XXXVII - Suratan Takdir Sang Semesta

521 35 6
                                    

Semesta memang paling tahu yang terbaik untuk kita, sekalipun akan ada rasa sakit yang kita rasa.

💄💄💄

“Dek, beneran kamu sama Heru?”

Bianca tahu jika itu suara kakak kandungnya, Kevin. Tanpa melihat saja Bianca sudah menebak, maklum mereka tumbuh bersama. Meskipun, terpaut tujuh tahun bedanya.

“Bangke jangan bahas apa-apa dulu, aku lagi nugas juga.” Salahkan agendanya bersama Heru yang mendadak padat, jadi dirinya harus sistem kebut satu malam untuk tugas yang harus dikumpulkan besok.

“Makanya jangan pacaran mulu, terbengkalai ‘kan tuh tugas,” sindir Kevin.

Bianca berdecak kesal. “Ck. Sana ah! Lagian aku enggak pacaran juga,” elaknya.

“Enggak pacaran, tapi mau langsung nikah. Emangnya enak gitu nikah itu?” Sepertinya Kevin memang belum sepenuhnya menyetujui keputusan sang adik.

“Bangke dulu nikah umur 23 dan kak Alya 22 tahun deh. Jangan so-soan larang aku, ya. Dulu aja aku enggak tuh ikut campur urusan Abang,” jawab Bianca dengan nada kesalnya yang amat kentara.

“Dulu kita udah saling cinta, Bianca. Kita bahkan udah kenal satu tahun bukan kayak kamu yang baru satu bulan,” balas Kevin. Mereka memang tak pernah bisa akur, sekalinya akur ya paling hanya beberapa menit saja.

Bianca menyudahi acara mengerjakan tugasnya dan berbalik badan agar bisa berhadapan langsung dengan sang kakak. “Bangke, ini hidup aku! Aku berhak nentuin apa yang akan aku lakuin. Lagian pak Heru baik sama aku, keluarganya juga. Apalagi sih yang mesti aku cari?”

Kevin melipat kedua tangannya di dada, tatapan pria 30 tahun itu lurus mengarah pada sang adik. “Baik? Terus apa kabar Zemi? Kalian baru aja putus dan kalian udah lima tahun pacaran. Apa semudah itu kamu ngelupain dia? Ini perkara pernikahan, Dek. Jangan main-main.”

“Aku enggak main-main. Aku serius,” bantah Bianca dengan tegasnya.

“Terserah kamu aja, Dek. Abang cuman mau ngasih tahu kamu aja. Jangan pernah main-main sama pernikahan. Jangan nerima pria cuman karena dia baik sama kita, sedangkan hati kita belum sepenuhnya buat dia.”

Selepas ucapan itu rampung, Kevin lantas keluar kamar sang adik meninggalkan Bianca yang membisu setelahnya.

Bianca dan Kevin memang tak pernah akur, tetapi mereka punya naluri bisa merasakan apa yang dirasakan saudaranya. Kevin jelas sadar jika hati Bianca masih untuk Zemi. Kevin hanya tidak ingin nantinya pernikahan sang adik berakhir perceraian. Tidak, membayangkannya saja Kevin tak sanggup.

“Lo jangan kepengaruh bangke yang sesat itu. Lo ‘kan udah bertekad bakalan buka hati buat pak Heru. Udah jangan dipikirin,” gumam Bianca menguatkan hatinya. Kali ini Bianca sudah yakin dengan pilihannya. Dan semoga pilihannya tak salah lagi.

***


Maaf pasti karena acara kemarin kamu jadinya harus gadang ngerjain tugas.”

Bianca bahkan tak peduli perkara itu karena di depannya kini ada perkara yang lebih rumit lagi. Bianca dan Heru datang bersama ke kampus Senin pagi ini dan sialnya sudah banyak mahasiswa yang datang bahkan berkerumun di sekitar parkiran, itulah perkara yang lebih rumit daripada masalah gadangnya semalam.

Heru melirik Bianca yang sama sekali tak merespon dirinya, hanya butuh waktu sepuluh detik untuk Heru paham apa yang kini Bianca dirisaukan karena tatapan Bianca tertuju lurus ke depan kerumunan mahasiswa di sekitar parkiran.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Where stories live. Discover now