16🏡

322 82 72
                                    

Hallo Assalammu'alaikum wr.wb..

Heheh, kangen sama Mbul Ashswa yaa??  Sama kokkk..  Berita baikkkk 4 Bab udah Acc udah agak longgar tinggal satuin sama print out aja terus dikirim ke kampus..  Bener sih kata orang kalo smt 5 berat. Bukan berat apanya ya, ini lebih ke mata kuliah wajib, mata kuliah yang ngebawa ke Skripsi keluar..  Jadi, ya sabar-sabar aja..  Penuh yakin aja..

Makasih banget masih stay, yang udah ga stay.. Makasih pernah singgah..  Mungkin lain waktu dapat berjumpa..



Aku mau kasih Noted.
Setelah season 2 rampung berarti kisahnya End ya.. Jadi next kita bakal ketemu project lainnya..  Thank you bangettt yang masih rame, antusias..


















Rumah besar itu adalah rumah yang sesungguhnya, dimana kedatanganmu dinantikan dan disambut hangat. Dimana keberadaanmu menjadi kebahagiaan, dan dimana semua yang berada dalam rumah itu tak pernah meninggalkanmu. Awalnya kepercayaan itu masih dipegang teguh, bagaimana masa lalunya berada dalam lindungan. Namun, beberapa digit nol menghancurkan semuanya.

Buai lembut terus dituturkan, bayi itu lelap dalam dekapan hangat. Hujan mengguyur dengan deras meredam isakan yang lama ditahan, didalam ruangan sepi disudut rumah. Menatap tetes guyuran hujan dan kembali mengingat kilas balik dari masa lalu. Apakah belum saatnya ia memiliki kedamaian dan kebahagiaan? Apakah semesta belum rela melepas peluk nestapanya? Dan sekali lagi, ia seperti seorang yang hilang arah.

Tok..

Tok..





Cklek..



Siluet itu ia kenali, aroma itu. Boleh bukan? Sekali ini saja ia terlihat lemah dan rapuh, sekali ini saja ia terlihat buruk? Ia merunduk dengan tangis semakin kencang dan raungan yang ditahan dengan gigitan pada lengan baju. Tangan lembut itu mengusap rambut kelam yang telah lepek oleh keringat, menangkat wajah sembab itu menghadapnya.

"Nda papa, nangis itu wajar. Nangis bukan berarti lemah, kalo sudah siap cerita Inesh dengerin.. Yang disini sesek biar kurang, sekarang nda papa nangis aja.."

"Huks..  Huks.."

"Tapi, mas harus percaya. Selama ini apa yang mas usahakan sudah sangat baik hasilnya, kalaupun mau berhenti juga nda papa kalo mas capek.."

"S-sesek.. Huks.. Huks.."

"Iya, Inesh paham.. Disini dulu sama Inesh ya?"

Dan hal berbeda terlihat, diruang tamu tepatnya. Esya, Kahi, Yusuf, Bima, mereka dateng udah 15 menit lalu. Opapi ga biarin mereka ketemu Arya dulu, Arya lagi engga baik-baik aja.

"Jadi, rencananya mau ngomongin apa?"

"Mau tahu keadaan bang Candra Pi, khawatir dari sampe Jakarta gaada ngobrol digroup.."

"Kalian direkrut perusahaan, audisi, atau gimana bisa jadi satu?"

"Saya juniornya dikampus Pi, Bima ni juga, kalo Yusuf emang bang Candra ketemu ga sengaja waktu kita iseng ngamen di Cafe dulu, sebelum kita masuk label.."

"Jadi, artinya kalian ini sebenernya individu? Terus biar berkembang niatnya ni akhirnya karena Candra ada label jadi masuk?"

"Bener, kan sebelum label gede kita rekaman distudionya bang Sam sama bang Candra, jadi sebenernya adanya manajemen ya buat administrasi. Jabatan yang diemban kita cuma formalitas, kita pure ngeband sama ya biasa pi endorse, BA, iklan, ya syukur-syukur main film.."

Dream House [COMPLETED) Where stories live. Discover now