Jangan sakit

936 164 4
                                    


.
.
.
.
.
Ares benar-benar menepati janjinya untuk membuat Alta bekerja didapur bersama Igel. Igel bahkan sudah sibuk menjelaskan tentang menu di cafe pada Alta, sedangkan Alta hanya mendengarkan dengan antusias.

Bahkan saat ini dia sudah tertawa mendengar gibahan Igel dan Rion tentang Ares. Alta sih senang-senang aja, apa lagi dia bisa tau lebih dalam soal Ares.

"Mas Alta, bli Ares itu gak suka gelap, kemarin waktu mati listrik gimana?" Alta sedikit tersentak.

"Kemarin Ares tidur waktu listrik mati, tapi waktu aku liat kekamarnya dia kayak lagi mimpi buruk." Igel dan Rion saling lirik saat mendengar jawaban Alta.

"Mas bangunin?" Alta dengan polos mengangguk.

"Iya tapi habis itu dia tidur lagi." Igel dan Rion sontak tertawa, mereka terlalu hafal sama kebiasaan Ares. Mengenal laki-laki mungil itu selama tiga bulan sudah cukup untuk mereka tau kebiasaan bli kesayangan mereka.

"Kok kalian ketawa sih?" Igel langsung menghentikan tawanya saat melihat wajah kesal Alta, berbeda dengan Rion yang masih saja terkikik geli.

"Maaf mas, bli Ares emang gitu." Alta memiringkan kepalanya saat mendengar ucapan Igel.

"Bli Ares itu kalau dibangunin dadakan emang suka gitu, kalau gak langsung berdiri ya tidur lagi, meskipun udah sempet ngobrol." Alta mengangguk, dia mengingat apa yang dilakukan Ares semalam.

"Oh gitu ya." Alta kemudian menatap Igel dan Rion.

"Aku boleh kedepan gak sih?" Igel tertawa saat Alta dengan polosnya bertanya tentang itu.

"Ya boleh lah mas, bli Ares gak akan ngelarang juga." ucapan Igel mendapat anggukan dari Rion.

"Iya mas, apa lagi sepi gini, kalau mas bosen mas bisa keruang istirahat aja." Alta hanya mengangguk.

"Kalau gitu aku mau kedepan dulu ya?" Igel dan Rion mengangguk, membuat Alta tersenyum senang.

"Kalian jangan gibah terus."
.
.
.
.
.
Alta keluar dari dapur, dia melihat Hadar yang sedang menggoda Alden, hingga membuat laki-laki tinggi itu cemberut. Alta juga baru saja melihat Leo dan Rius naik kelantai dua, dan itu membuat Alta cemberut.

"Apa aku keruang istirahat aja?" Alta bergumam sambil berjalan kearah ruang istirahat.

Cklek

Alta membuka pintu ruang istirahat, mengedarkan pandangannya kedalam sana, sampai netra kembarnya menemukan Ares sedang tertidur disofa.

"Ares kenapa kalau tidur tenang banget sih?" Alta berjalan mendekati Ares, posisi Ares yang sudah berubah dari posisi awal membuat Alta leluasa memandang wajah tampan Ares.

"Kamu ganteng Res." Alta menyingkirkan poni Ares yang jatuh menutupi matanya. Alta bisa melihat wajah itu sedikit pucat, juga raut lelah tergambar jelas disana meskipun Ares tengah terlelap.

"Harusnya kamu istirahat aja dirumah." Alta bangkit dari duduknya, dia meraih jaketnya yang tersampir di sandaran sofa dan menyelimuti Ares dengan itu.

"Jangan sakit ya, nanti banyak yang sedih."
.
.
.
.
.
Alta beberapa kali melirik kearah Igel yang sedari tadi tersenyum melihat kearahnya, ah bukan kearah Ares lebih tepatnya. Ares menyandarkan kepalanya dipundak Alta dengan mata terpejam.

"Berat ya mas?" Alta menggeleng, dia tersenyum pada Igel.

"Gak kok Gel, tapi kayaknya Ares capek banget." Igel ikut menatap Ares, beruntung mereka sudah sampai dirumah.

"Bangunin aja mas." Alta menatap ragu pada Ares saat Igel mengatakan itu.

"Gak papa?" Igel mengangguk, membuat Alta mulai menepuk lengan Ares pelan, sedangkan Igel sudah keluar dari mobil.

"Ares, bangun dulu." Ares langsung mengerjap saat Alta membangunkannya.

"Oh maaf Ta." Ares langsung menjauhkan kepalanya dari pundak Alta.

"Ayo masuk, kamu kayaknya ngantuk banget." Ares mengangguk sebelum mengikuti Alta yang sudah keluar mobil.

