Bab 22

253 30 13
                                    

Hai hai!

Jeremy dan Shinta datang lagi!
Maaf ya agak lama 😄

Cus langsung aja ya!
Pencet vote ☆ dulu sebelum baca biar keren!

Happy reading!

•••

Pagi hari sudah menjelang. Namun, tak membuat Shinta ingin beranjak dari tempat tidurnya.
Ralat. Tempat tidur Jeremy lebih tepatnya.

Dengan posisi duduk memeluk lutut, tatapan Shinta hanya memandang jendela kamar seolah hanya itu yang menarik perhatiannya. Tidur malam Shinta jauh dari kata nyenyak. Antara karena terlalu memikirkan gosip murahan itu, atau memikirkan sesuatu yang Jeremy ucapkan malam tadi.

Shinta tidak ingin peduli, tapi mau tidak mau ingatan tadi malam kembali menyeruak. Sial, itu sangat mengganggunya.

••

“Mungkin aku bisa melakukannya untukmu. Katakan Shin, apa yang membuatku terus mengkhawatirkanmu tanpa alasan, jika itu bukan karena kasih sayang.”

Shinta tercenung. Mencerna ucapan Jeremy baik-baik, maniknya membalas tatapan Jeremy yang begitu teduh di matanya. Setelah ia cukup terkejut dengan ciuman Jeremy yang tiba-tiba, Shinta kembali dibuat terkejut akan pengakuan lelaki ini.

Bisakah Shinta mengartikan ucapan Jeremy sebagai pengakuan bahwa Jeremy menyayanginya?

“Menurutmu apa, Jer?” lirihnya memastikan.

Shinta tidak tahu apa arti ungkapan Jeremy. Tapi, perasaannya kini mulai tak menentu. Perasaan berdebar macam apa ini?

“Entahlah. Tapi, izinkan aku untuk memastikannya,” gumam Jeremy lirih.

Lalu satu detik kemudian Jeremy mendaratkan kecupannya. Jeremy kembali mencium Shinta kali ini lebih dalam dan intens. Tangan Jeremy bahkan sudah merengkuh tubuh Shinta, mengusap punggungnya, hingga perlahan merangkak naik menekan tengkuk Shinta guna memperdalam ciuman mereka.

Shinta terkejut awalnya. Namun, ia pun tak kuasa membalas ciuman Jeremy yang begitu menuntut. Hingga perlahan tubuh Shinta terasa melayang, Jeremy menggendongnya yang membuat Shinta mengalungkan lengannya pada leher Jeremy lebih erat. Lalu tidak lama kemudian, lelaki itu merebahkannya di atas ranjang -yang sempat ia tiduri- beberapa saat lalu, tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

Di saat Shinta mulai terbuai oleh permainan Jeremy, saat itu pula ciuman Jeremy yang sejak tadi begitu menuntut kini perlahan melembut. Sebelum akhirnya Jeremy benar-benar melepaskan tautan bibir mereka, dan kembali menatap Shinta tanpa banyak kata.

Napas Shinta memburu, membalas tatapan serta menanti apa yang akan Jeremy katakan. Namun, lelaki itu justru hanya tersenyum kecil, merapikan rambut Shinta yang sedikit berantakan di atas bantal.

“Tidurlah. Kau boleh tinggal di sini untuk sementara,” kata Jeremy.

Setelah itu, Jeremy pun beranjak dari ranjang, dan berbalik pergi keluar kamar.

Di sisi lain, Shinta yang masih belum tersadar dari ciuman panas mereka sudah menganga tak percaya. Sudah, hanya itu?

Shinta melayangkan tatapan kesalnya pada punggung Jeremy yang tengah menutup pintu. Sial, setelah Jeremy membuat dirinya lupa diri untuk sesaat, lelaki itu pergi begitu saja. Shinta merasa seperti jalang yang ditinggalkan setelah bercinta.

I Get You, Love!Where stories live. Discover now