Bab 27 : Diluar Desa Mada

3 2 0
                                    

Siang hari di taman dekat SMA Barata, Lutfi dan Wawa bertemu. Sembari menyalakan rokok, dua orang tersebut membuka minuman dingin mereka.

"Jadi bagaimana dengan SMA Arya?" Tanya Wawa ke Lutfi

"Tenanglah, ini masa liburan. Kita nikmati dulu hari libur ini. Setelah sekolah masuk lagi, baru kita mulai rencananya" Jawab Lutfi

"Apa rencananya?" Tanya Wawa bingung

"Kamu akan melakukan teror operasi terbuka. Lagian kita dan Romi berbeda. SMA Arya terkenal dengan sekolah berprestasi di Kota ini, tidak banyak orang yang tertarik bergabung dengan Romi. Sedangkan sekolah kita, semua murid kelas satu, dua dan tiga ada dalam genggaman kita" Jawab Lutfi

"Artinya?" Tanya Wawa

"Kita akan melakukan perang antar sekolah!!!" Balas Lutfi

"LUAR BIASAAAA!!!" Balas Wawa "aku sudah tidak sabar mengunggu hal ini hahaha" lanjut Wawa

Seketika mereka berdua dihampiri oleh empat orang dewasa yang bergaya layaknya preman.

"Hey bocah! Motor kalian bagus juga, boleh kami pinjam buat jalan-jalan" ujar preman itu sambil tersenyum, diikuti tiga orang dibelakangnya yang menggunakan keling ditangannya dan memainkan pisau.

"Sepertinya ini oke juga buat pemanasan" ujar Wawa, diikuti dengan Lutfi yang berdiri dan menghadap ke mereka

"Wah, wah, ternyata kalian semua cari mati ya" ujar preman didepan mereka.

Seketika tinju dari Wawa datang melesat ke arah pipi kiri preman tersebut. Preman itu langsung terlempar sedikit jauh ke sisi kanan mereka. Hal itu membuat kaget preman lain yang ada dibelakang mereka.

"Jiii...Jimm..Bon Brother's!!!" Teriak salah satu orang yang ada dibelakang setelah mereka melihat syal Wawa terjatuh disamping preman tersebut.

Mereka bertiga langsung lari ketakutan dan meninggalkan temannya yang tidak sadarkan diri sendirian.

"Aaahhh membosankan!!!!!" Teriak Wawa, lalu ia mengambil syalnya yang terjatuh

"Mereka hanya orang biasa, yang akan kita hadapi lebih dari mereka" balas Lutfi yang sudah menaiki motornya dan akan mengenakan helemnya.

"Lebih baik kita pergi sebelum orang lain menyadari ini" Lanjut Lutfi, dan mereka berdua meninggalkan preman yang tak sadarkan diri tersebut di taman.

Di Desa Mada pada malam hari, seperti biasa semua warga berkumpul di balai desa untuk mendengar cerita Eyang Arkana. Pak Patra, Pak Satya, Panji, Aji, Ajeng dan Vira juga berkumpul disana mendengarkan kisah legenda yang diceritakan oleh Eyang Arkana.

"Suasana yang bahagia sekali ya disini" ujar Vira

"Iyaa.. entah kenapa aku merasa tenang sekali setelah sampai disini" balas Ajeng

"Setidaknya kita harus menikmati suasana ini dengan puas, sebelum latihan. Karena latihan dari Eyang Arkana seperti neraka!!!!" Jelas Aji yang membuat Ajeng, Vira dan Panji menjadi ketakutan

"Ngomong-ngomong dimana Mada?" Tanya Pak Satya

"Dia lagi kerumah ayahnya pak" balas Aji

"Oh, ayahnya tinggal disini" tanya Pak Satya

"Tidak pak, ayahnya sudah meninggal. Hanya saja selama aku tumbuh bersama Mada disini, tidak ada satu haripun yanh Mada lewatkan untuk membaca seluruh catatan, surat dan buku dari ayahnya" balas Aji

