Bab 53

116 16 7
                                    

Hai! Hai!

Jeremy dan Shinta balik lagi!
Udah termasuk cepet nggak sih 😅

Ya udah cus langsung baca!

Pencet vote ☆ dulu biar afdol!

Happy reading!

•••

Memiliki orang tua yang cukup berpengaruh ternyata memberikan keuntungan tersendiri untuk Shinta. Segala fasilitas sudah terpenuhi tanpa lelah bekerja. Segala akses pun dengan mudah Shinta lalui. Seperti saat ini, dirinya tengah duduk dengan kaki tersilang, kedua lengannya terlipat di dada. Tatapannya nyalang menatap ke sekitar ruangan khusus bagi tamu VIP di salah satu institusi kepolisian negara.

Hingga tidak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Terlihat sosok petugas polisi yang membawa seorang gadis dengan seragam tahanannya, dengan kedua tangan yang sudah ter borgol di belakang tubuhnya.

“Demi keamanan, waktu Anda tidak banyak, Nona,” ucap petugas polisi tersebut, sebelum akhirnya undur diri guna menunggu di luar ruangan.

Untuk sejenak, hanya ada hening. Shinta menatap sosok Michi dari atas hingga bawah. “Kostum itu sangat cocok denganmu dibanding dress manis yang biasa kau pakai,” cibir Shinta dibarengi senyum meremehkan. Apa lagi melihat wajah Michi yang sedikit lebam di sudut bibirnya, bisa ditebak gadis gila seperti Michi telah terlibat perkelahian dengan tahanan lain.

Michi tak menjawab apa pun, gadis itu justru sudah melenggang dengan tenang lalu duduk di sofa, berhadapan dengan Shinta. Michi menatap Shinta dengan tatapan yang sama, lebih tepatnya mengejek.

“Sepertinya kau sangat menikmati hasil karyaku,” gumam Michi menatap rambut Shinta yang pendek karena ulahnya, dan bekas luka yang menghiasi wajah Shinta, terutama bekas luka yang membentuk seperti bunga mawar di lengan Shinta hasil ukirannya.

Mendengar itu membuat wajah Shinta menegang seketika, diam-diam kedua tangannya terkepal. Seketika mengingat kembali rasa sakitnya, tergores oleh pisau dengan kesadaran penuh. Shinta lalu bangkit dari duduknya, lalu berdiri menjulang di hadapan Michi.

“Berhubung kau mengungkitnya, aku jadi ingat apa tujuan utamaku menemuimu, Michi.”

Lalu dengan gerakan cepat, Shinta menarik rambut Michi dengan keras hingga berhasil membuat kepala Michi mendongak. Shinta tersenyum sinis, sudah cukup dirinya terintimidasi oleh gadis gila ini. Setidaknya ia harus sedikit membalas perbuatan Michi untuknya, tanpa banyak kata.

“Lepaskan tanganmu, sialan!” desis Michi dengan tatapan tajam.

Plak!

Satu tamparan melayang di pipi Michi dengan cepat.

“Itu untuk tamparan pertamamu untukku!”

Plak!

“Itu untuk tembakan pertama yang kau berikan untuk Jeremy!”

Plak!

Lagi, tamparan ketiga Shinta berikan dengan kekuatan penuh yang ia bisa. Hingga membuat sudut bibir Michi sedikit terluka. Shinta semakin menarik rambut Michi dengan erat.

“Itu untuk semua rasa sakit yang kau ciptakan untuk orang-orang yang tak bersalah,"  gumam Shinta dengan tatapan dinginnya.

Sedangkan Michi mulai berontak, menatap Shinta dengan nyalang. “Kau—“

I Get You, Love!Where stories live. Discover now