Intermezzo : The Guests

32.6K 3.4K 1K
                                    

"Tuh, Ba! Nikahan tuh kayak gini! Tempatnya gede, dekornya mewah, undangan pakai barcode, harus lewatin mesin x-ray, chef-nya bule-bule, yang datang artis sama pejabat!"

"Yaelah, itu kawinan apa pelantikan presiden? Segala pejabat dibawa-bawa."

"Souvenir-nya lihat, Ba! Harga parsel lebaran kalah kayaknya." Andina mengendus aroma souvenir parfum yang diberikan.

Fadil mendelik sebal pada Andina. Ia merunduk untuk menggendong Fadlan. "Yaudah, ini Fadlan masukkin lagi deh, Na. Susul Handi sana di atas."

"Sembarangan."

"OH!"

Fadlan menunjuk dua mempelai yang sibuk bersalaman dengan para tamu, lebih tepatnya menunjuk Maudy yang pernah ia temui sebelumnya.

"TANTE POTO WA BABA!"

"Iya, itu kan yang Adek sering lihat kalo main goyang Shopee di handphone Baba." Fadil menyisir rambut Fadlan singkat dengan jemarinya.

"Nah, itu sebelahnya, mantan calon papa kamu," tunjuk Andina.

"NA!"

Andina sontak tergelak karena mengerjai Fadil. Ia mengeluarkan ponselnya selagi tamu yang bersalaman tak menghalangi pemandangan Handi dan Maudy.

"Ba, fotoin cepatan mumpung artisnya kelihatan." Ia menyerahkan ponselnya kepada Fadil dan bergantian menggendong Fadlan. "Yang bagus. Sampai mukaku lebih flawless dari Maudy."

"Ye, Munaroh, ngaco aja. Mau kameranya kebalik juga kagak bakal situ lebih flawless."

"Yaudah, gimana kek caranya biar cakep."

Fadil membidikkan ponsel ke arah Andina dan Fadlan. "Noh, kan? Kamu dibandingin sama dekor pelaminannya juga cakepan dekor pelaminan, Na." Lelaki itu masih saja berkoar.

"Bawel ah, Ba! Cepat foto, keburu Fadlan resek!"

"Tiga... dua... satu..."

Satu foto diambil dengan latar Handi dan Maudy di pelaminan, lalu mengambil foto kedua, dan akhirnya berlanjut sampai foto ketujuh karena Afgan, Luna Maya, Tara Basro, dan Nicholas Saputra tak sengaja melewati mereka.

Setelah puas bernorak ria, mereka ikut mengantre untuk bersalaman dengan pemilik acara. Fadil tak henti berdecak melihat ke sekeliling, mengira-ngira berapa budget yang dikeluarkan untuk pernikahan mewah ini. Memang tampaknya sudah kodrat alam di mana orang kaya pasti berjodoh dengan orang kaya.

Mereka bersalaman ramah dengan orang tua Maudy. Senyuman menghiasi wajah Andina begitu giliran mereka untuk bersalaman dengan Handi dan Maudy.

"Selamat ya, Handi." Andina menyalami mantan pacarnya dengan sukacita. "Semoga jadi keluarga samawa, langgeng sampai kakek-nenek, cepat dapat momongan yang sholeh dan sholehah."

Ia lantas menyuruh Fadlan untuk mencium tangan mereka sopan.

"Terima kasih, Andina." Handi tersenyum.

"Ini Mbaknya juga selamat ya." Fadil menyalami Maudy duluan dengan seringai lebar. "Semoga jadi keluarga samawa, langgeng sampai kakek-nenek, cepat dapat momongan yang sholeh dan sholehah." Ia meng-copy paste ucapan istrinya.

"Terima kasih." Maudy tersenyum manis, sontak membuat Fadil mundur seketika.

Allahuakbar, Ya Allah, Ya Rasulullah...

"Maudynya cantik banget, enggak heran nih Handi naksir," Andina tersenyum tipis. "Dulu juga banyak banget lho yang naksir Handi."

Handi dan Maudy tertawa akan pujian itu.

When The Light Is Off (Trending Topic)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora