25. Break Up

812 185 82
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Jean cuek dan meraih sendoknya kemudian makan. Tidak peduli dengan Elena yang menatapnya tidak suka. Toh ayahnya sudah memberi izin untuk kembali duduk, yang artinya Jean bisa mendengarkan semua pembicaraan mereka.

“Apa? Mau ngomong apa?” tanya Elena.

“Kita udahan aja, ya.” Nathan berujar tegas. Seketika, Elena melotot kaget. “Maaf. Aku ngilang selama semingguan ini karena aku udah nggak ngerasain apa-apa saat aku sama kamu dan selama itu aku lagi mikir. Maksudku, perasaanku berubah. Kalau kita paksain terus sama-sama, kita akan terluka. Kamu, aku. Jadi, kita udahan aja, ya.”

Dengan cepat Elena menggeleng. “Gila ya kamu? Nggak, aku nggak mau. Aku udah nungguin kamu selama ini tapi balasan kamu kayak gini? Apa-apaan, nggak ya, aku nggak mau.”

Jean masih diam, mengunyah makanannya dengan tenang.

“Maaf, El. Aku tahu ini menyakitkan buat kamu. Tapi aku juga nggak bisa apa-apa selain ngelepasin kamu. Kalau aku maksain terus sama kamu, kita cuma akan kayak gini terus, nggak bisa melangkah maju karena salah satu dari kita yaitu aku, udah nggak sejalan sama kamu. Aku tahu aku jahat, tapi kamu pantas dapat laki-laki yang lebih baik dariku. Maaf, El, maaf,” ujar Nathan pelan.

Mata Elena berkaca-kaca, dia mengepalkan tangannya kuat. Bahkan menatap Jean dengan tatapan tidak suka.

“Ini pasti gara-gara mantan istrimu, kan? Kamu masih sayang sama dia, ya? Masih cinta dan pengen balik lagi, iya?” cerca Elena dengan rentetan pertanyaannya.

“Iya, El. Ternyata aku sadar kalau aku sayang dia lebih dari kamu. Kita udah hidup belasan tahun sama-sama, itu waktu yang lama untuk bisa buat aku sayang sama dia. Tapi secara nggak sadar, aku udah nyakitin dia dan akhirnya dia pergi,” jawab Nathan tanpa ragu. “Tapi El, dia udah nggak mau sama aku. Dia nggak mau balik lagi sama aku karena aku pernah nyakitin dia. Jadi, kamu nggak usah salahin dia. Ini murni salahku, keegoisanku yang dari awal nggak bisa tegas sama diriku sendiri yang menyebabkan kalian tersakiti. Aku ngelepasin kamu bukan mau balik sama dia, tapi ya, aku akan merenungkan kesalahanku selama ini.”

You’re so cool, Dad,” sahut Jean dengan mulut penuh makanan dan acungan dua jempol.

Elena mendesis sebal dengan air mata yang sudah menetes. “Bisa diem nggak, sih?”

“Aku? Aku ngomong sama ayahku, ngasih apresiasi sama ayahku karena udah bersikap keren. Kalau nggak suka, ya nggak usah peduliin,” sahut Jean dengan wajah jengkel dan menekankan kata ayahku. Menegaskan bahwa dia punya kuasa lebih karena punya ikatan dengan Nathan.

“Udah, Jeandra makan aja.” Nathan menyela. “Udah jelas ya apa yang aku bilang tadi sama kamu? Ini nggak ada sangkut pautnya sama Lia karena Lia pun udah nggak mau sama aku. Aku udah nyakitin kalian jadi aku pantas dapat balasannya sekarang.”

Elena mengusap air matanya dan menggeleng. “Tapi, Nat, aku nggak mau. Sumpah, aku nggak bisa sayang sama orang lain nantinya. Aku nggak mau putus..”

“El, kalau kita masih sama-sama, kamu hanya akan tersakiti karena perasaanku udah berubah. Ini jalan terbaik buat kita berdua.”

Benar memang, kalau mereka memaksakan untuk terus bersama maka Nathan hanya akan semakin memberikan luka karena perasaannya sudah berubah, sudah tidak sama seperti dulu.

Tidak adil memang bagi Elena yang sudah bersamanya bahkan menunggunya selama belasan tahun tapi dia dikhianati olehnya. Tapi apa boleh buat, perasaan mereka sudah tak sejalan. Dipaksakan hanya akan meninggalkan luka.

DANDELION [JAELIA✔️]Where stories live. Discover now