🦊3. Masih Pagi

176 70 87
                                    

🦊🦊🦊🦊🦊

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

🦊🦊🦊🦊🦊

"Ini kaki kapan sembuhnya sih ya Allah?" monolog Yessa yang masih rebahan di kasur tercintanya.

Minggu pagi ini Yessa terpaksa hanya berdiam diri seharian di kamarnya. Padahal biasanya dia ikut nongkrong bareng cs nya.

Ini sudah hari keempat dirinya tidak keluar rumah sama sekali. Itu artinya, dia sudah absen dari sekolah sejak tiga hari yang lalu.

Cklek.

"Kak, maaf aku nggak ketuk pintu dulu." kata Yessi yang masih berada di ambang pintu kamar Yessa. Ia tampak kesusahan membawa nampan besar berisi sarapan, buah-buahan dan obat untuk Yessa.

Yessa menoleh dengan tatapan dinginnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Karena tak kunjung mendapat respon dari Yessa, dia pun langsung memasuki kamar tersebut. "Aku taro sini ya, kak." ucapnya sembari menaruh nampan tersebut di nakas dekat ranjang Yessa.

Gadis itu menghela napas, ia sudah terbiasa dengan Yessa yang selalu bersikap dingin padanya. "Jangan lupa obatnya diminum ya. Nanti kalo kakak butuh sesuatu, panggil aku aja."

Yessa hanya mengangguk sebagai responnya.

Meskipun hanya sekedar anggukkan saja, Yessi cukup senang karena akhirnya dia merespon eksistensinya.

"Yessiii! Sini sayang, ini sarapannya udah siap!" teriak nyaring Mamanya yang memanggil Yessi dari bawah.

"Mama udah manggil, aku ke bawah dulu ya, kak." pamitnya.

"Bentar, kok lo sih yang nganterin sarapan buat gue? Bibi kemana?" tanyanya dengan nada dingin.

Yessi tersenyum. "Bibi ada kok dibawah, dia lagi siapin sarapan di meja makan."

Yessa mengerling malas mendengarnya, "Oh."

Tiba-tiba ponsel Yessa berdering menandakan ada telpon masuk. Dia meraih benda pipih itu.

Yessa melirik Yessi yang masih diam disana, "Ya udah sana." katanya dengan nada mengusir. Ya memang mengusir sih.

Yessi mengerjap, dia tersenyum canggung lalu melangkah pergi dari kamarnya.

Diam-diam Yessa memandangi punggung adiknya yang mulai menjauh. "Sorry." batinnya.

Setelah Yessi menutup pintu, senyumnya langsung mengembang kala melihat nama seseorang yang menelponnya.

ANDRA 1 : Antara Dua YDonde viven las historias. Descúbrelo ahora