Akhir penantian

779 120 4
                                    


.
.
.
.
.
Ares dimonopoli Alden, Rion dan Rius sejak mereka pulang dari cafe, Ares bahkan harus menatap penuh maaf pada Alta. Beruntung Alta mengerti jika adik-adiknya hanya merindukan Ares, sama seperti dirinya.

"Aduh jangan nangis dong dek, nanti aku dimarahin nenek kalau kamu nangis." Ares sibuk menenangkan Alden yang masih menangis, dengan Rius yang memeluknya dari sisi lain.

"Habis...aa' teh jahat." Ares tersenyum.

"Iya aku jahat, maaf ya, udah dong nangisnya, nanti Hadar malah ikutan marahin aku kalau kamu nangis terus." Hadar menatap Ares horor saat pemuda mungil itu mengatakan hal yang mungkin bisa membuat Alden marah padanya.

"Hadar teh gak akan marahin aa'." Ares tersenyum saat air mata Alden sudah berhenti mengalir. Hadar juga bersyukur karena Alden tidak marah padanya.

"Dek, kalian gak mau lepasin aku dulu gitu?" Alden dan Rius langsung menggeleng. Membuat Ares menghela nafas kasar.

"Tolong lepasin bentar deh, nanti kalian bebas peluk lagi." keduanya masih menggeleng.

"Dek, ayo lah, aku kebelet nih, pingin kekamar mandi." Alden dan Rius melongo mendengar ucapan Ares. Sedangkan yang lain hanya memandang kasian pada Ares.

"Sebentar aja, jangan lama-lama!" Ares bernafas lega saat Alden dan Rius melepaskan pelukan mereka.

"Kalian itu ada didepan dek, sedangkan kamar mandi nya disebelah dapur, kalau pun aku lama kalian tinggal panggil." setelah mengatakan itu Ares langsung masuk kedalam kamar mandi.

"Mas Ares, jangan cari wangsit di kamar mandi, mas biasanya kalau dikamar mandi lama." Ares menggerutu kesal saat mendengar seruan Leo dari luar.

"Leo kampret!"
.
.
.
.
.
Alta tersenyum bahagia saat melihat adik-adiknya tengah berkumpul diruang tamu. Berterima kasih lah pada Hadar yang rela memindahkan meja ruang tamu kesebelah dapur, hingga mereka bisa menggelar karpet.

Alta tersenyum saat melihat Ares tertidur diantara Rion dan Rius, keduanya mengapit tubuh Ares. Sepertinya Ares lelah karena perjalanan jauh.

"Lega ya mas?" Alta mengangguk saat Igel menepuk pundaknya.

"Rasanya teh lengkap kalau ada a' Ares." Alta dan Igel tersenyum saat mendengar ucapan Alden.

"Udah ayo balik masak, bli Ares pasti juga laper." Alden, Alta dan Igel langsung kembali ke dapur. Mereka sedang memasak untuk makan malam. Membiarkan yang lain menghabiskan waktu di depan tv.

"Aku gak nyangka rasanya bisa sebahagia ini waktu tau bli Ares pulang." Alden dan Alta mengangguk.

"Mas Alta teh, sekarang gak perlu lagi nangis dikamar a' Ares." wajah Alta bersemu merah. Sejak menikah Alden jadi semakin jahil.

"Kamu juga dong Den, bisa lah malam pertama, kan bli Ares udah pulang." wajah Alden ikutan memerah saat mendengar  ucapan Igel tentang malam pertama.

"Igel mah, apaan sih." Alta dan Igel tertawa mendengar seruan kesal Alden.

"Kalau mau malam pertama, Rius suruh ngungsi keatas dulu ya Den, kasian." Alta langsung mencibir ucapan Igel.

"Iya nanti Rius biar tidur dikamar Ares, kalau dikamar Leo ya sama aja, lagian pasti pembuat suara laknat dilantai dua juga mulai lagi." oke sepertinya Igel harus berhati-hati jika ingin menggoda Alden dan Alta, bisa-bisa dia sendiri yang kena.

"Tidurnya bertiga dong."
.
.
.
.
.
Alta membangunkan Ares untuk makan malam, adik-adiknya hanya menatap interaksi kedua kakak tertua mereka dengan senyum. Sudah lama mereka tidak melihat itu, apa lagi saat melihat senyum Alta mengembang.

