🍺 BAGIAN LIMA

64 6 0
                                    

Sudah pagi. Lebih tepatnya jam menunjukkan angka tujuh. Yuri sedang memasak ketika ia ingat kalau Jongin, anak perempuannya itu minggu depan akan menerima pengumuman hasil tes masuk perguruan tinggi.

Sudah seminggu ini anak gadisnya tidak keluar rumah. Hanya ongkang ongkangan di depan televisi, memotong rambutnya menjadi model aneh, lalu mencoba coba warna riasan wajah untuk pentas yang sayang sekali berwarna terlalu ghotic.

Sepertinya salah beli atau bagaimana.

Kulit tan Jongin tidak cocok menggunakan warna neon. Ah hanya kurang percaya diri tapi anak gadisnya meraung dua hari karena itu hasil uang jajannya yang ditabung selama ujian kelulusan SMA.

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar pelan namun pasti. Yuri hafal betul siapa yang turun. Semenjak suaminya menetap di Tiongkok, rumah ini hanya diisi olehnya dan Jongin.

Ia cukup berhasil mendidik Jongin menjadi gadis dewasa yang periang dan memiliki karakter kuat mandiri. Meskipun memang sedikit manja, memang bawaan wanita.

Yuri kini bekerja di perusahaan Tuan Oh. Sebagai salah satu kepala divisi. Bukan karena orang dalam. Hanya saja memang pendidikan Yuri tinggi, memenuhi keriteria, dan ia benar-benar melamar pekerjaan melalui beragam tes yang ketat. Pemikirannya tentu bercabang, namun ia merupakan pribadi yang tangguh dan setelah Jongin SMP ia merasa Jongin sudah bisa ia asuh sembari bekerja.

"Tante, hari ini masak apa?" Suara berat yang serak khas bangun tidur terdengar sangat seksi. Sosok pria remaja dengan rambut hitam cepak tanpa atasan itu menyamankan dirinya untuk duduk di kursi ruang makan dengan celana pendek diatas lutut bergambar patrick.

Warna pink.

"Sup jamur kesukaan Jongin. Apa gadis perawan itu masih tidur? Haish.. tidak bisa diandalkan." Yuri menggerutu sembari menyiapkan beberapa roti dan piring.

"Haha.. Dia memang seperti itu, kan.. Lagipula semalam dia- ah bukan apa-apa tante.." semula pria itu tertawa renyah namun ia gugup di akhir.

Yuri tersenyum tipis. Dihidangkannya sarapan pagi itu dihadapan remaja dengan otot-otot tubuh yang sudah terbentuk. Kulitnya putih bersih dan ototnya sangat baik.
Sehun sangat tampan dan menarik hanya dengan menggunakan celana pendek tanpa kain apapun lagi yang menempel di tubuhnya.

Jika ia tidak berseragam di hari sekolah pasti ia dikira anak kuliahan playboy ketika memakai pakaian kasual pun. Untunglah ia sudah lulus dan menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa. Sama seperti Jongin.

"Aku sudah tahu. Dia sudah tidak perawan. Sejak masuk SMP kan?" Yuri mengatakan hal itu tanpa nada sedih sedikitpun. Seolah sedang membicarakan matahari memang terbit dari timur.

"Ohok-" lain halnya dengan pria muda yang tersedak sup jamur enak itu.

"Kenapa? Bukannya kau juga sudah mengaku pagi itu juga ketika kau turun dari kamar Jongin? Aah.. Saat itu sungguh lucu kau menangis sesenggukan dan memohon maaf seminggu penuh padaku" ibu cantik itu ikut duduk di salah satu kursi lalu mulai memakan supnya.

"Ibu, apa yang kau lakukan pada Sehunku sehingga tersedak bagitu?!" Gadis dengan kulit tan mengkilap, kaki jenjang, dan rambut hitam legam sedikit bergelombang terurai hingga pinggang itu menuruni tangga hanya dengan mengenakan kemben jarik kecil. Hanya sekilan dari pinggul lebarnya.

"-Huk!" Sehun yang sedang meminum air putih untuk meredakan tenggorokannya kembali tersedak.

"Kau yang membuat Sehun tersedak. Dasar bocah. Dan jam berapa ini? Kenapa kau bangun siang. Jam tujuh wanita harusnya sudah bangun dan membersihkan rumah. Kau malah tertidur pulas.. Kau pikir kau pengantin baru, hah?" Yuri sangat suka menggoda anak gadisnya yang memang lucu jika dikerjai.

BRIDEWhere stories live. Discover now