09. Who's More Important?

767 193 103
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Apakah mamanya tidak tahu kalau selama ini ayahnya punya perempuan lain lalu berkencan diam-diam?

Apakah mamanya tidak tahu dan sudah dibodohi oleh ayahnya dengan berpura-pura baik selama ini?

Apakah mamanya tidak tahu tentang kelakuan ayahnya selama ini?

Atau...

Apakah mamanya tahu dan pura-pura tidak tahu seolah tidak terjadi apa-apa?

Sebab, terlalu banyak kejanggalan dan keanehan yang menghantam kepala Jean dalam satu waktu.

Kepingan-kepingan keanehan yang Jean pikirkan perlahan muncul satu persatu. Mulai dari ayahnya yang jarang pulang, bahkan bisa sampai berhari-hari. Ayahnya yang jarang mengantarnya ke sekolah karena alasan harus datang tepat waktu ke kantor. Hingga mamanya terus berkata ayahnya sibuk.

“Kalau emang mama tahu, kenapa mama diem aja selama ini? Alasannya apa?” gumam Jean sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja makan.

“Lo ngomong apa sih? Awas kesambet kalau bengong!” Jian menepuk punggung Jean dengan keras hingga Jean mengaduh kesakitan. “Mending lo bantuin gue sama mama siapin makan malam. Bentar lagi ayah pulang.”

“Emangnya ayah pulang malem ini?” tanya Jean sambil menatap Lia. Dia ingin memastikan banyak hal terlebih dahulu baru dia akan mengambil keputusan.

“Kayak biasa aja, kalau sampai jam delapan ayah nggak pulang kita makan aja duluan.”

“Ma, ayah sibuk apa sih? Maksudku, kerjaannya emang banyak banget ya sampai lembur dan nggak bisa pulang?”

Jika Jian yang melihat ayahnya maka reaksinya pasti akan berbeda dari Jean karena karakter dan emosi mereka berbeda. Jean dengan sikap dewasanya ingin memastikan beberapa hal sebelum memberitahu mamanya. Tapi kalau Jian mungkin akan langsung histeris. Karena Nathan adalah segala-galanya bagi Jian.

Lia terdiam mendengar pertanyaan Jean. Dari raut wajahnya, Jean bisa sedikit menyimpulkan kalau Lia sedang memikirkan jawaban.

“Iya, kerjaannya banyak. Ayahmu, kan, Manager Pemasaran jadi harus banyak kontrol kerjaan timnya.” Lia memang menjawab dengan lancar tapi tetap saja Jean masih merasa janggal. “Udah, jangan bahas kerjaan ayah dulu. Kalian makan aja, ini udah jam delapan. Kayaknya ayah kalian nggak pulang.”

Lia buru-buru mengalihkan perhatian Jean sebelum pertanyaannya berlanjut.

Iya, kayaknya sih ayah nggak akan pulang soalnya lagi sama selingkuhannya,” batin Jean dengan senyum tipis. Dia kemudian meraih sendoknya dan mulai makan.

Tangan dan mulutnya memang sibuk menyuap serta mengunyah. Tapi pikiran Jean melayang ke mana-mana. Sungguh, Jean ingin mengatakannya saat ini juga di hadapan mamanya tapi Jean masih ingin memastikannya karena tidak semudah itu untuk mengatakannya. Apalagi, Jean merasa harus menyembunyikannya dulu dari Jian karena reaksinya pasti akan histeris.

Ketika akhirnya makanan mereka habis, barulah Nathan pulang dengan menenteng sekantong plastik besar berisi snack seperti biasa dan tak lupa cokelat kesukaan Jian.

“Ayah!” seru Jian sambil melambaikan sendoknya ketika menatap Nathan yang baru tiba. “Udah makan?”

“Udah tadi.” Nathan beranjak duduk dan meletakkan kantong plastiknya di atas meja. “Jeandra, Ayah beli banyak snack nih buat besok. Kan, hari minggu.”

Sungguh, air mata Jean ingin menetes saat ini juga tapi Jean berusaha mati-matian menahannya. Outfit ayahnya yang dilihatnya saat ini sama dengan yang dilihatnya tadi di pusat perbelanjaan.

DANDELION [JAELIA✔️]Where stories live. Discover now