aini menuju dapur. "Bu,"

"Hm?" Aini menggumam seraya menata barang belanjaan di dalam kulkas.

"Iris, jadi pindah ke SMANDA, kan?" Gadis itu menatap sang ibu penuh harap. "Jadi, ya? Jadi, ya?"

"Emang di SMANDA ada apa, sih, sampe ngebikin kamu ngebet banget pengen pindah kesana?" Aini tak habis pikir dengan pola pikir anak gadisnya itu. "Biaya di sana lumayan mahal, Kak."

Admirer Rúnda [Completed]Where stories live. Discover now