#45 - Goodbye Rumbling Heart

449 30 0
                                    

"Jadi sudah seharusnya saya menghormati perempuan juga" Ucap Bara duduk dibagian belakang bersama Aleena dan Lauren.

"Saya juga!"

"Saya juga"

"Saya juga"

"Saya juga"

Semua teman teman seangkatan Aleena, Lauren dan Bara ikut membela mereka daripada senior yang gila tahta.

"Selamat pagi" Ucap dosen memasuki kelas dan melihat semua kejadian tersebut.

"Apa yang terjadi hari ini?"

"Anda kelas saya tahun lalu, kan?" Ucap dosen menunjuk kepada Afandri dan Danu.

"Iya, Prof"

"Anda kira kelas ini tempat perpeloncoan?"

"Bukan begitu, Prof"

"Justru kami yang dipelonco, Prof"

"Keluar!" Ucap dosen tersebut membuat Lauren tersenyum bahagia.

"Bagus. Sekarang kita mulai kelas pada hari ini, silahkan duduk"

"Aleena!"

Semua memberikan tepuk tangan untuk Aleena.

Sesampainya di salah satu rumah sakit dekat kampus dan memasuki ruangan praktek, profesor menyuruh asisten nya untuk membukakan mayat yang sudah membusuk dari sebuah kain. Semua mahasiswa dan mahasiswi langsung mual dan berbalik badan, namun Aleena masih berdiri tegap menghadap mayat tersebut dan agak sedikit menahan napas.

Beberapa mahasiswa dan mahasiswi ada yang merasa pusing, mual, muntah dan pingsan.

"Ada lagi perempuan yang mau menyusul?" Ucap dosen kepada mahasiswi, pasalnya banyak mahasiswi yang muntah dan tidak kuat menahan aroma busuk dari mayat tersebut karena semua anggota tubuhnya sudah membusuk dan terlihat organ organ yang masih menempel ditubuhnya untuk sebagai bahan praktek.

Tiba tiba ada salah satu mahasiswa yang pingsan, dan langsung ditangani oleh teman temannya. Yang tersisa di lab prakter hanya 6 anak saja.

"Itu dia laki laki, Prof" Ucap Lauren.

"Iya saya tahu"

"Perasaan sentimentil perempuan yang dibalut oleh indra perasa yang lebih tajam dari laki laki membuat ilmu kedokteran tidak cocok bagi mereka."

"Selain tulang, tubuh manusia ditopang dan digerakkan oleh otot. Otot bekerja atas perintah otak kita. Jadi kalo mahasiswi mahasiswi merasa yakin bisa menjadi dokter, coba tolong tunjukkan letak nervus radialis."

"Kamu tahu, kan?" Ucap Prof kepada Lauren. Namun Lauren ternyata tidak mengerti.

"Saraf yang mengarah ke ibu jari, Prof" Ucap Aleena yang akhirnya menjawab pertanyaan Prof.

"Ini, ini yang saya sebut sentimentil perempuan. Perempuan membela perempuan yang sedang dalam kesusahan."

"Baiklah kalo begitu Aleena, tolong tunjukkan dimana nervus radialis" Ucap Prof memberikan jarum pentul kepada Aleena dan Aleena memperhatikan mayat tersebut dan meletakkan jarum pentul tersebut ditempat yang salah.

Seribu Pelukan (GOING ON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang