13. Bayangan Masa Lalu

1.6K 176 20
                                    

Hei... hei aku back lagi nih:v

Ada yang kangen?

Typo adalah seni, jadi kalo ada typo tolong maafkan ya:)

Selamat menikmati kisah hidup Rendra yang kadang suka gaje:'v





















































Suara tangis seorang anak kecil terdengar memenuhi ruangan yang gelap tanpa cahaya itu. Hanya ada jendela kecil yang membuat sinar rembulan masuk ke dalam ruangan.

Tangisan anak itu terdengar pilu. Siapapun yang mendengarnya mungkin akan ikut menangis. Bibir kecilnya tak kunjung berhenti menyebut nama sang ibu.

Air mata terus mengalir dari pipinya itu, mata indah itu tak kunjung berhenti mengeluarkan liquid bening. Anak itu terus menangis hingga sesenggukan. Anak itu merasa takut, sangat takut.

Tubuhnya sudah bergetar ketakutan, ia berharap ibunya ada di sini memeluknya dan membisikkan kata-kata penenang. Mata kecil itu menatap ke sekeliling ruangan yang gelap. Mencoba mencari jalan keluar dari ruangan ini selain jendela kecil dan pintu yang terkunci itu.

Tempat ini begitu asing. Bahkan menurutnya seram. Tempat ini kotor dengan debu yang menempel pada setiap benda yang ada di dalam ruangan. Bau tak sedap juga tercium dari ruangan ini.

Netra matanya melirik ke arah genangan warna merah miliknya yang sudah mengering itu. Rasa takut semakin menjadi saat mengingat kejadian tadi. Kejadian dimana ia di siksa dan perutnya ditendang berkali-kali hingga memuntahkan cairan merah.

Tangis anak kecil itu semakin keras saat mengingat kejadian itu. Tubuhnya masih lemas.

Anak laki-laki itu, Renald Argyano Arlangga anak bungsu Chandra dan Windy. Bocah berusia lima tahun yang masih lugu dan polos, belum mengerti apapun tapi harus merasakan pahit seperti ini.

Renald anak itu yang ceria, dia mudah sekali tertawa dan selalu tersenyum. Namun kini, tak ada tawa dan senyum di wajah anak itu. Hanya ada suara tangis dan raut wajah kesedihan sekarang.


Ceklekkk


Pintu ruangan itu terbuka menampilkan seorang wanita dengan pakaian mewah berjalan masuk. Di tangan wanita itu sudah ada nampan berisi makanan. Wanita itu berjalan mendekati anak itu dan menyamakan tingginya dengan sang anak yang duduk meringkuk di sudut ruangan itu.

“Makanlah.” Nada suara dingin itu keluar dari mulut wanita itu. Wanita itu menatap datar kearah anak laki-laki itu.

“Hiks... Tante pulang hiks...”ujar Renald memohon pada wanita itu. Wanita yang kata Daddy nya adalah orang baik dan sahabat baik Daddy nya itu.

Wanita itu menatap datar ke arah Renald. Ia sedikit iba melihat kondisi Renald yang jauh dari kata baik itu, tapi mau bagaimana lagi. Ia tak bisa melakukan apapun. Ini adalah hukuman.

“Makan!” Wanita itu meninggikan suaranya membuat badan Renald semakin bergetar. Renald tak pernah di bentak sedikitpun. Kedua orang tuanya dan keluarganya tak pernah membentaknya, mereka selalu berbicara lembut padanya.

Ren's Story (Huang Renjun) (End)Where stories live. Discover now