"Makan yang banyak bli." Ares menatap horor pada piring yang disodorkan Igel padanya.

"Gel, kamu gak salah kasih piring?" Rion yang melihat piring yang disodorkan Igel langsung bertanya, membuat Igel ikut menatap piring itu.

"Hehehe....Maaf bli, salah piring." Ares bernafas lega saat Igel menukar piring itu dengan yang lain.

"Aku kira kamu mau bikin perutku keledak Gel." Igel hanya tertawa malu saat Ares menggerutu.

"Maaf lah bli." Ares tersenyum saat melihat Igel mengucap maaf.

"Udah ayo makan aja, aku ngantuk." semua langsung memakan makanannya, begitu pula Ares. Dia bahagia, berada ditengah-tengah adiknya.

"Jadi, diantara kalian siapa yang mau nyusul Alden sama Hadar buat nikah?" ucapan Ares sontak membuat yang lain langsung berhenti makan. Mereka menatap Ares yang tampak tenang.

"Bli Ares dulu baru aku sam Rion, papa sama ayah minta kita nunggi bli Ares." Ares tersenyum saat mendengar jawaban Igel.

"Kalau kalian Le, Ri?" Rius menatap Leo dengan tatapan bertanya.

"Pinginnya sih secepetnya mas, karena mas Ares juga udah pulang." Ares mengangguk.

"Terus lo sendiri kapan mau resmiin mas Alta, bang?" Ares menoleh menatap Alta yang menunduk, saat mendengar pertanyaan Hadar.

"Iya nih bli, sebelum mas Alta dijodohin lagi sama om Aji." Igel ikut mengungkapkan pendapatnya.

"Aa' teh gak mau kan, mas Alta nikah sama yang lain?"

"Bulan depan." semua melongo saat mendengar jawabn Ares.

"Res?" Ares tersenyun pada Alta dan mengangguk.

"Kalian gak usah khawatir, tunggu aja kabarnya bulan depan." Ares tau, adik-adikbya sedang menatap bingung padanya.

"Aku mau bicara sama Alta dulu ya, nanti kalian jangan begadang." Ares langsung menarik tangan Alta dan membawanya kelantai dua, kekamarnya.

"Mas Ares serius?" yang lain menggeleng mendengar pertanyaan Leo.

"Yang bulan depan itu apa nya? Jadiin mas Alta pacar?"
.
.
.
.
.
Ares langsung memeluk Alta saat mereka sudah ada didalam kamar Ares. Ares merindukan kamarnya, dia juga merindukan laki-laki cantik yang ada dipelukannya saat ini.

"Res, yang kamu maksud bulan depan itu apa?" Ares menatap Alta, membawa laki-laki cantik itu untuk duduk diranjangnya.

"Nikahin kamu." Alta berkedip tidak percaya.

"Kamu lagi bercanda Res?" Ares menggeleng, wajahnya terlihat sangat serius.

"Aku serius Ta, apa cincin di jari manis mu itu belum cukup jadi bukti?" Alta menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca, dia kembali ingat lamaran Ares di atap cafe tadi.

"Lamaranku tadi serius Ta, aku udah dapat restu dari orang tua mu. Mereka yang minta supaya pernikahan itu dilakuin bulan depan, mereka yang bakal ngurus semua, mereka bahkan gak bolehin aku ikut campur."

Grep

Alta langsung memeluk Ares dengan erat, dia tidak percaya. Penantiannya selama ini, penjuangannya menunggu kembalinya Ares dibalas dengan sangat manis oleh laki-laki mungil itu.

"Makssih Res, makasih." Ares tersenyum.

"Harusnya aku yang bilang makasih, makasih karena kamu udah mau nunggu aku sampai aku balik hari ini. Makasih akrena udah suka dan sayang sama aku."

Cup

Alta memejamkan matanya saat bibirnya bertemu dengan bibir Ares. Ares hanya mengecupnya, tapi jantungnya langsung berdebar sangat kencang. Alta yakin wajahnya pasti sudah merah padam sekarang.

"Makasih udah mau nerima aku Ta, aku gak bisa janjiin apapun, tapi aku pasti berusaha buat kamu selalu bahagia." Alta mengangguk.

"Ares, aku cinta sama kamu." Ares balas senyum pada Alta yang terlihat malu-malu.

"Aku juga Ta, aku cinta banget sama kamu."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang