26. Their Own Way to Love Each Other

759 176 40
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Cukup lama Lia terdiam setelah mendengar ucapan Nathan tentang hubungannya dengan Elena. Agak terkejut karena Nathan mengambil keputusan ini. Lia kira, Nathan tidak serius dengan keputusannya untuk berpisah dengan Elena. Tapi ternyata, Nathan benar-benar mengambil keputusan itu.

“Terus?” tanya Lia setelah lama diam.

“Terus apa? Aku? Ya, gimana, sendiri. Kamu, kan, udah nggak mau balik sama aku. Jadi ya udah, aku lagi dapat balasannya. Karma kalau kata Jean.” Nathan terkekeh. “Ternyata semuanya lebih terasa setelah hilang, ya. Aku beneran lagi dapat karma sekarang. Tapi ya udah lah, mau gimana lagi.”

“Kamu udah mikirin ini dengan matang?”

“Udah.”

“Ya udah, aku cuma penasaran aja. Aku kira tadi Jean asal ngomong kayak gitu makanya aku ke sini nanya kamu. Ternyata beneran dan akhirnya kamu bisa tegas ya sama diri kamu sendiri,” ujar Lia dengan senyum tipis.

Helaan napas Nathan terdengar lirih. “Iya, tegas tapi kamunya udah pergi. Ya, aku bisa apa. Kamu juga nggak mau balik sama aku, udah nggak bisa percaya lagi, kan.”

“Maaf.”

“Nggak apa-apa, kenapa malah minta maaf. Harusnya aku yang akan beribu-ribu kali bilang maaf sama kamu karena udah nyakitin kamu dan dengan bodohnya aku ngelepasin orang yang tulus sayang sama aku selama ini.”

Lia menunduk, memainkan ujung bajunya dengan perasaan yang campur aduk. Suasana hening sejenak.

“Oh ya, kayaknya hubungan kamu sama Haikal itu lebih dari sekedar teman, ya? Weekend ini kalian pergi jalan-jalan, Jian juga keliatan bahagia di foto itu. Tadi dikasih liat sama Jean,” ujar Nathan dengan suara pelan, lebih seperti gumaman.

Hm..” Lia hanya menjawabnya dengan gumaman pelan. Tapi jawaban singkat itu mampu membuat Nathan merasakan emosinya meluap.

“Semoga kamu bisa bahagia ya sama pilihanmu dan semoga kamu nggak ngerasain sakit kayak yang kamu rasain waktu sama aku. Kalau senyum Jian udah bisa kembali dan itu karena Haikal, syukurlah. Aku seneng.”

Tangan kiri Lia mengepal kuat, emosinya juga sedang diuji. Nathan terlihat pasrah dengan keadaan.

“Iya, Nat. Kamu juga harus bahagia.”

Setelah itu, Lia keluar dengan mata yang berkaca-kaca. Sementara Nathan menatap lurus ke depan, tidak sanggup rasanya kalau harus melihat Lia pergi.

Sepertinya, hubungan mereka benar-benar berakhir. Bahkan Nathan tidak berani mengharapkan sebuah kesempatan lagi setelah mendengar ucapan Lia. Sakit memang, tapi apa yang bisa Nathan lakukan? Lia tak bisa mempercayainya lagi.

Saat akan masuk, Lia langsung berpapasan dengan Jean yang baru turun, membawa perlengkapannya untuk menginap lagi.

“Hati-hati,” ujar Lia. “Perlengkapannya udah semua?”

“Udah. Mama beneran nggak apa-apa, kan? Maksudku, Mama nggak keberatan, kan, aku nginap terus di rumah ayah?”

“Nggak, sayang. Ngapain juga Mama keberatan, ayah Nathan, kan, ayah kamu. Ada Jian juga jadi Mama nggak kesepian.”

Jean mengecup pipi Lia dan berlalu pergi, sampai Jean masuk ke mobil dan mobilnya melaju, Lia masih berdiri di depan pintu lobi.

Perasaannya benar-benar campur aduk. Bahagia karena akhirnya Nathan bisa tegas dengan dirinya sendiri dan malah sedih karena tahu bahwa Nathan memilih sendiri. Padahal dia juga sendiri, tapi kalau baiknya kelewatan, ya begitu. Itulah Lia.

DANDELION [JAELIA✔️]Where stories live. Discover now