Bertengkar

79 24 4
                                    

Chapter tiga puluh; Bertengkar.

Bahagia untuk Saka ya hanya kemarin, padahal dirinya sudah memprediksi bahwa hari ini Abraham akan tidak masuk, namun nyata salah.

"Lo denger ga,?"

"Gue, gue ada janji sama Candra! Iya! Gue ada janji" ujarnya mengelak.

Tiba-tiba Saka bangun dari duduknya, bersiap lari keluar sebelum deheman mengerikan Abraham terdengar. Saka diam tergugu saat Abraham jelas menatapnya tepat, tarikan pada seragam sekolah Saka membuat dia kembali menempelkan bokong dan mendecak jengkel. "Takut amat si lo ama nih orang Nar" ujar Saka tidak tahu malu.

Nara si pelaku yang menarik seragam Saka hanya mengumpat pelan, memilih jalan aman tidak ingin mencari masalah di masa emosinya Abraham ingin meledak. Sasa yang duduk di samping Abraham hanya memasang wajah meledek membuat dua wanita di depannya menggeram jengkel.

"Lo pada udah gede kan? Udah paham kalo minggu depan bakal ulangan. Terus bukannya belajar malah bolos berame-rame gitu? Otak lu pada pindah ke dengkul?!" seruan keras itu membuat beberapa orang yang ingin kekelas melewati kelas mereka jadi berhenti, segan rasanya harus melewati Abraham yang sedang memarahi beberapa temannya yang hanya tertunduk. Ketua osis saja hanya jongkok diujung tangga sambil mengobrol dengan Candra, Jajang, dan Senja yang masih dengan tas mereka.

Tadinya, saat Senja naik keatas dirinya jadi ragu melangkah mendengar jeritan Saka yang mengakui bahwa tindakan bolos nya kemarin memang usulnya. Saat akan berbalik arah ingin kekantin saja tanpa memanggil Abraham seperti niat awal Candra dan Jajang memunculkan diri.

"Kenapa dah? Suara Saka ampe kedengeran dari perpus" Itu Candra, bertanya dengan menyedot susu ultra coklat. Di sampingnya Jajang mengangguk setuju dengan pertanyaan Candra.

"Audah, kena sidang Bara keknya, gua denger anaknya minta maap sambil tarik urat"

Candra tampak antusias, "Ayo dah naek-naek nontonin"

Jajang mengikuti langkah Candra dengan sama antusias nya, membuat Senja yang di tinggalkan mau tak mau mengikuti. Naik kembali ke atas, hanya untuk melihat Abraham yang duduk di kursi depan kelas dengan Sasa di sampingnya, jangan lupakan Saka dan Nara yang sibuk berlutut mencari ampunan dari lekaki didepannya.

Ginanjar, sering di panggil Ganjar oleh teman-teman seangkatan nya, memegang jabatan tertinggi di sekolah ini. Ketua osis. Namun sang ketua pun hanya diam menonton merasa nasihat atau teguran yang akan ia sampaikan sudah di sampaikan terlebih dahulu oleh seorang Abraham Malik, walau dengan caranya sendiri.

"Njar, ngapain lu?"

Yang di panggil menoleh, sedikit tersedak karna terkejut. Melihat Candra membawa kotak susu, dia merebut paksa kemudian menyedotnya hingga tandas.

"Nih makasih, itu tadi gua mau ngasih ini. Buku tugasnya si Nara pas gua mau kekelasnya eh gua liat dia naek keatas, yaudah gua ikutin kan pas di kelas ini nih gua liat Sasa sama Saka haha Hihi inget kemaren kesiswaan bilang geng nya Jajang reramean bolosan. Pas gua ngomong gitu tiba-tiba bara keluar dari dalem kelas, sambil bawa kemoceng. Dan tuh lu liat kan, begini dah"

Candra menerima saja saat Ganjar menyodorkan kotak susu kosong, dia fokus menyimak cerita yang kayaknya lumayan seru.

"Terus, kok jadi nama gua sat? Geng an Jajang pa maksud anjing?" umpat nya kesal.

"Ya mana tau anjing? Kok nanya gua, gua kan di suruh kesiswaan, yang paling bandel kan elu-

"Bedua sama Bara ya monyet! Gua bandelnya bedua"

-elu sama Bara, tapi Bara sakit goblok, masa mau di salahin juga"

Jajang merapatkan bibir, bergumam tak jelas membuat Ganjar menonyor pelan kepala nya. "Dah ah, gua mau balik kelas aja, nanti pak menyan mau kesini negur tapi liat Bara berapi-api gini gua tahan aja dah dari pada makin rame"

[✔️] paket! || Lee Haechan Where stories live. Discover now