Part 29

317 34 11
                                    

Finnick meletakkan tubuh Eletha perlahan begitu penuh perasaan hingga membuat para pelayan-pelayannya menatap heran pada tuan mereka yang kini berada di hadapan mereka. Finnick mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuk para pelayan dan Chris enyah dari ruangan tersebut yang kemudian di pahami oleh semuanya, jari jemari Finnick mengusap pipi merona Eletha menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi kecantikan wajah itu.

"Lebih cantik dari yang kukira" bisiknnya. Senyuman merekah pada wajah finnick yang biasanya selalu datar dan dingin.

ia mendekatkan wajahnya pada Eletha sangat dekat hingga ia bisa merasakan hembusan nafas Eletha pelan menerpa wajahnya, Finnick memejamkan matanya perlahan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Eletha mencumbunya perlahan. Dahaga menguasai Finnick aroma itu begitu manis hingga membuat kerongkongannya terasa kering kerontang dan kepalanya berputar padahal sebelumnya ia sudah menenggak habis darah seseorang. Suara geraman pelan keluar dari sela-sela giginya Finnick menarik dirinya cepat ia takut akan tak kuasa menahan diri dan menyerang gadis yang terbaring di hadapannya itu kini. Tunggu--

Kenapa ia merasa seperti itu terhadap wanita ini? bukankah ia membawanya kemari agar bisa menghisap darah yang selama ini ia idamkan? tidak... kini gadis itu ada di depannya perasaan menggelitik merayapi relung hatinya. Finnick mencengkram baju yang menutupi dada kirinya. Tak ada denyut jantung di sana tp kenapa Finnick merasa seperti jantungnya berdetak keras memukul mukul dadanya kini? halusinasi? Finnick berdiri cepat dan mengambil langkah mundur. Ia menatap Eletha yang masih terpejam dengan intens dari ujung rambutnya hingga kakinya. 

"Sial. Finnick ini waktu yang tepat jika kau ingin mendapatkan kekuatannya. Apa yang kau tunggu!?" Finnick merasa kecewa pada dirinya sendiri seakan enggan menyakiti wanita itu ia menggeram sedetik kemudian dalam sepersekian detik ia sudah berada di dekat Eletha kembali. Nanar mata Finnick penuh gairah untuk berburu... dengan kondisinya sekarang urat nadi yang ada di ceruk leher Eletha terlihat sangat jelas di mata Finnck aliran darah mengalir dalam tubuhnya membuat Finnick menelan salivanya. Haus... ia sangat haus sekarang. Finnick kembali membenamkan wajahnya pada ceruk leher Eletha, saat taring tajamnya menyentuh kulit gadis itu dan hendak merujamkan taringnya untuk menghisap habis darah gadis itu Eletha bergerak gelisah seraya bergumam.

"tidak... hentikan ku..mohon.." lirihnya.

Degh!

lagi! perasaan itu kembali. Finnick merasa tidak nyaman--

ia tidak ingin menyakiti gadis itu barang seujung kukupun. Lantas kenapa?! Finnick menggerang kesal ia mejauhkan wajahnya kembali dan menatap kaki kakinya di atas lantai frustrasi, Apa yang terjadi dengannya sekarang? 

'Darahnya mengandung kekuatan yang kau inginkan. Namun yang mulia... akankah kau sanggup menyakitinya?'

Ia kembali teringat akan perkataan salah seorang penyihir, saat itu perkataan tersebut terdengar seakan sebuah omong kosong bagi Finnick yang duduk di atas takhta dengan angkuh. Namun sekarang tiba-tiba perkataan itu kembali terngiang di kepalanya berputar bagai kaset rusak yang terus menerus mengulang kalimat yang sama. Sanggupkah ia menyakiti wanita ini sekarang? Finnick menatap wajah Eletha yang masih terlihat gelisah dalam lelapnya. Dahi Eletha terlihat berkerut... entah apa yang ia mimpikan.

Tangan Finnick bergerak sendiri untuk membelai pipi Eleta, seakan mencoba memberi kenyamanan bagi Eletha agar ia tidak merasa gelisah atau takut bahkan di dalam mimpinya. Ini adalah hal yang asing bagi Finnick, pernahkah ia bersikap lembut seperti ini terhadap seseorang? tidak terlebiih itu adalah wanita.

"Dia berbeda... perasaan yang berbeda." gumam Finnick. Finnick mendekat kan wajahnya dan berbisik di telinga Eletha.

"Eletha..." Bisik Finnick. Ketegangan Eletha berkurang bagai mantra sihir Eletha kembali tenang. Melihat hal itu Finnick merasa puas, Fokus Finnick kini beralih pada liontin yang melingkar di leher Eletha dan tergeletak di atas dadanya. Permata yang ada di dadanya itu kini bewarna putih seputih salju nampak seperti batu permata biasa yang tak berharga namun Finnick tau. Itu adalah Krystal kehidupan milik kaum Elf.

The Great LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang