03: Pesta Kelahiran Erick

969 248 33
                                    

     Sore hari di kediaman Rosie dan keluarga─ kehangatan adalah sesuatu yang dapat dirasakan oleh mereka. Mereka membiasakan diri untuk berbincang, entah membahas hal kecil atau bahkan suatu topik yang maknanya cukup dalam─ seperti saat ini.

     Belum lagi jika diselingi oleh tawa ringan, Rosie merasa pada titik itulah dia bisa mengerti bahwa keluarga harmonis itu memang ada. Keluarga yang penuh dengan kesederhanaan, namun tetap saling melengkapi sehingga dapat menciptakan suasana yang damai dan hangat.

     "Elena, kenapa kau belum memperkenalkan kekasihmu kepada kami?" tanya sang ibu kepada kakak perempuan Rosie.

     Yang ditanya pun tersipu malu. "Ah, Ibu, aku ... belum bisa mengenalkannya pada kalian. Masalahnya, dia berbeda dengan kita, Bu."

     Rosie mengernyit bingung.

     "Berbeda? Maksudmu?" tanyanya.

     Elena menarik napas dan membuangnya singkat. Raut wajahnya mendadak murung. "Dia ... seorang bangsawan," jawabnya dengan nada penuh kesedihan.

     Ayah dan ibu dari dua bersaudari itu nampak terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Elena. Hubungan antara gadis biasa dan pria bangsawan sudah seringkali menjadi bahan perbincangan di kota ini─ dan mereka tahu, hubungan itu akan berakhir tak bahagia.

     "Elena ... kenapa kau berkencan dengan seorang pria bangsawan? Kau tahu kemungkinan besar hubunganmu dengannya akan kandas lebih cepat bukan?" tanya sang ayah.

     Gadis berusia 26 tahun itupun mengangguk lemah. "Aku tahu. Tapi kami saling mencintai. Tidak ada salahnya, 'kan, untuk memperjuangkan hubungan tak berdosa kami?"

     Rosie yang sejak tadi tak bercuit pun hanya bisa mengolah pikirannya. Otaknya bekerja untuk mengingatkannya kembali pada pertemuannya dengan seorang nenek yang membawa buah peach─ dan pada hari itu berkata,

     "Wajahmu ini ... cocok bila disandingkan dengan putra bangsawan. Kau tahu Jayden Addison? Dia ... terlihat sangat sempurna untukmu."

     Perempuan yang memiliki hobi berkebun itupun tersenyum miris, berpikir bahwa hal yang terjadi pada Elena adalah sebuah ironis. Bukankah sudah jelas letak kegagalan dalam berhubungan dengan seorang pria berkasta tinggi?

     Ya. Perbedaan yang menjadikan harta dan tahta sebagai tolak ukur paling utama─ adalah letak kegagalan terbesarnya.

     Jadi untuk apa nenek itu mengatakan hal yang jelas-jelas terdengar mustahil untuk terjadi? Meskipun pasangan tersebut saling mencintai─ jika memang sebuah pandangan sosial yang menghalangi, apa yang bisa diperbuat?

     Rosie hanya bisa mengirimkan doa terbaik untuk Elena. Entah hubungannya dengan sang pujaan hati mampu bertahan lama atau justru sebaliknya.

     Untuknya pribadi, Rosie enggan mengambil risiko. Jatuh cinta dengan seorang pria bangsawan merupakan sebuah anugrah yang tak direstui oleh pola pikir masyarakat di sekitarnya.

     Percuma.

•••

     "Jayden," panggil Theo.

     Pria dengan tinggi 180 cm itupun lantas menoleh ke sisi kirinya─ tepat di mana Theo berdiam diri setelah tadi memenuhi panggilan dari ayahnya.

     "Oh, kau sudah kembali? Apa yang dikatakan oleh Paman?" tanya Jayden yang sedikit diselimuti rasa penasaran.

     Theo memasang wajah enteng sembari mengedikkan bahunya.

Semu | 2021 jaerose.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang