🍺 BAGIAN ENAM

90 5 0
                                    

Suara ketikan jari tangan di atas keyboard cukup berisik pagi ini. Siluet lelaki tampan sedang fokus berada didepan komputer gaming dengan logo tentakel tiga arah, semua perangkatnya warna dominan merah muda.

"Jongin, berhenti menjilat penisku. Beri tahu dimana kau akan menyewa kos untuk kuliahmu semester depan." Bibir tipis lelaki tampan itu berujar. Tangan kanannya sibuk menggulirkan scroll mouse, melihat-lihat kos atau apatermen yang sekiranya cocok untuk wanita setengah telanjang yang sedang sibuk di selangkangannya.

"Puah.. Kau bahkan tidak memberi tahuku dimana kau akan kuliah, jadi aku tidak akan menjawab juga!" Bibir plum merah muda itu melepas hisapannya dari penis besar sahabatnya.

"Huh!" Berakhir dengan dengusan, tangan putih pucat lelaki itu menarik Jongin untuk naik ke pangkuannya.

"Sebentar Sehun, aku belum melepas celanaku.." Rengek Jongin ketika dipaksa duduk di pangkuan Sehun.

"Aku hanya ingin memelukmu. Bukan ingin melakukan itu." Ujar Sehun sembari mengalungkan kedua tangannya di pinggang telanjang Jongin.

"Tidak mau menyusu?" Tentu saja Jongin yang setengah telanjang itu menawarkan dada besarnya yang terumbar.

"Nanti saja." Disandarkan wajah tampannya pada bahu mulus Jongin. Sesekali menarik nafas, menghirup aroma stroberi dari rambut berurai panjang milik Jongin yang ujungnya berbentuk jajar genjang karena salah potong.

"Hun, katakan padaku.. Kau ambil beasiswa yang mana?" Tatapan kedua mata indah Jongin mengarah pada tumpukan surat-surat undangan beasiswa yang teronggok di sudut kasurnya.

Sehun benar-benar cerdas hingga tanpa mendaftar perguruan tinggi pun sudah banyak surat yang berjubel datang memintanya menjadi mahasiswa. Berbeda dengan Jongin yang harus mendaftar melalui jalur rapor dan prestasi.

Sehun terlalu mencolok sebagai siswa unggulan yang selalu menyabet penghargaan lukis dan prestasi akademik yang unggul.

"Tak usah pikirkan aku. Berdoalah semoga kau lulus, pengumumannya muncul sebentar lagi." Sehun membuka halaman website pengumuman universitas yang didaftar Jongin.

"Tapi kalau jauh darimu, aku tidak bisa hidup." Sedikit sesal di hati Jongin bagaimana dia terlalu bergantung pada sosok Sehun. Bukan berarti dia tidak bisa mandiri, dia suungguh mandiri dan keras, Namun tanpa melihat Sehun, ia merasa seperti tidak lengkap.

"Kalau terlalu sering bersama, kita semakin berbahaya, Jong. Bukan kau yang tidak bisa hidup.. Bisa jadi aku memberikan kehidupan di rahim milikmu itu." Ujar Sehun sembari membelai pinggang indah Jongin. Tatapannya fokus kepada layar yang menampilkan halaman utama web universitas yang dipilih Jongin.

"Itu tidak akan terjadi karena kau bersikeras keluar diluar ketika aku subur. Kau bahkan tahu jadwal menstruasiku, Hun." Jongin balas membelai anak rambut di tengkuk Sehun yang sudah mulai panjang. Sepertinya beberapa bulan ini Sehun enggan pergi ke salon langganannya.

"Kau yang membuatku ingat, Jong. Karena kau yang selalu menyuruhku memasangkan pembalut untuk vagina berdarahmu." cubitan gemas Sehun berikan pada pinggang indah Jongin. Menghasilkan pekikan sakit yang diiringi desahan. Dasar wanita penggoda.

"Sejak SMA aku tidak pernah lagi memintamu memasangkan, kau sendiri yang sibuk ini itu tentang rahimku." Jongin merengut membenamkan wajahnya di ceruk leher Sehun.

"Aku harus memastikan vaginamu sehat dan bersih karena kau menyuruhku menggunakannya terus. Ah, bahkan tubuhmu aku yang mandikan terus sejak kecil." Jemari tangan kiri Sehun merambat meraih gundukan payudara kanan Jongin yang terasa kenyal menekan dada bidangnya.

"Sebutkan ID dan password pendaftaranmu." sedangkan jemari tangan kanan Sehun sudah siap berada diatas keyboard.

"Kim Jongin - 9488.. Uh.. Terlalu kencang Hun.." Jongin berucap sembari mendesah ketika tangan kiri Sehun meremat kuat dada kanannya tanpa ragu. Memelintir dan menarik puncak payudara itu dengan beringas.

BRIDEWhere stories live. Discover now