08: Kepergian Jayden

569 112 25
                                    

     Jayden yang sibuk memandang perkebunan dari dalam jendela kamarnya. Pikirannya terus berputar pada Rosie. Senyumannya semakin melebar. “I miss you already, beauty.”

     Tanpa diminta, sebuah ketukan pintu pun menyapa telinganya. Membuat senyum Jayden memudar. Pria itu menoleh ke sumber suara. “Masuk!” sahutnya mengizinkan.

     Sang pelaku pun masuk ke kamar Jayden dan tak lupa menutupnya kembali dengan rapat. Rupanya yang bertamu ke ruang tidur pribadi milik Jayden adalah Theo.

     “Oh, tenyata kau, Theo. Kenapa?” tanyanya yang berjalan menghampiri sepupunya itu.

     Theo menarik napasnya sebelum bersuara. “Paman Leonel memintamu datang ke ruangannya, Jayden. Ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganmu,” jelasnya menyampaikan pesan dari Leo selaku ayahanda dari Jayden.

     Jayden sedikit menukikkan kedua alisnya. “Sekarang?”

     Theo mengangguk. “Yes. You have to go there right now,” jawabnya.

     Jayden memberikan anggukan paham. “Ok.

     Sebagai pengawal pribadi Jayden, Theo pun mengekori pria itu yang kini melangkah keluar dari kamarnya.

•••

      “Ayah? Kau memanggilku?” tanya Jayden yang sudah masuk ke dalam ruangan Leonel setelah mendapatkan izin dari sang pemilik.

      “Iya, Jayden. Kemarilah,” pintanya. Jayden menurut dan duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi yang tengah diduduki oleh sang ayah.

      “Ada apa, Ayah?” Jayden memulai percakapan inti mereka.

      Leonel menghelakan napasnya panjang. “Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu, Jayden.”

      Jayden mengangguk serius. Dia mempersiapkan diri dengan membenarkan postur tubuhnya─ semakin tegap. “Silakan, Ayah. Aku akan mendengarkanmu.”

      “Usiamu sudah matang untuk mengikuti perang, Nak. Ayah memintamu kemari untuk memberitahukan hal itu. Kau harus mengikuti perang periode ini bersama yang lainnya. Theo juga akan pergi bersamamu,” ungkap Leonel yang menjelaskan niatnya memanggil putranya ke sini.

     Deg.

     “Perang?” beo Jayden.

     Sang ayah mengangguk. “Iya. Perang. Perang ini akan berlangsung selama seminggu penuh. Perangnya dimulai dua hari lagi. Bawalah kemenangan untuk kerajaan Addison, Nak.”

     Jayden yang terlihat gelisah pun bertanya, “Lalu bagaimana denganmu, Ayah? Apa kau akan bergabung bersamaku?”

     “Tidak, Jayden. Aku semakin tua, Nak. Kondisiku tidak memungkinkan untuk mengikuti perang ini,” jawabnya sendu.

     Pria yang menginjak umur 25 tahun itu pun bangkit dari duduknya.

     “Tapi Ayah, aku berniat untuk mengenalkan kekasihku padamu dan yang lainnya.”

     “Kau bisa melakukannya nanti setelah perang usai, Nak.”

     Jayden memijat pelipisnya gusar. Dia panik dan ketakutan. Pergi perang? Astaga. Bagaimana dengan Rosie? Apa aku sungguh bisa meninggalkannya meski hanya satu minggu?

•••

     Tanpa sepengetahuan Rosie, Jayden datang menemuinya dengan cara sembunyi-sembunyi. Ia kembali mengulang hal yang sama─ memanjat dinding rumah Rosie yang akan terhubung dengan jendela kamar gadis itu. Tentu lengkap dengan bantuan Theo.

Semu | 2021 jaerose.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang