My Villain Husband [Slow Update]

Chapter 61 - Duke Melawan Marquess

Marquess berbicara dengan suara rendah yang menunjukkan suasana hatinya yang berubah begitu Edwin menyebut Kaisar dari bibirnya.

“Sekarang Anda ingin kembali ke tempat Anda dulu, jadi Anda bergerak maju dengan Yang Mulia.  Apakah itu yang Anda katakan?”

“Tidak, tidak pernah. Dia ingin mendapatkan kembali posisi lamanya, atau setidaknya seperti itulah yang dia inginkan.”

"Duke, Tuanku!"

"Bagaimana kamu bisa mengatakan seperti itu ..."

Para bangsawan di kedua sisi Marquess Calvino semuanya menentang dan berdiri tegak, tetapi Edwin tidak mengalihkan pandangannya dari Marquess. Marquess Calvino, yang tangannya telah digenggam erat di atas meja, memiringkan mulutnya dengan kagum.

“Kamu sudah mengatakan cukup. Sepertinya yang ingin kamu katakan adalah aku mengejar tahta Kaisar. Anda sudah melangkah terlalu jauh, Duke. Bagaimana Anda bisa salah memahami keinginannya untuk mencapai posisi yang begitu tinggi atas nama Anda?”

“Posisi tinggi? Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa Grand Duke menginginkan posisi prestise kekaisaran?"

“Apa lagi yang bisa terjadi jika itu bukan mimpinya? Ia terlahir sebagai anak seorang raja dan sudah memiliki kekuatan untuk menaklukkan dunia. Anda, Duke Calvino, dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan kaisar. Karena itu, bukankah itu sebabnya Count Russell juga mengikutinya?”

“Selama Anda terus bermimpi, dia akan memutuskan; itu bukan sesuatu yang bisa kita putuskan. Anda memiliki kekuatan, tetapi Anda belum menggunakannya untuk diri sendiri sejauh ini. Saya pikir itu benar untuk melindungi apa yang benar-benar diinginkan Yang Mulia. ”

Marquess, yang diam-diam menatap Edwin yang melanjutkan pendapatnya tanpa didorong mundur, berkata dengan napas pendek,

“Kami benar-benar tidak berada di halaman yang sama. Aku sudah merasakannya sejak lama.”

"Saya setuju."

Selama beberapa generasi, telah terjadi pertumpahan darah antara kedua keluarga, tetapi dari generasi Marquess Calvino dan Edwin, hubungan itu semakin lama semakin terpisah. Meskipun mereka berasal dari bangsawan yang sama, kedua keluarga memiliki tujuan yang berbeda.

Marquess Calvino, seorang bangsawan radikal yang menentang tirani kaisar saat ini, dan Duke Celeste, seorang bangsawan modern yang berusaha menemukan titik harmoni antara kaisar dan adipati agung.

Sering terjadi perselisihan, tapi hari ini adalah pertama kalinya mereka keluar dengan intensitas seperti ini. Para bangsawan dari setiap cabang terjebak duduk di antara kedua pria itu mengacak-acak, tidak dapat melakukan apa pun selain menghabiskan waktu dengan membaca suasana.

“Tidak peduli apa, kita berada pada titik di mana saya tidak berpikir ada hal lain untuk didiskusikan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, saya memiliki hari yang baik di depan saya. Apakah kita harus melakukan ini, Duke? Untuk seorang ayah dengan putri yang bijaksana, Anda pasti tidak terlalu memikirkan hal ini.”

"Ini tidak ada hubungannya dengan putriku."

“Putrimu akan menjadi istri Yang Mulia. Bagaimana bisa itu tidak ada hubungannya dengan dia ketika dia akan menjadi cucu menantuku? Atau apakah Anda mengatakan bahwa tidak apa-apa jika tidak ada pernikahan?

"Bisakah kamu sampai di tempat pernikahan tidak terjadi?"

Mulut Marquess terkunci setelah mendengar Edwin berbicara begitu bebas. Penghancuran pernikahan. Itu mungkin untuk dilakukan, tetapi dari sudut pandang Marquess, tidak ada pria lain yang memenuhi standar putri Duke Celeste.

Di antara mereka yang ada di partai radikal, tidak ada yang seumuran, dan partai modern penuh dengan orang-orang yang kehilangan pangkat tinggi mereka. Mustahil untuk memilih dari para netralis.

Itu akan membuat banyak keributan, tetapi Marquess akan sangat malu jika mereka benar-benar memutuskan untuk memutuskan pernikahan. Dengan ekspresi tenang yang tegang di wajahnya, dia diam-diam mengisap giginya dan dengan hati-hati berbalik.

"Saya akan berpikir tentang hal ini. Ketika tugas kita selesai, Yang Mulia akan naik takhta dan putri Anda akan menjadi permaisuri, posisi yang lebih bergengsi daripada bangsawan besar. Dia akan menjadi Ratu kekaisaran. Apakah Anda akan menolak kesempatan yang baik untuk putri Anda? Apakah itu tidak cukup terhormat untuknya?”

“Meskipun itu memang akan baik untuknya, kupikir dia akan menolaknya. Dia akan mengatakan bahwa pendapat Yang Mulia didahulukan. ”

“Bagaimana kamu tahu itu, duke?”

“Karena dia putriku.”

Edwin, yang menjawab lebih cepat dan lebih keras dari sebelumnya, menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata yang tersisa di ujung lidahnya. Dia tahu persis betapa menakjubkan dan terhormatnya putrinya menjadi permaisuri kekaisaran. Namun, dalam pikirannya, Tiana saat ini tidak akan memiliki minat tunggal di dalamnya.

Edwin teringat saat sebelum kecelakaan ketika dia memiliki tugas sebagai putri seorang duke, tetapi dia ingin bertemu pasangan yang baik dan memiliki keluarga yang normal. Dia berpikir tentang saat dia mengatakan dia ingin menikah seperti ibu dan ayahnya. Pikiran tentang Tiana yang tersenyum malu-malu dan pikiran untuk melihatnya sebagai permaisuri tumpang tindih hari ini.

Edwin meyakinkan: Tiana hari ini pasti akan mempertimbangkan pikiran Lucius di atas pikirannya sendiri. Dia mungkin lebih cocok daripada Edwin untuk menentukan apa yang lebih baik untuknya. Dia berkata dengan senyum ringan kepada Marquess, yang ingin membantah sesuatu yang lebih, tetapi tidak bisa berkata-kata.

“Bagaimana Anda ingin mendengar pendapat putri saya, Tuan? Hari ini mereka akhirnya pindah ke istana bersama. Oh, Yang Mulia akan berada di depan audiens kerajaannya sekarang. Haruskah saya memberitahu mereka untuk datang ke sini setelah mereka selesai?

Marquess Calvino mengangguk sebagai jawaban.

Edwin, yang tersenyum gembira, terjebak dalam pandangannya, tetapi dia tidak dapat menemukan cara lain untuk menyangkalnya, jadi dia harus menahan amarah yang mendidih. Ketika dia memikirkan putri Duke yang dia temui di masa lalu, dia sepertinya bukan tipe yang menginginkan posisi Permaisuri.