Ares langsung naik kekamarnya setelah masuk kerumah, dia bahkan mengabaikan adik-adiknya yang menatap bingung di ruang tamu.

"Aa' teh kebiasaan."

"Bang Ares kalau udah ngantuk, gitu banget sih."

"Kalian kenapa?" semua menoleh kearah Alta yang menatap bingung.

"Biasa mas, mereka masih heran sama kebiasaan bli Ares." Alta mengangguk paham.

"Mas Alta, suka main game online gak?" Alta menatap pada Leo, kemudian mengangguk.

"Ayo mabar mas." Alta kembali mengangguk, dia langsung iku duduk diruang tamu dan mengeluarkan ponselnya. Membuat Igel menggelengkan kepala.

"Ternyata sama aja suka ngegame."
.
.
.
.
.
Alta terbangun pukul dua pagi karena haus, dan merutuki dirinya karena air minum dikamarnya ternyata sudah habis, membuat dia harus turun kedapur. Alta membuka pintu kamarnya dengan perlahan, takut mengganggu penghuni lantai dua, padahal penghuni lantai dua kan kebo semua.

Alta berjalan turun, sedikit mengernyit saat telinganya menangkap suara tv dengan volume pelan, dia juga melihat lampu ruang tamu menyala.

"Ares?" Alta menyebut nama laki-laki mungil yang sedang asik memakan semangkuk mie instan dengan mata terfokus pada tv didepannya.

"Alta? Kok bangun?" Ares mnoleh pada Alta saat laki-laki mungil itu mendengar namanya dipanggil dengan pelan.

"Haus." Ares mengangguk saat Alta menunjukan gelas minumnya yang kosong.

"Kamu makan mie jam dua pagi?" Ares mengangguk sambil terkekeh kecil.

"Laper soalnya, jadi ya gitu deh." Alta menggelengkan kepalanya dan melanjutkan niatnya kedapur.

"Kamu selalu makan tiap kebangun?" Ares menggeleng, dia menatap Alta yang sudah duduk di sofa ruang tamu, menemaninya.

"Kalau kebetulan laper banget doang, biasanya gak." Alta cemberut mendengar jawaban Ares.

"Jangan keseringan makan mie instan Res." Ares berkedip menatap Alta.

"Kalau aku masak yang lain jam segini, Hadar atau Alden bisa kebangun, aku kalau masak kan berisik." Ares menjawab Alta dengan tenang.

"Ya udah kalau gitu, tiap kamu laper tengah malem bangunin aku aja, biar aku yang masakin." Ares melongo, apa Alta serius?

"Gak lah ntar ngerepotin kamu." Alta menggeleng.

"Gak ngerepotin, lagi pula aku gak suka liat kamu keseringan makan mie." Ares tertawa pelan.

"Pasti Igel sama Rion kan yang kasih tau kamu soal itu?" Alta mengangguk.

"Ta, kamu jangam terlalu polos kalau sama anak lantai dua, nanti kamu dikerjain, apa lagi sama Igel." Alta memiringkan kepalanya.

"Terlalu polos gimana?" Ares menggeleng.

"Ta, kamu punya earphone?" Alta mengangguk dengan wajah bingung.

"Kenapa?" Alta semakin bingung saat melihat Ares tersenyum.

"Bagus, nanti kalau seandainya kamu denger suara aneh dilantai dua, kamu dengerin lagu pake earphone aja, okey?" Alta hanya mengangguk, meskipun sebenarnya dia masih tidak paham apa yang dimaksud Ares.

"Tapi aku masih gak paham." Ares mengacak rambut Alta, membuat laki-laki cantik itu merona.

"Udah turuti aja, kalau bisa dengerin pake volume kenceng dan jangan keluar kamar, aku balikin ini dulu." setelah mengatakan hal itu, Ares bergegas kedapur dengan membawa mangkuknya yang sudah kosong.

"Suara aneh apa?" Alta berjengkit saat Ares menepuk pundaknya.

"Udah jangan dipikirin, ayo balik tidur." Ares mematikan tv dan menarik tangan Alta untuk naik keatas.

"Ares ih." Ares tersenyum saat mereka sudah ada didepan kamar.

"Udah turuti aja apa yang aku bilang, tapi kalau seandainya masih kedengeran kamu bisa kekamar ku." setelah itu Ares mendorong Alta untuk masuk kedalam kamarnya. Sementara dia sendiri terkikik dan berharap semoga suara-suara itu tidak lagi terdengar dengan keras.

"Apa di lantai dua ada hantunya?"
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Rahasia KitaWhere stories live. Discover now