Decision

718 144 11
                                    

Beomgyu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beomgyu

|Apa kau tidak mengantuk?
|Ini sudah tengah malam
|Tyun?

Taehyun terbangun dari tidurnya saat mendengar ponselnya yang bergetar. Awalnya Taehyun ingin menemani Beomgyu yang sedang mengerjakan tugas, tetapi setelah beberapa menit ia sudah ketiduran. Kemudian jari-jarinya mulai mengetik untuk membalas pesan.

Maaf, aku ketiduran|
Apakah kau sudah selesai?|

|Maaf juga kalau waktu tidurmu jadi
|terganggu
|Sebenarnya tidak apa-apa jika kau
|tidur duluan

Taehyun mengucek matanya. Ia kembali menatap layar ponselnya, selimutnya ia tarik sampai kepala. Baru mengetik sampai beberapa kata, seketika pintu kamarnya terbuka sampai menimbulkan suara yang sedikit berdenyit.

"Taehyun, kau belum tidur?

Taehyun terkesiap, ia langsung menyelipkan ponselnya di balik bantalnya. Matanya terpejam saat selimutnya di tarik turun oleh Ibunya. Pura-pura tertidur

Ibunya menatap wajah Taehyun sejenak. Matanya masih setia tertutup, tidak bergerak sama sekali, napasnya teratur dan tenang. Setelah itu Ibunya kembali menarik selimutnya sampai leher anaknya. Kemudian menutup pintu kamar dengan pelan.

Saat sudah terdengar pintu tertutup dengan rapat, Taehyun membuka matanya. Melihat ke arah pintu, memastikan bahwa Ibunya sudah tidak berada di kamarnya. Tangannya meraba balik bantalnya, mengambil ponselnya.

Tidak apa-apa, besok aku libur|
Apa kau selalu terjaga setiap malam?|
Hanya untuk mengerjakan tugas?|

Setelah lima menit pesannya tidak dibalas. Taehyun pikir, Beomgyu sudah tertidur di sana. Tapi tak lama kemudian terlihat Beomgyu sedang mengetik.

|Aku pikir kau sudah tertidur lagi
|Masih ada satu lagi
|tugas anak kuliahan tidak mudah

Taehyun tersenyum kecil. Jari-jarinya dengan lincah membalas pesan dari Beomgyu. Sampai suatu saat, ia terpintas dengan soal Beomgyu yang mengajaknya berkencan. Memang, mereka tinggal di daerah yang sama, cuman hanya sebatas daerah, alamat rumah juga tidak ada yang mau mengungkapkan ataupun bertanya, pasti itu privasi. Tapi, apakah mungkin kalau dirinya akan bertemu dengan Beomgyu?

 Tapi, apakah mungkin kalau dirinya akan bertemu dengan Beomgyu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku berangkat!"

Libur? Tentu tidak. Taehyun berbohong dan benar. Ia telat hari ini. Deru napasnya memburu, kakinya berlari menuju ke arah gerbang. Tangannya melihat jam tangan berwarna biru gelap miliknya.

"Sial, terlewat lima menit." Gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat, tangannya memegang sisi jeruji yang terbuat dari besi itu. "Pak, tolong buka ... Saya hanya terlambat lima menit."

Dengan napas yang belum teratur, dan juga beberapa alasan yang mungkin bisa memperkuat dan pak satpam percaya dengannya. Akhirnya Taehyun diperbolehkan masuk, tapi tidak mungkin semudah itu langsung memasuki kelas.

"Kenapa kau terlambat? Bukannya kau sudah kelas dua belas?! Harusnya kau lebih disiplin karena kehadiran mu mengancam kelulusanmu juga! Sekarang saya tanya, jam berapa kau bangun?"

Guru Bimbingan konseling menyerang Taehyun beribu pertanyaan, ia menjawab seadanya walau dipakai sedikit bumbu agar Taehyun tidak diberi hukuman berat. Tetapi dengan begini, ia akan menjadi terlambat masuk kelas juga.

"Hah, payah!" umpat Jeon tiba-tiba setelah mendengar cerita dari Taehyun. Saat ini mereka sedang berada di kantin, untungnya sudah lumayan sepi. Di saat jam pelajaran seperti ini siapa yang berani ke kantin?

Tidak, Taehyun tidak bolos pelajaran. Awalnya Taehyun hanya menemani Jeon ke toilet, tetapi temannya itu merasa lapar karena belum sarapan, jadi mereka berhenti di kantin lebih dulu.

"Sampai segitunya, kau serius melakukan itu?" tanya Jeon sambil menyeruput kuah Ramyeon yang di pesannya tadi.

"Hm, aku cuman ingin berbincang lebih lama dengannya. Akhir-akhir ini dia lama menjawab pesanku."

Iya, Taehyun tau. Baginya ini sangat-sangat tidak berguna. Terlambat di sekolah, hampir dimarahi orangtuanya. Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa ia mau melakukan itu? Menemani Beomgyu semalaman, Chat seharian. Padahal sudah tau kalau sekarang Beomgyu lebih Slow respon daripada yang sebelumnya.

"Sepertinya aku bakal memilihnya," balas Taehyun yang membuat Jeon terkejut. "T-tapi aku ragu, aku takut dia menghilang."

Jeon menatapnya heran. Taehyun percaya, pasti banyak pertanyaan di benak temannya itu, mungkin pilihannya terdengar sedikit salah.

"Kau yakin? Maksudku, ya memang. Kau boleh memilih siapa saja, tapi kenapa dia? Bukankah sudah jelas, kalau dia orang yang sibuk dan gak pasti selalu ada menemanimu."

Taehyun mengulum bibirnya. Dirinya semakin ragu untuk benar-benar memastikan kalau ia ingin memiliki hubungan dengan Beomgyu lebih dari teman. Kalau Jeon berani berucap seperti itu, bagaimana dengannya? Bukankah ia seperti itu juga? Menangnya Junwo selalu ada menemaninya?

"Memang benar, tapi Junwo itu nyata bagiku. Kalau kau, memang sudah melihat wajahnya?" Taehyun mengangguk dan kemudian Jeon kembali bertanya, "bagaimana rupanya?"

Taehyun terdiam sejenak, membayangkan seorang Choi Beomgyu waktu melihat foto profilnya kemarin. Rupanya sangat tampan dan menawan, rahangnya tegas dan auranya dominan, saat ia bertelepon dengan Beomgyu kemarin, suaranya terdengar berat dan juga jantungnya tidak tenang saat mendengar suaranya. Taehyun juga sempat melihat sedikit saat kecelakaan Video Call waktu itu, tapi bisa saja 'kan kalau foto profil itu hanya tipuan?

"Dia tampan," jawab Taehyun seadanya, Kemudian kembali berkata, "mungkin aku akan mengajaknya bertemu suatu saat nanti."

Jeon menganggukkan kepalanya. "Aku baru tau, reaksi murid pintar sepertimu saat kasmaran seperti ini. Binal, kau terlihat tidak sabar."

Pipi Taehyun seketika bersemu saat mendengar kalimat terakhir dari temannya. Tetapi sepertinya ucapan Jeon benar, kalau ia terlalu terburu-buru kalau sampai mengajak Beomgyu berkencan, kemudian menyatakan perasaannya. Taehyun jadi tidak yakin dengan dirinya sendiri.

"Ya sudah, aku sebagai teman yang baik hanya bisa mendukung mu. Tetapi kalau kau patah hati karena ditolak," Jeon menjeda ucapannya, menatap Taehyun dengan serius.

"Jangan menangis. Apalagi kalau dia sudah menghilang."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Virtual WorldWhere stories live. Discover now