"Apakah ada sesuatu yang buruk kepada ayahnya?" Tanya Pak Satya

"Tidak pak, Mada hanya ingin melepas rindu saja dengan ayahnya, untuk mengenang hari-hari mereka bersama di masa lalu. Mada bercerita kepada saya, bahwa dia ingin menjadi seperti ayahnya, itu lah mengapa dia selalu suka membaca semua catatan sejarah yang ditinggalkan oleh ayahnya. Sebagai pengingat pak!" Jelas Aji kepada Pak Satya yang dibalas anggukan mengerti tentang kondisi Mada

Pada malam yang sama diluar Desa Mada, beberapa pasukan tudung hitam sudah mengawasi mereka sedari siang. Namun saat Mada dan yang lainnya memasuki Desa Mada, para tudung hitam sangat kebingungan karena mereka menghilang begitu saja dari pandangan mereka. Mereka akhirnya memutuskan untuk menyisir seluruh perbukitan disana, untuk mencari jejak mereka.

"Apa sudah ada informasi?" Tanya salah satu pemimpin tudung hitam yang sedari tadi menunggu mereka ditempat dimana Mada dan yang lainnya menghilang

"Kami sudah menyusuri seluruh perbukitan ini, namun kami tidak menemukan sebuah tempat apapun disini" jelas salah satu pasukannya

Seketika tercium aroma asap obor yang berasal dari atas bukit, sepertinya seseorang hendak turun ke kaki bukit. Pemimpin tudung hitam memberikan kode kepada pasukannya untuk bersembunyi. Seketika mereka melompat ke atas pohon disekitar pemimpinnya berada.

"Selamat malam" sapa seorang kakek yang menggendong kayu sembari membawa obor

"Malam pak" jawab pria tudung hitam yang sudah melepas tudungnya yang menutupi kepala

"Malam-malam begini, adek sendirian di bukit ada kegiatan apa?" Tanya kakek tersebut

"Iya pak saya sedang mencari sebuah desa di atas perbukitan ini" jelas pria tudung hitam

"Desa?" Tanya kakek tua sambil menoleh ke kanan dan kiri

"Iya pak, tadi saya melihat beberapa orang yang menuju atas bukit. Saat saya ikuti, mereka menghilang tepat disini. Apakah ada desa disekitar sini pak?" Tanya pria tudung hitam

"Hmmmm sepertinya tidak ada dek" jawab kakek tua

Seketika pasukan tudung hitam yang sedang bersembunyi diatas pohon jatuh ke tanah dan tak sadarkan diri, memecah perbincangan mereka. Tujuh orang tudung hitam sudah terkapar ditanah yang membuat pemimpin tudung hitam terkejut dan bingung. Perhatiannya kini teralihkan dengan situasi tersebut, dia menjadi siaga dan menoleh ke arah kakek tua tersebut. Namun kakek tua itu sudah menghilang meninggalkan obornya yang tertancap di tanah.

"Tertidur?!" Ujar pria tudung hitam, saat ia berlari menuju pasukannya masing-masing dan memeriksa keadaan mereka.

Disaat itu ia sadar, bahwa ada yang salah. Ia kembali menoleh ke arah obornya. Sesaat ia memeriksa obor tersebut, benar saja seperti ada sebuah ramuan yang dibakar dalam obor yang membuat pasukannya menjadi tertidur. Namun pemimpin itu mulai merasa pusing dibagian kepalanya, sepertinya dia tidak dapat menahan kantuknya.

"Anak muda" terdengar suara kakek itu kembali dari belakangnya. Saat dia menoleh ke arah suara itu datang, pandangannya sudah sangat buram, yang semakin lama membuat dia tertidur dihadapan kakek tua tersebut.

"Tidurlah hehehe" lanjut kakek tua itu yang kemudian mengikat kaki mereka satu persatu dan diikat menjadi satu simpul. Lalu ia menyeret semua pasukan tudung hitam itu secara perlahan menuruni bukit, menjauh dari Desa Mada.

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora